Gubernur Jatim Nilai Produk Herbal Berpotensi Masuk Pasar Global

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Jun 2023 03:54 WIB

Gubernur Jatim Nilai Produk Herbal Berpotensi Masuk Pasar Global

i

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Foto: Diskominfo Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memacu hilirisasi pada komoditas herbal seperti rempah/rimpang dan tanaman obat tradisional.

Pasalnya, hal tersebut dinilai memiliki potensi pasar yang besar baik di pasar domestik maupun Internasional.

Baca Juga: Pemuda LIRA : Pemerintah Jangan Hambat Usaha Kecil

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menilai bahwa Indonesia memiliki potensi kekayaan rempah dan tanaman obat tradisional yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi industri herbal yang bisa menembus pasar ekspor internasional.

“Potensi UMKM herbal ini sangat besar karena pada dasarnya rempah-rempah di Indonesia ini luar biasa. Meskipun tidak semua ada di Jatim, tapi hub-ekspor berbagai produk rempah-rempah sebagian besar melalui Jatim yakni di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,” ujar Khofifah, Selasa (20/6/2023).

Menurutnya, yang tidak kalah penting dalam pengembangan UMKM herbal adalah menjaga kualitas dan higienitas produk yang dihasilkan, termasuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam produk herbal tersebut telah diperiksa dengan baik dan benar.

“Herbal itu natural dan sehat karena tanpa kandungan kimiawi, tetapi menjadi penting pengawasannya pada hal-hal yang mengandung zat-zat kimiawi apalagi yang membahayakan,” ujarnya.

Mantan Menteri Sosial RI ini menuturkan, saat ini sudah banyak berbagai kecanggihan laboratorium di masing-masing perguruan tinggi, pabrik, bahkan home industry yang memungkinkan untuk bisa memproduksi jamu-jamu untuk metabolisme dan kesehatan di dalam tubuh yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Baca Juga: Gedung Bekas Apotek Disulap Jadi Toko Pusat Oleh-oleh Khas Jombang

“Untuk itu saya mengajak masyarakat untuk mulai mengenalkan minuman herbal kepada anak-anak sejak usia dini. Sehingga, mereka tidak banyak mengonsumsi produk jajanan yang mengandung bahan pengawet atau pewarna yang bukan berasal dari bahan alami,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya mengungkapkan, di Jatim sendiri setidaknya ada 16 jenis komoditas tanaman biofarmaka yang menjadi unggulan.

“Rata-rata produksi tanaman biofarmaka ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan tren perkembangan permintaan pasar baik di dalam negeri maupun yang ekspor,” ujar Dydik.

Baca Juga: Pemkab Bangkalan Kurasi Promosi Dagang 20 UMKM

Secara rinci, 16 komoditas tanaman biofarmaka di Jatim ini di antaranya terdiri dari jahe, jeruk nipis, kapulaga, kencur, kunyit, laos/lengkuas, lempuyang, lidah buaya, mahkota dewa, menkudu/pace, grup rimpang, sambiloto, serai hijau, temuireng, temukunci dan temulawak.

Adapun produksi jahe di Jatim hingga kuartal I/2023 ini mencapai 2,96 juta kg, jeruk nipis 1 juta kg, kapulaga 1,48 juta kg, kencur 334.168 kg, kunyit 2,89 juta kg, laos/lengkuas 909.150 kg, lempuyang 74.466 kg, lidah buaya 43.861 kg, dan mahkota dewa 56.686 kg.

Kemudian, mengkudu/pace 363.960 kg, grup rimpang 7,7 juta kg, sambiloto 9.808 kg, serai hijau 852.015 kg, temuireng 227.741 kg, temu kunci 106.365 kg, dan temulawak 192.514 kg. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU