Presiden Minta Blok-blokan di Polri, Dibubarkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 02 Jul 2023 20:28 WIB

Presiden Minta Blok-blokan di Polri, Dibubarkan

i

Presiden Joko Widodo memberikan motivasi dan permintaan di ribuan anggota Polri di acara HUT ke-77 Bhayangkara di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (1/7/2023).

Ada Kerajaan Irjen Ferdy Sambo dan Perekayasa Kasus Narkoba Irjen Teddy Minahasa 

 

Baca Juga: Pak Jokowi, Ngono Yo Ngono, Ning Ojo Ngono

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta para anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk selalu berhati-hati dalam bertindak. Hal ini karena segala bentuk gerak-gerik anggota Polri selalu diawasi oleh masyarakat.

Pernyataan Presiden diawali bahwa Polri selalu bersentuhan dengan masyarakat dalam menjalankan tugasnya. Sehingga, Polri tidak hanya melindungi dan mengayomi warga, semua aktivitas polri juga dipantau masyarakat. "Setiap saat anggota Polri bersentuhan dengan rakyat. Melindungi, mengayomi, masyarakat tapi di saat yang sama juga diawasi oleh rakyat. Hati-hati," ujar Jokowi saat memberikan amanat dalam rangka HUT ke-77 Bhayangkara yang digelar di Gelora Bung Karno, sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (1/7/2023).

Salah satunya, ia meminta supaya polisi tak lagi ada "blok-blokan" hingga "patron-patronan".

Indonesia Police Watch (IPW), saat kematian Brigadir Yosua Hutabarat, menduga ada upaya menghalang-halangi dari kubu Irjen Ferdy Sambo, terhadap penyidikan yang dilakukan tim penyelidik dan penyidik yang dibentuk Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto.

 

Geng Mafia Irjen Ferdy Sambo

Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso, bahkan lugas mengatakan terdapat geng mafia yang membantu dan menutup-nutupi eks Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, dalam kasus pembunuhan tersebut.

"IPW yang melansir pertama kali adanya geng mafia yang diketuai Sambo," kata Sugeng Teguh Santoso, dikutip dari laman YouTube Kompas TV, Jumat (19/8/2022).

Sugeng mengungkap dugaan adanya geng mafia tersebut terlihat dalam penanganan kasus pembunuhan Brigadir J.

Irjen Ferdy Sambo tersangka pembunuhan Brigadir J, Senpi Glock 17, Brigadir J. Tapi motif dibalik Ferdy Sambo perintahkan Bharada E tembak Brigadir J, berikutnya giliran istri Ferdy Sambo sampai kini belum terungkap.

"Geng mafia ini bekerja menutup kasus kejahatan dengan kejahatan, menutupnya dengan suap, dengan rekayasa kasus, dan dengan membuat narasi bohong."

"Dan dengan intimidasi, bahkan dengan perlawanan-perlawanan legal yang bisa dilakukan," lanjut Sugeng.

 

Kerajaan Sambo di Polri

Menkopolhukam Mahfud MD juga menyebut ada kerajaan Sambo dalam internal Polri.

Bahkan, ada upaya penyembunyian kasus dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit.

Baca Juga: Jokowi Ikut Siapkan Program Makan Siang Gratis

Sehingga, katanya, Listyo pun disebut sempat kesulitan dalam mengungkap kasus yang menjadi sorotan publik ini.

"Kasus Sambo ini disembunyikan dari Kapolri oleh orang-orang Sambo, sehingga Kapolri agak lambat," katanya.

Mahfud MD beranggapan kalau kerajaan kelompok Sambo semakin besar, akan ditakuti oleh kelompok lain.

Mahfud MD juga menyebut bahwa kerajaan Sambo dan kelompoknya di Internal Polri, kemudian menghambat proses penyidikan kasus pembunuhan Brigadir J yang tewas di rumah dinas Sambo.

 

Teddy Dijadikan Korban

Seorang rekan Teddy Minahasa saat bersama-sama di Lemhanas, Prof. Sardjana Nitidiningrat mengungkapkan bisa saja dalam kasus narkoba ini mantan Kapolda Sumatera Barat sengaja dijadikan korban dengan alasan tertentu. Sebab itulah dirinya tidak percaya jika Teddy Minahasa terlibat dalam kasus narkoba.

"Saya gak percaya itu, saya gak percaya. Saya juga dekat dengan polisi sering diskusi-diskusi. Dia bilang belum tentu juga Teddy Minahasa ini pelaku, bisa juga jadi korban. Artinya sesama rekan polisi pun tidak percaya jika Teddy Minahasa memiliki bisnis kotor seperti itu, ndak percaya itu," ucap Sardjana, Senin (6/3/2023.)

Sardjana yang juga guru Besar UIN Jakarta tersebut menduga bahwa untuk menjerumuskan Teddy Minahasa dalam kasus ini, bisa jadi ada rekayasa yang sengaja dilakukan. Hal tersebut menurutnya karena Teddy Minahasa adalah polisi yang tidak masuk dalam lingkaran kekuasaan di kepolisian.

Baca Juga: Politisi Jalin Politik Silaturahmi

"Bisa rekayasa, bisa juga dikorbankan karena dia (Teddy Minahasa) tidak masuk gerbongnya siapa-siapa. Jadi saya melihat Teddy Minahasa ini sengaja dikorbankan karena tidak masuk dalam link nya polisi-polisi yang sedang berkuasa," kata dia.

Dia menyebut, selama ini Teddy Minahasa dikenal sebagai sosok pribadi yang baik, peduli, dan loyal kepada rekan-rekan di Lemhanas. Hal ini membuatnya dan sejumlah rekan di Lemhanas tidak percaya jika Teddy Minahasa terlibat dalam kasus narkoba, apalagi memiliki bisnis barang haram tersebut.

"Sekarang ini segala sesuatu bisa direkam, disebarluaskan. Gerak-gerik Polri sekecil apapun tak bisa ditutup-tutupi lagi," lanjutnya.

 

Hilangkan Ego Sektoral

Presiden Joko Widodo, mengibaratkan institusi polri sebagai sapu lidi yang masing-masing harus bersih, lurus dan kuat. Dalam sambutannya, Jokowi juga berpesan agar anggota polri tidak ada yang blok-blokan.

Perumpamaan sapu lidi yang menyatakan arti penting persatuan dan kesatuan adalah satu lidi tak memiliki kekuatan apa-apa, sangat lemah, rapuh dan mudah patah. Namun jika lidi ini dihimpun sekian banyak kemudian diikat jadi satu maka muncul kekuatan yang bahkan bisa menyapu apa saja.

Menggunakan kiasan sapu lidi, Presiden Joko Widodo meminta agar ego sektoral di dalam institusi dihilangkan.

Sapu lidi (bahasa Inggris: hard broom) adalah alat pembersih halaman, pekarangan, atau jalan raya, sapu lidi banyak di gunakan oleh perumahan, perkantoran atau petugas kebersihan, yang terbuat dari lidi pelepah pohon, lidi yang digunakan bisa berasal dari pelapah kelapa atau aren. Sapu lidi merupakan peralatan rumah "Tidak boleh lagi ada blok-blokan, patron-patronan," pinta Jokowi. n erc/jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU