Sembako dan Ternak, Naiknya Jangan Sampai 30%

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 04 Sep 2022 20:54 WIB

Sembako dan Ternak, Naiknya Jangan Sampai 30%

i

Salah satu penjual bahan pokok makanan di Pasar Keputran Surabaya, Minggu (4/9/2022) malam tadi. Dampak BBM naik, juga memberikan kenaikan beberapa bahan pokok. Sp/Aksa Tirani

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono dan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio minta pedagang Sembako dan ternak jangan latah naikan jualannya 30 persen ikuti kenaikan harga pertalite. Kedua asosiasi ini berharap padagang naikan 2-3 persen dari harga jual sebalum tanggal 3 September 2022. Kenaikan ini dipengaruhi ongkos distribusi.

Demikian himbauan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono dan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio, yang dihubungi terpisah Sabtu dan Minggu kemarin (4/9/2022).

Baca Juga: Per 1 Agustus: Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Naik Lagi

Sudaryono mengatakan harga bahan pokok bisa naik karena ada faktor angkutan logistik dari tempat produksi ke pasar. Biaya itu bisa lebih mahal karena harga BBM naik.

"Jadi pedagang pasar itu kan selalu mendapat barang yang dipasok, nah harga itu sudah termasuk harga angkutan. Tentu saja misalnya kita ngomong beras, cabai, komoditi penting saya kira akan mengalami kenaikan," kata Sudaryono kepada detikcom, Minggu (4/9/2022).

 

Masih Pantau

Sudaryono mengaku sampai saat ini masih memantau berapa kenaikan bahan-bahan pangan akibat dampak naiknya harga BBM. Dia berharap kenaikannya tidak terlalu signifikan jika melihat dari komponen biaya logistik di harga pangan.

"Seberapa besar kenaikannya kami berharap tidak terlalu signifikan mengingat biaya logistik dari harga barang tidak terlalu besar mungkin 2-5% paling tinggi. Misalnya beras di angka Rp 10 ribu, sebetulnya biaya logistiknya kalau dari Jawa ke Jakarta di kisaran Rp 100-300," jelasnya.

 

Naikan 2-3 %

Sudaryono menyebut telah mengimbau kepada pedagang pasar di bawah naungannya agar tidak latah menaikkan harga pangan terlalu signifikan dengan alasan BBM naik. Dia khawatir dengan kondisi ini, ada faktor psikologis yang bisa mengerek harga pangan."Kalau naik, kita berharap kenaikan itu hanya sebatas dari kenaikan biaya logistik yang menurut perhitungan kami besarannya 2-3% dari total harga, sehingga kalau (BBM) naik 30%, total kenaikannya tidak terlalu signifikan jika dibanding harga dari komoditi tersebut," bebernya.

Baca Juga: HM Rofiq Temukan Harga BBM Tidak Satu Harga di Bawean

Sedangkan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio juga memprediksi kenaikan harga BBM akan membuat biaya angkut pakan ternak dari pabrik ke kandang naik. Dengan begitu, bukan tidak mungkin jika produksi turunannya seperti daging ayam dan telur semakin mahal.

"Peternak beli pakan di pabrik, itu ada biaya angkutnya dari pabrik ke kandang. Itu pasti naik, cuma besarannya berapa belum tahu. Pasti otomatis harga pokok produksi telur dan daging ayam naik," imbuhnya.

 

Daya Beli Turun

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto menegaskan bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite, Solar dan BBM non subsidi jenis Pertamax akan menggerus daya beli masyarakat.

Baca Juga: Menkeu Takut Dimarahi Rakyat

"Kondisi Indonesia saat ini memang tidak baik-baik saja. Daya beli masyarakat sedang menurun akibat tingginya inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga berbagai kebutuhan dan jasa. Dengan adanya kenaikan harga BBM yang mencapai Rp 2000 lebih ini, maka bisa dipastikan daya beli mereka semakin melemah," ujar Adik Dwi Putranto, Minggu.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa yang paling terdampak akibat kenaikan harga BBM adalah konsumen karena biaya kenaikan tersebut akan dibebankan kepada mereka, baik kenaikan biaya logistik maupun kenaikan biaya lainnya.

"Kalau dari sisi perusahaaan, kenaikan itu bisa dibebankan pada harga jual. Perusahaan akan menaikkan harga jual sesuai dengan kenaikan harga BBM. Sehingga yang tetep terkena ya konsumen. Dampak selanjutnya daya beli kian turun," tegasnya.

Jika daya beli masyarakat yang lemah ini semakin turun, maka bisa dipastikan industri, baik barang atau jasa akan mengurangi produksi. Dan ini yang membuat pertumbuhan ekonomi akan terganggu. "Besar kemungkinan target ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,2 persen tidak akan tercapai," tandasnya.

Yang harus dilakukan pengusaha selanjutnya adalah berhitung ulang. Karena biaya logistik  pasti mengalami kenaikan. "Sektor transportasi inilah yang paling cepat melakukan penyesuaian harga. Sedangkan untuk sektor lain, masih perlu waktu untuk menghitung beban biaya produksi yang bertambah," kata Adik. Untuk itu, Kadin Jatim meminta pemerintah mampu menjaga daya beli masyarakat agar tidak semakin menurun.  erk/jm/rko/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU