SURABAYAPAGI.COM, Badung - Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani mengatakan bahwa Indonesia membuka peluang untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika terkait mineral kritis untuk pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle / EV).
“Untuk menghasilkan sebuah baterai listrik, kita memerlukan banyak mineral kritis yang tidak terbatas hanya pada nikel. Banyak mineral lain, dan kita tahu bahwa beberapa negara Afrika juga memiliki potensi mineral kritis,” ujar Abdul Kadir Jailani dalam konferensi pers di sela-sela rangkaian Indonesia-Africa Forum (IAF), Badung, Bali, Minggu (1/9).
Baca Juga: RI Teken Kerja Sama Pembayaran Berbasis QR Code dengan Korsel
Abdul Kadir merujuk pada kerja sama yang sudah berlangsung, yakni kerja sama antara MIND ID dengan Tanzania terkait litium.
Ia menekankan bahwa kerja sama tersebut menunjukkan kebutuhan akan mineral kritis untuk membuat baterai EV tidak cukup apabila hanya mengandalkan mineral dari dalam negeri.
“Kerja sama energi ini sangat bermanfaat buat kita karena untuk proses transisi energi, Indonesia juga memerlukan mineral kritis dan kita ketahui, suplainya tidak hanya kita produksi sendiri,” tuturnya.
Selain potensi mineral kritis yang dimiliki oleh negara-negara di Afrika, Abdul Kadir juga mengatakan bahwa Afrika memiliki potensi yang sangat besar di bidang perdagangan.
Ia menambahkan bahwa hubungan bisnis Indonesia dengan Afrika sebelumnya masih tergolong cukup rendah. Oleh karena itu, menurut dia, sudah waktunya Indonesia mengambil langkah untuk mempererat hubungan bisnis dengan negara-negara di Afrika.
Baca Juga: Jasindo dan PT Pos Berkolaborasi, Perkuat Polis Serta Dana Klaim Asuransi Usaha Tani Padi
“Sudah waktunya Indonesia melakukan outreach. Kita melakukan reorientasi, di mana kita sekarang melihat bahwa pasar Afrika merupakan untapped potential, yang sudah waktunya untuk kita manfaatkan secara optimal,” kata Abdul Kadir.
Adapun, penyelenggaraan IAF tahun ini merupakan forum ke-2 setelah sebelumnya dilakukan untuk pertama kali pada 2018. Kala itu, kerja sama yang terbentuk menghasilkan kesepakatan senilai US$568 juta.
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Abdul Kadir Jailani mengatakan dari sisi nilai ekonomi forum kali ini diproyeksikan dapat menghasilkan kesepakatan bisnis sebesar US$3,5 miliar
"Maka capaian kerja sama yang kita peroleh di forum yang kedua pada tahun ini cukup signifikan, yaitu naik lebih dari 600%," kata Kadir dalam Konferensi Pers Persiapan IAF 2024 dan HLF MSP, Minggu (1/9/2024).
Baca Juga: OIKN dan INA Jalin Kolaborasi, Tarik Investasi ke IKN
Untuk tahun ini, IAF akan fokus pada sejumlah sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral. Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Afrika telah meningkat dari waktu ke waktu.
Sejumlah kerjan sama bisnis yang telah berjalan yaitu ekspor vaksin ke 41 negara Afrika, pembangunan pabrik mie instan di Nigeria, pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar yang akan menambah kilang di Afrika, serta ekspor alat pertanian dan pupuk Indonesia ke beberapa negara Afrika.
IAF akan berfokus pada isu-isu terkait transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan kerja sama pembangunan.
Editor : Moch Ilham