Ratusan Hotel di Jakarta, Jogja, Bali Dijual

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 05 Feb 2021 21:56 WIB

Ratusan Hotel di Jakarta, Jogja, Bali Dijual

i

Ilustrasi hotel

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Tidak beda jauh dengan Surabaya dan Jawa Timur, di DKI Jakarta, Jogjakarta dan Bali, juga menyebut puluhan hotel mulai dari hotel melati higga hotel bintang lima dijual pemiliknya. Penjualan ini akibat pandemi Covid-19.

Dari penelusuran Surabaya Pagi di beberapa market place, hotel di sejumlah kawasan Jakarta dijual dengan harga bervariasi. Ada yang dijual seharga Rp 26,8 miliar, Rp 85 miliar, hingga Rp 2,7 triliun.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Seperti, salah satunya Hotel Goodrich di Kemang, Jakarta Selatan, dengan harga Rp 26,8 miliar. Hotel Goodrich dijual akun Ogi Nugraha di OLX pada 25 Januari 2021.

Selain itu, Hotel Ibis Budget Jakarta, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dijual Rp 85 miliar. Hotel Ibis Budjet Jakarta dijual oleh akun Aldila Aspan pada 1 Februari 2021.

Kemudian, Hotel Le Meridien di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, dijual seharga Rp 2,7 triliun oleh akun Best Properties Indonesia di OLX.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno mengatakan, fenomena menjual hotel sedang terjadi di Jakarta.  Fenomena menjual hotel diperparah dengan adanya pandemi Covid-19.

“Jual hotel itu sebelum pandemi Covid-19 sudah ada. Akibat pandemi, itu lebih banyak yang jual hotel. Kalau dilihat di iklan-iklan online itu banyak sekali, sudah banyak di Jakarta,” kata Sutrisno, Jumat (5/2/2021)

Menurut Sutrisno, penjualan hotel-hotel di Jakarta saat pandemi Covid-19 dilakukan agar menghindari kerugian.  Pasalnya, biaya operasional hotel dan pembayaran kredit terap berjalan.

“Kalau telat bayar kredit, dendanya akan menumpuk. Jadi harus dijual, kecuali ada investor mau nutup dulu cicilan. Semakin hari kalau tidak dibayar kreditnya kan semakin menumpuk,” tambah Sutrisno.

Sutrisno menyebutkan, pemilik hotel akan berdarah-darah jika meneruskan usaha perhotelan apabila sudah tak bisa membayar cicilan kredit. Pilihan menjual hotel lebih baik diambil dibandingkan semakin merugi.

Namun, Sutrisno tak bisa menyebutkan berapa banyak hotel yang dijual di masa pandemi Covid-19. Ia mengatakan, PHRI Jakarta belum mendata jumlah pasti hotel-hotel yang dijual karena dampak pandemi Covid-19.

 

150 Hotel Jogja Kolaps

Sedangkan, di Jogjakarta, sudah ada ratusan hotel yang diketahui ditutup dan bahkan dijual. Hal ini diungkapkan Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono. Dari catatan PHRI DIY, setidaknya 50 hotel dan restoran di kota wisata tersebut gulung tikar atau tutup permanen. Bahkan, sebagian pengusaha memilih menjual hotelnya. "Data kita, itu 50 hotel dan restoran sudah tutup, tidak beroperasi lagi dan karyawan dirumahkan, bahkan ada yang di PHK (pemutusan hubungan kerja)," ujarnya

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Di samping itu, lanjut Deddy, sekitar 100 hotel dan restoran yang kini memilih tutup sementara. Hal ini jadi pilihan pengusaha untuk menekan kerugian yang semakin besar akibat ketidakpastian kondisi di masa pandemi.

Menurutnya, jika kondisi sudah membaik maka hotel dan restoran itu akan beroperasi kembali. "Mereka lihat situasi dan kondisi, jadi ibaratnya ambil nafas dulu," imbuhnya.

Sementara saat ini tercatat sebanyak 172 hotel dan restoran di Yogyakarta yang masih beroperasi. Tapi kemampuan dana yang dimiliki diperkirakan hanya cukup untuk 3 bulan ke depan.

Hal yang sama juga terjadi di pulau dewata, Bali. Daerah yang kerap didatangi para wisatawan asing ini juga diketahui, ada sekitar 40 hotel di Bali yang dijual. Ini ada temuan dari Founder TDW Group Tung, Dasem Waringin. Dirinya menerima laporan bahwa ada sekitar 40 hotel di Bali yang dijual. Bahkan hotel-hotel yang dijual ini merupakan hotel berbintang.

“Barusan saya dapat list ada 40 hotel dijual di Bali. Yang namanya Covid-19 pasti akan berlalu. Ketemu obatnya atau vaksinnya. Hotel ini makin lama makin murah. Tapi saya sudah punya hotel,” ujarnya.

 

Ubah Cara Bisnis

Baca Juga: PPKM Dicabut, Dinkes Kabupaten Mojokerto Tetap Siagakan Ruang Isolasi

Menurut Tung Dasem, di tengah pandemi virus corona ini cara bisnis harus mulai diubah. Sebab jika tidak diubah maka hasil yang didapatkan pun akan sama.

“Waktu berubah cara cari uang berubah kalau pakai cara lama itu juga. Ada satu perusahaan yang rugi Rp700 juta. Harus cara sama karena cara sama ya hasilnya sama,” jelasnya.

Sebagai salah satu contohnya adalah dalam mengelola hotel. Dirinya mengaku memanfaatkan hotel yang dimilikinya untuk menampung orang-orang yang ingin melakukan karantina mandiri. “Hotel saya buat karantina mandiri kan lumayan 14 hari,” ucapnya.

Tidak hanya itu, menurut Ketua Umum PHRI Pusat, Hariyadi Sukamdani menuturkan, perhotelan bisa bangkit apabila pemerintah melakukan belanja di perhotelan, misalnya menggunakan hotel untuk perjalanan dinas, seminar, workshop, training dan sebagainya. Ia mengatakan, selama ini pemerintah berkontribusi cukup besar terhadap sektor perhotelan yakni sekitar 25-30 persen. Menurutnya jumlah ini cukup signifikan apalagi di daerah.

"Jika pemerintah melakukannya, itu akan menolong dan secara perlahan akan mengembalikan situasi hotel seperti semula," lanjut dia.

Untuk memastikan hotel bisa digunakan kembali, PHRI telah memastikan hotel atau pun restoran tak akan menjadi tempat penyebaran virus corona dan mematikan menerapkan protokol kesehatan.

Pihak hotel secara teratur melakukan pembersihan dan pemberian disinfektan pada kamar sebelum  dan seduah digunakan meliputi, pintu, meja kursi, TV, remote TV dan AC, kran air, menyediakan hand sanitizer dan sabun cuci tangan. "Begitu pula pihak hotel memberikan aturan tak hanya di kamar, melankan di restoran, ruang pertemuan, kolam renang dan sebagainya," pungkasnya. dsy/cec/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU