Jokowi Tak Perlu Naikan BBM, Asal Mau Beli Minyak ke Rusia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Sep 2022 20:58 WIB

Jokowi Tak Perlu Naikan BBM, Asal Mau Beli Minyak ke Rusia

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Pasca pengumuman kenaikan BBM bersubsidi, Sabtu (3/9/2022) lalu, kini banyak pengamat dan asosiasi yang memprihatinkan. Dinilai Pemerintahan Joko Widodo, selain tak kreatif, juga tak bernyali. Salah satunya Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Danang Girindrawardana.

Danang katakan ada opsi lain yang bisa diambil Jokowi untuk mengatasi lonjakan anggaran subsidi BBM dan energi akibat kenaikan harga minyak dunia. Opsi itu adalah membeli minyak dari Rusia.

Baca Juga: Pak Jokowi, Ngono Yo Ngono, Ning Ojo Ngono

"Paling gampang yang bisa dilakukan pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga minyak dunia ini, beli minyak dari Rusia. Lebih hemat, lebih cepat, dan lebih pasti tanpa pengaruh fluktuasi dolar AS," ungkap Danang, Selasa (6/9/2022).

 

Butuh Keberanian

Memang, ia mengatakan pilihan ini butuh keberanian. Pasalnya, ini terkait sikap Indonesia dalam perdagangan internasional. Selama ini asas politik Indonesia sudah jelas; negara non-blok alias tidak berpihak pada timur atau barat.

Tapi, pemerintah ternyata tidak berani mengambil keputusan untuk membeli minyak dari Rusia. Mereka lebih memilih menaikkan harga BBM dalam negeri ketimbang membeli minyak Rusia supaya beban subsidi bisa ditekan.

 

Kita tak Punya Nyali

Pada akhirnya, pemerintah mengambil opsi menaikkan harga BBM jenis pertalite, solar dan pertamax pada Sabtu (3/9).

Pertalite naik dari Rp7.650 menjadi Rp10 ribu per liter. Solar naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax naik Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.

"Kalau kita tidak punya nyali menghadapi luar negeri, ya naikkan saja BBM dalam negeri," kata Danang.

 

Harga Minyak Rusia Murah

Baca Juga: Jokowi Ikut Siapkan Program Makan Siang Gratis

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan Presiden Jokowi setuju untuk mengimpor minyak dari Rusia karena lebih murah dibandingkan harga pasar internasional.

Menurutnya, harga minyak Rusia lebih murah 30 persen dibandingkan dengan harga internasional. Hal itu membuat Jokowi tertarik untuk mengimpor minyak dari Negeri Beruang Merah.

"Rusia nawarin ke kita, eh lu mau nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil ga? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil," papar Sandi.

Meski lebih murah dari harga pasar, Rusia diduga tetap mendapatkan untung sebesar US$6 miliar per hari. Sementara, biaya untuk perang dengan Ukraina hanya US$1 miliar per hari. "Jadi Rusia setiap hari profit US$5 miliar," imbuh Sandiaga.

 

Takut Diembargo AS

Namun, Sandiaga mengakui beberapa pihak masih ragu untuk mengimpor minyak dari Rusia karena takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS). Maklum, setiap pengiriman dolar AS harus dikontrol oleh Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Politisi Jalin Politik Silaturahmi

"Memang tantangannya karena barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York," jelas Sandiaga.

Sandiaga menjelaskan kalau bank di Indonesia dikeluarkan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), maka bank asal RI tak bisa mengirim dolar AS.

 

Bayar dengan Rubel

"Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor keuangan lagi menghitung," kata Sandiaga.

SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua. n erc/cnn/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU