SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Dalam Alkitab kemiskinan itu tidak dianggap sebagai kehendak Allah. Justru Allah melawan kemiskinan dan memberi perhatian yang khusus kepada orang miskin dan lemah. Tentu dengan kasihNya di mana Yesus disalibkan dan membawa kemenangan bagi manusia.
Karena kemiskinan tidak didatangkan oleh nasib atau kehendak Allah.
Baca Juga: Jingle Bell Rock
Kategori pertama penyebab kemiskinan adalah dosa pribadi . Kitab Suci sering menyebutkan kegagalan moral yang menyebabkan kemiskinan. Misalnya, Alkitab memperingatkan tentang kemiskinan sebagai akibat dari kemalasan atau kemalasan (lihat Amsal 6:10–11; 10:4; 19:15; 1 Tesalonika 5:14).
Mazmur 82:3 - 'Berikan keadilan kepada orang lemah dan anak yatim; belalah hak orang hina dan orang miskin.'
Amsal 31:8-9 - 'Berbicaralah bagi mereka yang tidak dapat berbicara, untuk hak semua orang miskin. Berbicaralah, hakimilah dengan adil, belalah hak orang miskin dan orang yang membutuhkan.'
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pembebas kaum miskin. Ia berjuang di pihak kaum miskin dan tertindas.
Baca Juga: Happy XMas
Yesus mewartakan keberpihakan Allah pada kaum miskin sejak awal penampilan-Nya di depan umum.
Yesus mengosongkan diri-Nya agar Ia dapat melimpahkan kita dengan kasih dan kebenaran-Nya (Filipi 2). Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk kaya ataupun miskin. Jika kekayaan atau kemiskinan menjadi pusat identitas kita, kita telah memposisikan uang sebagai tuan dalam kehidupan kita.
Yesus sangat peduli terhadap orang miskin dan tertindas, menunjukkan belas kasihan-Nya dengan cara yang nyata: memberi penglihatan kepada orang buta, menyentuh orang kusta, menyembuhkan orang sakit .
Baca Juga: Jingle Bells
Namun, Ia juga memberitakan kabar baik tentang kasih dan keselamatan Allah.
Dalam Lukas 12:33–34 (TB), dipesankan
“Juallah hartamu dan berikanlah kepada orang miskin. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Maria Sari)
Editor : Moch Ilham