Ambiguitas Anies Kritik IKN

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 14 Des 2023 20:42 WIB

Ambiguitas Anies Kritik IKN

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Survei Litbang Kompas pada 29 November hingga 4 Desember 2023 terhadap 1.364 responden, menggambarkan elektabilitas Ganjar-Mahfud disalip AMIN.

Prabowo-Gibran mendapatkan 39,3% suara, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) 16,7% dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md 15,3%. Sedangkan 28,7% belum menentukan pilihannya.

Baca Juga: Gerakan Buruh, Jaringan dan Aspirasi Politiknya

Litbang Kompas juga memberikan hasil survei capres tanpa cawapres.

Elektabilitas Prabowo tanpa cawapres naik menjadi 39,7% dibandingkan bulan Agustus 31,3%. Sementara elektabilitas Gibran pada survei kali ini 37,3%.

Elektabilitas Anies Baswedan tanpa cawapres, menurun menjadi 17,4%. Penurunan ini dibandingkan bulan Agustus 19,2%. Elektabilitas Cak Imin pada survei 12,7%.

Sedangkan elektabilitas Ganjar Pranowo tanpa cawapres turun drastis menjadi 18%. Padahal pada bulan Agustus elektabilitas Ganjar 34,1%. Sementara elektabilitas Mahfud pada survei kali ini 21,6%.

Ada apa elektabilitas Ganjar bisa disalip AMIN dan ditinggalkan jauh oleh elektabilitas Prabowo.

Dalam catatan saya kali ini samplingnya fenomena elektabilitas Ganjar yang diusung PDIP. Secara politis Ganjar adalah petahana. Prabowo, penantang.

 

***

 

Saya menganalisis tiga capres ini masing masing memiliki strategi marketing politik. Dalam pemahaman saya, Anies kali ini berjuang  nothing to lose. Ia yang sudah tidak punya jabatan berkampanye tanpa beban.

Pertama Anies, tak punya partai. Kedua, ia diusung partai NasDem. Ketiga, sebagai jago Surya Paloh, Anies tak dibebani mahar politik. Keempat, Anies ini "pecatan" Jokowi, sehingga ia mantap jadi oposisi. Termasuk merekrut sejumlah pejabat pejabat yang di persona non grata Jokowi. Kelima, ia mantan aktivis yang akademisi. Naluri membacanya tinggi. Dengan status nothing to lose, wajar Anies berkampanye dar der dor, tanpa ewuh pakewuh kayak capres Ganjar.

Dar der dor Anies cari sisi-sisi kelemahan dan kekurangan pemerintahan Jokowi. Salah satu isi seksi yang digerpol (gerakan politik) Anies soal IKN. Apalagi ia didukung kebijakan PKS yang sejak Jokowi memerintah sudah beroposisi. Menariknya, cawapres Cak imin tak menghalangi giringan Anies soal IKN. Padahal cak Imin, masih di pemerintahan (beberapa kadernya masih belum mundur dari Kabinet Indonesia Maju).

 

***

 

Menelisik background Anies yang Islamnya bukan abu-abu (Islam KTP), dia tahu filosofi manusia. Dalam ajaran islam saya dibekali oleh ustadz saya.

Bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Artinya, tidak ada orang sempurna meski ia memiliki segalanya. Bahkan orang cerdas dan pintar tentu memiliki kekurangan. Termasuk orang yang memiliki jabatan setinggi apapun seperti Jokowi,  tentu memiliki kekurangan. Termasuk konglomerat yang mau dirayu Jokowi untuk berinvestasi di IKN.

Baca Juga: Emil Dardak, Si Genius, Bisa Menteri, Bisa Tetap Wagub

Sebagai akademisi, Anies Baswedan kritik proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan bertanya. Saat hadiri Rakernas XVI APEKSI di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (13/7/2023), Anies tidak langsung menjawab secara jelas soal proyek IKN. Dia lebih memilih menjawabnya dengan kata-kata kias

"Kita adalah orang-orang yang dipilih secara politik melalui proses Pilkada. Dan bapak/ibu yang mengelola program pasti bisa merasakan sesuatu yang direncakan dengan baik memiliki dasar yang kuat tidak perlu dia otot politik untuk dilaksanakan. Sesuatu yang punya dasar kuat dan baik dirasakan masyarakat dengan sendirinya akan menggelinding," ujarnya.

"Tetapi kalau dia tidak memiliki dasar kuat dan tidak jelas yang mendapatkan manfaat siapa maka walikota itu harus kerja keras pakai otot politik untuk membuat program itu jalan. Benar tidak," lanjutnya.

Anies menegaskan apabila proyek IKN memiliki perencanaan yang baik dan berdampak bagi masyarakat Indonesia pasti akan jalan terus. Tetapi menurut Anies, kenapa soal IKN kok selalu dipertanyakan.

"Jadi saya melihat bila ini rencana yang baik ya pasti jalan terus, pasti jalan terus tetapi kalau ini masalah, kadang-kadang saya heran kenapa sering ditanyakan ya apakah ada masalah ya sebetulnya? lho iya kan," ucapnya.

"Kok saya gak ditanyain bagaimana dengan pangan murah betul gak, bagaimana dengan subsidi BBM lho kok itu gak pernah ditanyakan. tapi kok IKN selalu ditanyakan ya. Apa sebenarnya dalam alam bawah sadar kita ada pertanyaan sesungguhnya. Cukup sampai di situ jawaban saya," tutupnya.

Kritik IKN gagasan Jokowi ini digambarkan oleh Anies dibangun tanpa perencanaan yang matang, sehingga acapkali dikritik dimana-mana.

 

***

Baca Juga: "Memeras" Uang Rakyat

 

Pertanyaan saya, ada apa pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), dikritik Anies dimana-mana, tapi tak masuk ke dalam visi, misi, dan program kerja Indonesia Adil Makmur untuk Semua, milik Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.?

Apakah ini ambiguitas seorang politisi era pemerintahan Jokowi?

Saya menilai gerakan oposisi Jokowi  hingga kini belum maksimal. Kesenjangan elite bangsa semacam ini yang menyebabkan rezim Jokowi tetap unggul dalam konsolidasi kekuasaan. Analisis saya, adanya oposisi berambigu semacam Anies, bukan rezim Jokowi yang makin kuat, tapi oposisi tidak kompak.

Jujur, saya belum menemukan capres pro perubahan atau gerakan ekstra konstitusi untuk melucuti kekuasaan Jokowi. Bisa jadi ambiguitas  Anies terjebak operasi ‘policik’ rezim Jokowi.

Kini saya berpendapat IKN sebenarnya bukan program kontroversial, termasuk pembiayaan yang ditanggung APBN. Akal sehat saya gak nyambung dengan bahasan Anies terkait IKN, tapi tak ada dalam visi misi pencapresan Anies - Cak Imin.

Jangan jangan narasi Anies soal IKN untuk menjaga marwah demokrasi, dengan memunculkan wacana kritis.

Makin bertambahnya usia, saya makin sadar  karakter ambigu dalam politik. Sebab itu yang tampak dari cara kerja politik praktis. Yakni ada wajah ganda, kadang-kadang garang bak seorang akademisi anti gratifilasi kayak  Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej. Kadang menimbulkan keraguan, kekaburan dan sejenis ketidakjelasan.

Ambiguitas politisi sepertinya masih menjadi nyawa sebagian elit politik.  Saya diskusi dengan seorang politi senior. Dia bilang wajah ganda itu kadang diperlukan, agar nilai pragmatis itu mudah di bawa kesana kemari, tanpa harus merasa bersalah. Apa betul bang Anies? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU