Warga Jatim Diminta Tingkatkan Kewaspadaan Bencana Hidrometeorologi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Mar 2024 18:40 WIB

Warga Jatim Diminta Tingkatkan Kewaspadaan Bencana Hidrometeorologi

SURABAYAPAGI, Surabaya - Cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung di Jawa Timur hingga Bulan Maret ini berpotensi meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi, baik berupa angin kencang, banjir dan tanah longsor.

Maka itu komisi D DPRD Jatim meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan agar tehindar dari bencana yang mengancam. Menurut anggota Komisi D DPRD Jatim, Heri Romadhon Heri yang juga politisi asal fraksi PAN Jatim, bencana hidrometeorologi sendiri, sudah terjadi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur.

Baca Juga: Raih WTP, BPK Masih Curigai Pelaksanaan Dana Hibah Pemprov Jatim 

Antara lain, Kabupaten dan Kota Mojokerto mengalami banjir, tanggul jebol hingga jembatan putus, kemudian genangan, di Kabupaten dan Kota Probolinggo, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi juga terjadi banjir luapan air sungai usai hujan deras.

“Tentunya saya yakin Pemprov maupun pemda setempat sudah melakukan penanganan tanggap bencana terhadap bencana di wilayah tersebut,"jelasnya politisi asal dapil Blitar ini dikonfirmasi, Rabu (13/3).

Baca Juga: Pemprov Jatim Raih WTP untuk LKPD Tahun 2023

Heri Romadhon lalu, menjabarkan dalam antisipasi bencana dampak hidrometeorologi tersebut, perlu adanya mitigasi bencana di antaranya, melalui sistem peringatan dini (Early Warning System) terpadu BPBD yang dikembangkan dan notifikasinya disebarluaskan melalui semua moda komunikasi.

"Ini disebarluaskan melalui semua moda komunikasi, Website, media sosial, SMS Blast, kemudian juga ada integrasi teknologi canggih, seperti radar cuaca milik BMKG dan pemantauan sungai dari BBWS, PU SDA dan Jasa Tirta diintegrasikan pada Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana atau Pusdalops PB yang dipantau secara 24 jam 7 hari," terang dia.

Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono Setujui 12 Tuntutan Buruh: Kesejahteraan Nomor Satu

Selain itu, lanjutnya, perlu ada peningkatan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi dan pengembangan Destana (Desa Tangguh Bencana), Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan melakukan gerakan tanam pohon yang dilakukan secara kolaboratif dengan pemerintah daerah dan para relawan.

Berdasar rilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan diprediksi terjadi pada Januari - Maret 2024.sb/ana

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU