Jatuh Bangun Buruh Bongkar Muat di Tengah Pandemi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 02 Feb 2021 16:52 WIB

Jatuh Bangun Buruh Bongkar Muat di Tengah Pandemi

i

Caption: Para pekerja saat melakukan bongkar muat barang di Tanjung Perak. SP/SAMMY MANTOLAS

SURABAYAPAGI,Surabaya - Aktivitas para pekerja bongkar muatan truk di Tanjung Perak Surabaya hingga Selasa (02/02/2021) pukul 12.45 WIB masih terlihat lengang. 

Beberapa gudang yang berjejer rapi di jalan Kalimas Baru pun tidak menunjukan tanda kehidupan. Para pekerja atau buruh bongkar muat beramai-ramai nangkring di warung kopi sembari menunggu barang masuk.

Baca Juga: Terminal Teluk Lamong Catat Kinerja Tinggi, Arus Petikemas Naik 14 % pada Semester 1 Tahun 2022

Tatkala ada truk barang yang datang, sejurus kemudian mereka sudah di atas truk. Ibarat semut mendapatkan gula, dengan cepat muatan di dalam truk diturunkan satu per satu.

"Ya gini mas kerjaan kita jadi buruh," kata Abdul Khorim salah satu buruh bongkar muat

Dari pantauan Surabaya Pagi, Khorim bercerita, telah 3 hari sudah muatan tak kunjung datang. Sekalipun datang hanya 1 atau 2 truk saja. Padahal sebelum virus bernama covid-19 menyerang Indonesia, hampir 7 hingga 10 truk dalam sehari yang datang.

"Sekarang sepi, nganggur saya mas," ucapnya

Sebagai seorang buruh bongkar muat, penghasilannya akan diperoleh tatkala ia menyelesaikan tugasnya. Untuk 1 ton muatan, ia dibayar dengan harga yang terbilang kecil.

"Satu ton kita dikasih 15 ribu," akunya.

Biasanya truk barang yang datang selalu membawa muatan dengan rerata 30 ton. Muatan tersebut kemudian dikeroyok oleh 15 hingga 20 orang.

Segala macam barang mulai dari bahan pangan hingga bahan kebutuhan pabrik diangkutnya bersama rekan-rekannya yang lain.

"Jadi ya gotong royong kita mas kerjanya," tandasnya

Sebagai orang yang tak punya ijazah, Aldul mengaku sudah menjadi resiko bila kerja kerasnya dihargai seperti itu. Ia menceritakan dirinya berasal dari Sumenep, namun menikahi gadis dari bangkalan dan akhirnya membangun rumah di Bangkalan.

Enam belas tahun sudah ia menggeluti kerja sebagai buruh bongkar muat. Dengan penghasilan yang pas-pasan, ia mengaku cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di Surabaya.

Baca Juga: Arus Petikemas di TPS Surabaya Hingga Agustus 2021 Naik 4,69 Persen

"Ya cukup mas, karena kan saya tinggal di gudang. Jadi gak ada uang sewa, ada kamar mandinya juga," kisahnya

Kepada saya ia tawarkan apabila pulang kerja dan merasa capek, tempatnya bisa menjadi rumah kedua bagi saya untuk beristirahat.

"Mampir saja ke sini, bisa tidur kalau mau mandi ada kamar mandinya di luar," ujarnya sembari menunjukan lokasi kamar mandi

Tatkala pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat tahap 1 pada 11 Januari hingga 25 Januari 2021, hampir seminggu muatan tak kunjung datang. Bahkan ia mengaku, dirinya pernah ditelepon oleh istrinya untuk pulang ke Bangkalan dan mencari kerja di sana.

"Kata istri saya, kalau gak ada kerjaan di sana pula saja ke rumah," ceritanya

Sementara itu pekerja lain seperti Ridwan juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya sebagai pekerja kasar seperti mereka, sudah menjadi resiko apabila barang yang diangkut jatuh tertiban badan ataupun kaki mereka.

"Pernah kaki saya karena kurang hati-hati, kejatuhan bawang merah, yang karung besar itu. Tapi ya itu sudah biasa, resiko kerja mas," ucap Ridwan

Baca Juga: Perdana, TPS Kirim 10 GD Logistik KA Rute Surabaya-Jakarta

Ridwan bersama Abdul berbagi ruangan tinggal di gudang milik perusahaan dimana mereka bekerja.

"Bos izinkan tidur di sini ya alhamdulillah bisa berhemat kan," jelasnya

Ketika tidak ada muatan yang datang, dua sejoli itu mengaku mencukupi kebutuhan hariannya dengan berhutang ke atasan. Untuk pelunasan nantinya akan dipotong ketika ada muatan yang datang.

"Jadi kita utang ke bos, nanti tinggal dipotong saja kan. Kalau gak gitu, utang ke warung akhir bulan baru bayar," katanya.sem

 

 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU