Petaka Game Online bagi Anak…

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 26 Feb 2024 20:16 WIB

Petaka Game Online bagi Anak…

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Harian kita edisi Senin (26/2/2024) menurunkan berita utama berjudul "Resiko Anak Ikut di Grup Game Online", dimana Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Banten menemukan delapan anak usia 6-12 tahun dimanfaatkan lima lelaki yang punya kelainan Seksual untuk Produksi Film Porno Sesama Jenis.

Kelima tersangka disangka memproduksi film porno sejenis dengan melibatkan anak di bawah umur 6-12 tahun sebagai pemeran utamanya. Videonya dijual sampai ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Cari SIM Dibawah 17 Tahun, Benchmark Gibran

Jumlah yang disita ada 1.245 image foto dan 3.870 video porno sejenis.  Mereka anak-anak  di bawah umur yang kesemuanya adalah laki-laki. Hubungan dengan tersangka terungkap pelaku memerankan sosok kakak. Ini kelihaian pelaku merayu bocil. Peristiwa ini menurut akal sehat saya sebuah petaka. Baik buat si anak maupun orang tua.

Terkait peristiwa tersebut, saya sampaikan tiga hasil penelitian tentang dampak anak main game online tanpa pengawasan efektif orang tua.

Saya pantau, Game online yang saat ini sedang populer adalah Free Fire, Mobile Legend dan PUBG. Ketiga game online tersebut memiliki pengguna yang sangat banyak dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Banyak sekali dampak yang akan timbul apabila bermain game online terutama bagi orang-orang yang kecanduan bermain game online baik dari segi kesehatan, keuangan dan sebagainya.

 

***

 

Secara ideal, orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah anak-anaknya kecanduan bermain game online.  

Berdasarkan hasil penelitian yaitu peran orang tua sangat penting untuk pertumbuhan anak, sebaiknya orang tua harus melakukan beberapa hal agar anak tidak kecanduan gadget dan game online diantaranya: dengan cara pendampingan, pengawasan dan komunikasi terbuka.

Penelitian oleh sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta ini telah membuktikan bahwa bermain game online bisa membuat mereka jadi lebih agresif.  

Oleh karenanya, para ahli merekomendasikan agar orang tua membatasi waktu yang dihabiskan anaknya untuk menggunakan media online apa pun. Ini termasuk bermain video game di konsol, tablet, maupun smartphone.

Pesannya, menggunakan media tidak boleh mengganggu waktu tidur atau membuat anak jadi jarang bergerak. Jadi, pertimbangkan untuk menetapkan batasan agar game online tidak mengganggu pekerjaan sekolah, pekerjaan rumah tangga, dan aktivitas fisik yang dibutuhkan anak setiap hari.

Selain itu, pengawasan orangtua saat anak bermain game online juga bisa dilakukan dengan turut serat bermain game tersebut dengan anak. Ini adalah langkah nyata untuk melindungi dan membimbing anak dengan lebih baik di media online. Banyak orang tua prihatin dengan apa yang dilakukan anak-anak mereka saat bermain game online, tetapi tidak semua tahu persis apa yang mereka lakukan saat bermain game. Untuk mengajarkan perilaku yang benar, orangtua perlu mengetahui apa arti game online, dan ini mungkin memerlukan partisipasi mereka di dunia tersebut.

Menurut sebuah penelitian yang dikutip dari Internet Matters, 55 persen orangtua khawatir tentang orang asing di internet, dan lebih dari sepertiga tidak yakin dengan siapa anak-anak mereka bermain online. Untuk menyelesaikan masalah ini, maka  perlu bagi orangtua untuk bermain game online dengan anak-anak mereka alih-alih hanya mencari-cari di Google.

Baca Juga: Sengketa Pilpres 2024 Berakhir dengan Dissenting Opinion

Hasil penelitian sebuah Perguruan Tinggi swasta di Ruteng menunjukkan terdapat korelasi negatif dan signifikan antara kecanduan game online dengan prestasi akademik siswa yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi  dan koefisien regresi . Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecanduan siswa terhadap game online maka akan semakin rendah prestasi akademik yang dicapai siswa. Dapat disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat kecanduan game online yang tinggi cenderung mendapatkan prestasi akademik yang rendah. Oleh karena itu peran serta guru dan orang tua dalam melakukan pengawasan dan menemani siswa belajar sangat diperlukan. Orang tua harus menyediakan lebih banyak waktu menemani anak belajar dan tidak menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada pihak sekolah.

 

***

 

Juga ada penelitian dari sebuah Universitas di Kudus. Hasilnya, dampak game online terhadap prestasi belajar siswa mengalami penurunan prestasi belajar. Selain itu berdampak pada cara bicara, Kesehatan mata dan pendengaran berkurang, tidak bisa membagi waktu dan sikap yang kurang sopan. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa game online berdampak bagi siswa. Dan apabila di lanjutkan akan mempengarui prestasi belajar semakin berkurang. Termasuk dengan faktor pendukung lingkungan sekitarnya yang kurang baik.

 

***

Baca Juga: Peran Shin Tae Yong Bangun Team Work

 

Membaca penelitian tersebut, saran saya adalah orang tua harus lebih memperhatikan anak khususnya pada saat belajar. Ini untuk mengontrol proses belajar siswa agar tidak mencuri-curi main game online.

Peristiwa diatas, salah satu bentuk eksploitasi pada anak di Indonesia. Eksploitasi pada anak adalah perbuatan yang memanfaatkan anak sesuai kehendak lima pelaku.

perbuatan tersebut mengganggu tumbuh kembang fisik dan mental anak. Pada intinya, eksploitasi anak yaitu perbuatan yang menghilangkan hak-hak anak.

Eksploitasi seksual pada anak tersebut yaitu kegiatan yang melibatkan anak untuk melakukan aktivitas seksual yang belum dipahaminya.

Dari data di atas, dari 168 juta di dunia antara  usia 6-12 tahun, sekitar 2 juta anak per tahun dipaksa melakukan eksploitasi seksual dan pronografi. Anak-anak tersebut akhirnya mengalami trauma dan terjerumus kepada obat-obatan dan alkohol.

Menurut Pasal 20 UU Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan orang tua/wali bertanggung jawab dan berkewajiban dalam menyelenggarakan perlindungan terhadap anak. Mari mengawasi anak kita dari game online agar tidak menimbulkan petaka baru bagi anak anak kita. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU