Home / Opini : Kasih Karunia

Keluarga Kristen Milenial

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 03 Mar 2024 21:08 WIB

Keluarga Kristen Milenial

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Bagi umat nasrani, pasti tahu ada salah satu tokoh di dalam Alkitab yang sangat terkenal. Ia juga fenomenal. ternyata memiliki masalah di dalam keluarganya. Daud, seorang hamba Tuhan yang luar biasa.

Daud adalah anak ke-8, sekaligus anak bungsu Isai dan ibunya Nahash, orang Betlehem (2 Samuel 17:25).

Baca Juga: Mari Hidup Sederhana

Nabi Daud mampu dengan gagah berani mengalahkan Jalut karena dia beriman kepada Allah. Walaupun sebelumnya dia adalah seorang prajurit biasa.

Ternyata Daud, memiliki keluarga yang tidak pernah kita bayangkan dapat terjadi dalam keluarga seorang hamba Tuhan.

Anaknya saling mencelakai satu dengan yang lain. Bagaimana hal ini dapat terjadi?.

Nabi Natan menyatakan bahwa Daud, dengan pernah berbuat zina, membunuh, dan menipu, serta bersalah karena menghina "firman Tuhan" dan menghina Allah sendiri (2 Samuel 12:10).

Nah, kini ada tantangan keluarga Kristen di zaman sekarang yang disebut generasi millenial. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah dan memiliki permasalahannya sendiri.

Baca Juga: Kisah Warga Kisten Gaza Saat Puasa

Generasi millenial dinilai cenderung cuek pada keadaan sosial, mengejar kebanggaan akan merek/brand tertentu. Padahal orang tuanya makan dua kali sehari saja sudah bersyukur.

Anak millenial, kadang pulang kuliah/ kerja nongkrong di Starbucks. Sementara di kost-an hanya makan mie cepat saji. Cuek aja, yang penting gaya. Yang penting eksis di media sosial. Yang penting follower-nya banyak. Bahkan ada yang sekolah atau kuliah cuma jadi ajang pamer harta orang tua (untuk yang berpunya), dan jadi perjuangan untuk yang tipe BPJS atau Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita!.

Generasi milenial juga disebut Gen-Y. Beberapa karakteristik yang umum dikaitkan dengan generasi milenial: pola berpikir yang lebih terbuka untuk pandangan-pandangan liberal dan humanistik, generasi pendukung hak kaum gay dan gaya hidup baru, non-tradisional, umumnya menghindari politik tetapi menjadi pecinta alam dan pembela Bumi, cara hidup yang berfokus untuk memuaskan diri dan hedonis, lebih mengutamakan uang/materialistis, ingin dikenal, punya citra diri yang baik, kurang menekankan penerimaan diri, atau masuk kelompok atau gabungan orang lain, dikenal sebagai “Generasi Aku” (Generation Me). Pengaruh Generasi Milenial telah mengubah pemetaan kehidupan Dunia Barat dan menjadi tantangan besar terhadap etika, moralitas, sistem nilai dan evaluasi, sehingga segala sesuatu dipertanyakan dan fondasi-fondasi kehidupan masyarakat yang berabad-abad mulai dibongkar dan dihancurkan.

Mereka ialah kelompok yang ingin segera mengubah pola hidup dunia. Ini karena mereka yakin bahwa generasi sebelumnya sedang merusak planet Bumi dan menghancurkan masa depan mereka.

Baca Juga: Berdoa Jangan Bertele-tele

Indonesia pun tidak bisa menghindar dari dampak ini, karena pada zaman elektronik ini, semua informasi adalah instan dan masif. Tantangan Gereja dan Pelayanan di Era Milenial Dalam kehidupan bergereja dan melayani, kita sangat perlu memahami keadaan dunia. Termasuk isu-isu yang sedang mendominasi generasi kita sekarang: Serangan dan bantahan ateisme terhadap dasar-dasar kebenaran Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1-3.

Setelah 150 tahun teori Darwinisme disebarkan, generasi baru, Gen-Y, kini telah berkeyakinan teguh bahwa manusia pada dasarnya berevolusi dari kera; bahwa Alkitab tidak benar; dan bahwa Allah tidak ada atau sudah mati. Inilah paham ateisme: suatu keyakinan atau “iman” bahwa Allah itu tidak ada. Di dalam segala keyakinan ini, sekali lagi, yang harus diutamakan adalah… AKU.

Karena tidak ada Allah, maka tidak ada penciptaan, maka tidak ada hukum moralitas absolut, dan kalau saya mati kelak… sudah habis perkara. Tak ada lagi hal yang penting selain AKU. Jadi, kehidupan harus dievaluasi dan disesuaikan berdasarkan apa yang menguntungkan atau merugikan AKU. Inilah mentalitas yang mendasari kehidupan mayoritas dari generasi milenial saat ini. (Maria Sari)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU