Marak Bundir di Kampus, Unusa Prioritaskan Kesehatan Mental Mahasiswa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 14 Nov 2024 20:45 WIB

Marak Bundir di Kampus, Unusa Prioritaskan Kesehatan Mental Mahasiswa

SURABAYA PAGI, Surabaya - Maraknya beberapa kasus mengakhiri hidup dengan motif yang sama yakni di lingkungan Kampus, menanggapi hal itu, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menekankan kesehatan mental dengan mengelar 4TH HEALER International Seminar bertajuk Explore The Intersection of Abuse and Psychosocial Well-Being, pada Kamis, (14/11/2024).

Merry Sunaryo, dosen Fakultas Kesehatan Unusa, sekaligus sebagai narasumber kegiatan itu menegaskan bahwa pihaknya emiliki misi meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap isu-isu kesehatan mental serta cara pencegahannya.

Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Turun, Unusa Beri Kemudahan untuk Biaya Kuliah dan Tidak Naikkan DPP-DOP

Ia mengungkapkan, maraknya kasus ekstrem yang terjadi di lingkungan kampus menunjukkan urgensi untuk mengedukasi mahasiswa agar lebih tanggap terhadap kondisi mental mereka.

"Masalah mental saat ini sudah menjadi isu yang sangat mendesak. Banyak mahasiswa mengalami tekanan yang berujung pada tindakan ekstrem. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang kesehatan mental, bagaimana cara mencegah masalah tersebut, dan langkah-langkah apa yang bisa diambil jika mereka atau teman mereka mengalami gangguan mental," kata Merry.

Lebih lanjut, Merry mengaku pihaknya akan terus berinovasi yang berdampak langsung pada kesejahteraan psikologis mahasiswa.

Merry juga menekankan pentingnya para mahasiswa membuka diri terhadap konsultasi dengan profesional, seperti psikolog, sebagai bentuk dukungan terhadap kesehatan mental yang sehat.

"Kami harapkan, kalau memang (mahasiswa) punya masalah pribadi, atau masalah kuliah, atau masalah yang lain sebagainya, sudah tidak bisa diselesaikan, ayo kita melapor atau berkonsultasi, atau mungkin kasarnya kita ya berkonsultasi ke psikolog," paparnya.

Baca Juga: Solusi Permasalahan Air Bersih dan Sampah, Unusa Luncurkan Mobil Water Treatment dan Incinerator

Ia menyampaikan, berkonsultasi bukanlah tanda kelemahan, tetapi langkah bijak dalam menghadapi masalah.

"Berkonsultasi ke psikolog bukan berarti gila. Justru ini yang kita butuhkan. Terkadang, berbagi cerita dengan teman dekat malah menambah risiko, sementara dengan psikolog, kita mendapatkan penanganan yang tepat," tukasnya.

Di sisi lain, Ajeng Harlika, Psikolog dari UPT PPA DP3AK Provinsi Jawa Timur, menyoroti hubungan erat antara kekerasan, baik fisik maupun psikis dengan gangguan mental.

"Kalau kita amati, para pelapor seringkali datang dengan kondisi depresi berat karena tekanan dari keluarga sendiri. Hal ini diperburuk oleh stigma masyarakat yang menganggap korban pelecehan atau kekerasan seksual sebagai aib jika berani speak up," ujar Ajeng.

Baca Juga: Solusi Permasalahan Air Bersih dan Sampah, Unusa Luncurkan Mobil Water Treatment dan Incinerator

Ia pun berharap melalui kegiatan seperti ini, para mahasiswa dapat menjadi agen perubahan untuk mengubah stigma tersebut serta mampu membangun ketahanan mental dalam menghadapi tantangan hidup.

Ajeng berharap Unusa menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain untuk mengadakan program serupa, demi menciptakan lingkungan yang lebih peduli pada kesejahteraan psikologis generasi muda.

"Semoga ke depannya semakin banyak sosialisasi serupa agar anak muda lebih peduli terhadap kesehatan mental mereka. Ini penting untuk masa depan mereka," pungkasnya.Lni

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU