Vaksin Sinovac, Sedang Dimonitor Khasiat dan Keamanannya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 11 Nov 2020 21:55 WIB

Vaksin Sinovac, Sedang Dimonitor Khasiat dan Keamanannya

i

Beberapa peneliti melihat vaksin Corona asal China, Sinovac

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta – Vaksin Corona asal China, Sinovac, saat ini sedang dalam tahap masa monitoring. Pasalnya, selama uji klinis hingga tahap kedua selesai, masih perlu pemantauan terkait keamanan.

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

dr Rodman Tarigan, menyebutkan, hingga 6 November 2020, menunjukkan sebanyak 1.620 relawan sudah mendapatkan suntikan pertama. Kemudian, 1.603 sudah mendapatkan suntikan kedua dan 1.335 sudah masuk dalam tahap monitoring baik untuk imunogenicity, efikasi (khasiat) maupun keamanannya.

Untuk tahap monitoring akan diperiksa imunogenicity, efikasi (khasiat) dan keamanan. Dalam keterangan resminya, Bio Farma mengungkap belum ada laporan mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius atau kejadian serius yang tidak diinginkan (Serious Adverse Event/SAE).

"Setiap relawan yang sudah mendapatkan suntikan pertama dan kedua, hingga uji klinis selesai akan diawasi dan dimonitor oleh tim uji klinis, sehingga apapun yang menimpa relawan pasti diawasi," ujar dr Rodman Tarigan, Juru Bicara Tim Uji Klinis Fase 3 Covid-19 dalam keterangan resmi, Rabu (11/11).

Novilia, salah satu tim Ahil Farmakovigilan Bio Farma mengungkap SAE yang dialami oleh seseorang, bisa terjadi baik untuk vaksin yang sudah dipasarkan, maupun vaksin yang sedang dalam tahap uji klinis seperti vaksin covid-19 ini.

"Untuk produk yang sedalam uji klinis, SAE akan dilaporkan ke Komite Etik, BPOM dan DSMB (Data Safety Monitoring Board). Sedangkan untuk produk yang sudah dipasarkan akan dilakukan investigasi atau penyelidikan, dan analisis oleh lembaga yang independen seperti KOMNAS KIPI, dan dilaporkan ke BPOM. Pelaporan untuk memastikan penyebab utama dari peristiwa ini apakah berhubungan langsung dengan vaksin (associated to vaccine), atau ada faktor lainnya (co-incident)", ujar Novilia.

Dia menambahkan untuk kejadian SAE yang saat ini terjadi di Brasil, perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk menentukan apakah SAE ini berhubungan dengan vaksin atau bukan (co-incident).

Dalam penyelidikan SAE ini, otoritas Badan Pengawas Obat setempat tentu akan dilibatkan. Jeda atau penangguhan pelaksanaan uji klinis obat atau vaksin merupakan prosedur standar dan biasa dilakukan untuk melakukan investigasi lebih dulu atas KIPI serius yang ditemukan dalam penelitian.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Terkait kasus SAE vaksin Covid-19 Sinovac di Brazil, sudah ada pernyataan resmi dari Sinovac, dimana perusahaan sudah melakukan komunikasi dengan Butantan Institute dan menyatakan kejadian SAE ini tidak ditemukan berhubungan dengan vaksin (co-incident).

 

Brasil Setop Sinovac

Sinovac Biotech akhirnya angkat suara soal kebijakan Brasil yang menghentikan sementara uji klinis vaksin Covid-19 CoronaVac. Uji klinis ini dihentikan sejak 29 Oktober 2020.

Baca Juga: Ratusan Anggota DPC PERADI Sidoarjo Antusias Ikuti Gelar Bakti Kesehatan Vaksinasi Covid-19

"Kami telah memperhatikan laporan beberapa media. Setelah berkomunikasi dengan rekanan kami di Brasil Butantan Institute, kami mengetahui kepala Butantan Institute percaya bahwa kejadian merugikan yang serius (SAE) ini tidak terkait dengan vaksin," ujar Sinovac dalam keterangan resminya, seperti dikutip Rabu (11/11/2020)

Otoritas kesehatan Brasil Anvisa mengumumkan penangguhan uji klinis vaksin Covid-19 CoronaVac. Alasannya, ada insiden yang merugikan tanpa penjelasan lebih rinci.

Direktur Instituto Butantan Sao Paulo Dimas Covas menduga penangguhan ini dikarenakan ada salah satu relawan yang meninggal tetapi "kematian itu tidak terkait dengan vaksin" sehingga ia heran atas keputusan Badan Kesehatan Brasil Anvisa.

"Ada lebih dari 10.000 relawan [vaksin] saat ini, kematian dapat terjadi ... Ini adalah kematian yang tidak ada hubungannya dengan vaksin dan karena itu bukan saatnya untuk menghentikan uji coba," kata Dimas Covas, seperti dikutip dari Reuters. erk/rtr/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU