SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Faith, Fraternity, and Compassion' atau Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa adalah tema kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
"Iman itu keyakinan akan Tuhan yang senantiasa menyertai, dan iman itu menghasilkan persaudaraan, dan persaudaraan itu akhirnya menghasilkan semangat bela rasa, kolaborasi, dan solidaritas dengan mereka yang menderita," ujar juru bicara Panitia Kunjungan Paus ke Indonesia, Romo Thomas Ulun Ismaya.
Baca Juga: Makna Puji Tuhan
Romo Ulun menambahkan, bagi umat Katolik Indonesia, kunjungan Sri Paus adalah kunjungan bapak kepada anak-anaknya. Sementara untuk mereka yang bukan pemeluk Katolik, ini adalah kunjungan seseorang kepada sahabat-sahabatnya. Termasuk umat Kristen protestan.
Bagi umat Katolik, perayaan Misa bisa dilakukan setiap hari. Baik itu umatnya dalam jumlah banyak ataupun sedikit, kecuali pada Jumat Agung dan Sabtu Suci. Sedangkan bagi umat Protestan pelaksanaan Misa, umumnya dilakukan pada hari minggu dan Perjamuan Kudus setiap setahun empat kali.
Di Gereja Katolik, jemaat menerima Ekaristi biasanya berupa roti dan anggur satu per satu oleh pendeta atau diakon.
Berbeda dengan gereja Protestan sering kali mengumpulkan jemaat untuk menerima Ekaristi secara berkelompok.
Sampai saat ini, saya tahu umat Katolik tidak berkewajiban untuk menghadiri kebaktian non-Katolik . Kunjungan ke gereja Kristen, murni sukarela dan boleh dilakukan selama tidak menimbulkan skandal. Direktori Ekumenisme Vatikan II mengizinkan beberapa partisipasi dalam kebaktian semacam itu dalam tanggapan umum atau himne yang tidak berbeda dengan iman Katolik.
Bagi saya, diluar perbedaan, ada persamaan antara Gereja Katolik dan Protestan. Kabarnya sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental. Mengingat sama sama berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai Dasar Gereja.
Baca Juga: "God Bless You"
Keduanya mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab Suci dan Syahdat yang sama.
Baik Katolik maupun Protestan, keduanya berpegang pada keyakinan akan Yesus Kristus sebagai Juru selamat dan anak Allah yang datang untuk menebus dosa manusia.
Baik Katolik maupun Protestan, keduanya menganggap Alkitab sebagai teks suci yang penting.
Kedua aliran mengakui pentingnya sakramen, seperti baptisan dan perjamuan kudus, sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Baca Juga: Perjalanan Paus ke Indonesia
Dalam buku The Story of Christianity yang ditulis oleh Gonzalez, Justo dan Harper bahwa sebenarnya terbentuknya agama Kristen Protestan disebut juga reformasi gereja. Reformasi gereja ini muncul atas adanya protes terhadap kebiasaan-kebiasaan yang cukup menyimpang dalam gereja Katolik. Menurut sejarahnya, terbentuknya agama Kristen Prostestan ada beberapa kejadian. Termasuk membentuk beberapa aliran gereja. Aliran gereja Protestan yang pertama dan yang paling banyak diketahui orang adalah aliran Luther.
Dalam buku The Lutheran Confessions yang ditulis oleh Concordia tertulis bahwa kegiatan memperjualbelikan surat pengampunan dosa ini merupakan suatu penyimpangan gereja yang membuat Martin Luther memberikan suaranya terhadap penyimpangan gereja ini. Surat pengampunan dosa yang diperjualbelikan itu tidak lazim untuk dilakukan bahkan sudah tidak semestinya dan tidak wajar untuk diperjualbelikan. Karena, dalam alkitab sendiri dituliskan bahwa Tuhan Yesus telah mati bagi umatnya untuk menebus dosa manusia (Roma 5:8).
Dalam penyampaian pendapatnya Martin Luther tidak hanya asal mengucapkan protesnya. Namun, ia bersembunyi untuk menyusun pokok pikiran yang menjadi protesnya. Dalam menyusun pokok pikiran itu, Martin Luther bersembunyi untuk menerjemahkan kitab suci Perjanjian Baru sebagai "pintu utama" dalam penentangannya. Martin Luther pada saat itu bersembunyi untuk membaca Kitab Suci itu karena, selama berabad-abad sampai saat itu hanya petinggi gereja saja yang dapat membaca dan menafsirkan kitab suci tersebut.
Konon sejarah terbentuknya gereja Kristen Protestan sudah tidak luput dari kata Katolik. Karena, agama Kristen Prostestan pertama kali hanya ada Katolik namun sejak adanya protes dari Martin Luther, membuat gereja menjadi terbagi. Dengan itu, Katolik dan Kristen Prosten dapat dikatakan memiliki keterkaitan. Dengan kesimpulan, Kristen Protestan tidak ada jika tidak ada Katolik. (Maria Sari)
Editor : Moch Ilham