Home / Politik : Manuver Pengamat Politik

Jokowi dan Megawati, Sedang Tegang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 22 Agu 2023 20:50 WIB

Jokowi dan Megawati, Sedang Tegang

PDI-P Menampik, Isu Ketegangan itu Hanya Anggapan Sejumlah Pihak 

 

Baca Juga: Gibran, Kaget Ganjar Pranowo Oposisi

 

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Sepekan ini, di Jakarta berhembus kabar buruk buat PDI-P. Sejumlah elite politik menyebut ada ketegangan serius antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.Namun, dua kader PDIP yaitu Panda Nababan dan Deddy Sitorus, menampik.

Deddy Sitorus, malah masih meyakini, Jokowi sebagai kader partai banteng akan tetap memiliki tujuan yang sama dengan Megawati. Tujuan mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres dalam kontestasi politik 2024 mendatang.

Deddy menampik anggapan sejumlah pihak yang menyebutkan ada ketegangan hubungan antara Jokowi dan Megawati. Ia memastikan keduanya masih memiliki komunikasi yang baik hingga saat ini.

"Kalau dibilang Bu Mega panas, saya belum pernah melihat satupun pernyataan atau gesture dari Bu Mega yang bisa dikatakan panas, apalagi terhadap Pak Jokowi. Pesan ibu Mega juga, kami tidak pernah berharap pak Jokowi sebagai Presiden menggunakan instrumen negara atau kekuasaan untuk menguntungkan salah satu calon manapun," kata Deddy dalam acara 'Political Show' CNN Indonesia TV, Senin (21/8/2023) malam.

 

Hanya Persepsi

Politisi PDIP lain yang mantan wartawan, Panda Nababan, menilai hubungan Megawati dan Jokowi yang dianggap retak, hanya sebagai persepsi. Panda menegaskan hubungan Jokowi dan Megawati, serta PDIP, sampai kini baik-baik saja.

"Banyak orang salah persepsi, ada keretakan antara PDIP dan Jokowi, ada kemudian dengan...aku bilang astagfirullah," imbuhnya.

 

Megawati Akui Mentor Jokowi

Juga Megawati Soekarnoputri, menjawab isu liar yang menyebutkan hubungannya dengan Presiden Jokowi tak lagi serasi. Megawati menepis isu tersebut.

"Sekarang lagi rame-rame gitu, woah kayaknya antara Pak Jokowi dengan Bu Mega sudah tidak, apa dibilangnya itu, tidak serasi lagi he-he. Pinter aja orang yang ngomong," ujar Megawati di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (21/8/2023).

Megawati menyebut isu kerenggangan hubungannya telah disampaikan ke Jokowi. Dirinya pun mengatakan dirinya cukup akrab ketika berbicara dengan Jokowi.

"Aku bilang ke Pak Jokowi, 'Eh Pak, Bapak tuh dibilang udah nggak ini loh, nggak belain saya, iyaloh Bapak udah ke sono sini loh', gitu aja saya kalau manggil dia, saya lebih tua loh. Saya panggil situ adek karena saya senior, saya mentor, gitu," sebut Megawati.

 

Isu Keretakan Untungkan Prabowo

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut isu keretakan Jokowi dan PDIP dapat menguntungkan Prabowo Subianto. Terutama ketika prabowo dan pendukungnya mengamplifikasi kedekatan dan tegak lurus dengan Jokowi

Dalam kesempatan yang sama, Tenaga Ahli KSP Joanes Joko menegaskan Presiden Jokowi sudah terang-terangan dalam pidato kenegaraan beberapa waktu lalu yang menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki kepentingan khusus dalam Pilpres 2024.

Baca Juga: Gibran, Kaget Ganjar Pranowo Oposisi

politikus senior PDIP Panda Nababan. Pihak yang menyebut hubungan Megawati dan Jokowi renggang tak paham kondisi sesungguhnya.

"Nggak ada klarifikasi. Cuma kita sedih orang nggak ngerti, nggak tahu seakan-akan baru tidur dia seminggu di Teuku Umar, kemudian pindah ke Bogor, kemudian bersyair-syair," ucap Panda.

 

Hanya Lihat di Permukaan

Politikus senior eks NasDem Zulfan Lindan meyakini hubungan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baik-baik saja. Menurut Zulfan, pihak yang menilai hubungan Jokowi dan Megawati renggang hanya melihat di permukaan saja.

"Orang mengatakan Jokowi sama Mega ini renggang, apa, hati-hati. Karena kita hanya menangkap nuansa medsos, nuansa berita-berita, tapi kita tidak memahami hakikatnya," kata Zulfan Lindan dalam diskusi Adu Perspektif yang diadakan detikcom dan Total Politik, Senin (21/8/2023).

Zulfan menilai pihak yang menganggap hubungan Jokowi dan Megawati renggang karena hanya melihat dari satu sisi. Selain itu, menurut Zulfan, hal tersebut langsung dianggap sebagai kesimpulan.

 

Gibran juga Bantah

Sebelumnya, Wali Kota Solo yang juga politisi dari PDI Perjuangan (PDI-P) Gibran Rakabuming Raka membantah rumor bahwa hubungan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri retak.

Ini disampaikan Gibran, saat menjawab pertanyaan dari Rosiana Silalahi dalam acara Rossi Kompas TV bertajuk "Gibran di Antara Ganjar dan Prabowo" yang disiarkan langsung pada Kamis (27/7/2023).

"Enggak (tidak retak). Baik baik saja," ujar putra pertama Presiden Jokowi itu.

Baca Juga: Sikap Kenegarawanan Ganjar, yang Memilih di Luar Pemerintahan Prabowo-Gibran

Salah satunya, saat Megawati mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai bakal cawapres untuk pilpres mendatang.

Saat itu, Presiden Jokowi sudah ada di Solo dan sedang bersiap menyambut Idul Fitri bersama keluarga.

Gibran lantas memberikan penjelasan yang membantah hal itu.

Menurut dia, apabila Presiden Jokowi kecewa atau tersinggung maka tidak akan mungkin datang ke agenda deklarasi.

"Ya kalau tersinggung ya enggak mungkin datang juga. Biasa saja. (Hubungan Megawati-Jokowi) masih baik," kata dia.

 

Tanggapan Istana

Dalam kesempatan yang sama, Pihak Istana yang diwakili Tenaga Ahli KSP Joanes Joko menegaskan Presiden Jokowi sudah terang-terangan dalam pidato kenegaraan beberapa waktu lalu yang menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki kepentingan khusus dalam Pilpres 2024.

Joanes mengatakan Jokowi sebagai kapasitasnya sebagai Presiden selama ini sudah bersikap netral. Adapun apabila Jokowi dinilai berpihak pada salah satu capres, maka menurutnya itu hanya asumsi lewat gesture kedekatan yang kemudian bisa saja diklaim menjadi dukungan.

"Pada konteks kedekatan hubungan itu sering kali orang menafsirkan saking dekatnya dengan Presiden seoah-olah bisa legitimasi, bisa mengklaim bahwa ini adalah keputusan dari pak Presiden," kata Joanes.

Joanes menyebut selama ini Jokowi hadir hanya untuk memberikan arahan kepada para elite parpol, namun arahan itu juga tidak bersifat wajib. Malahan menurutnya arahan Jokowi akhirnya diikuti para elite tersebut karena mereka butuh.

"Masing-masing entitas politik punya independensi dan integritas sendiri untuk mengambil keputusan sendiri dari arahan yang diberikan," ingatnya. n jk/erc/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU