Nginap di Hotel Pakai Uang Palsu, Ditangkap

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 15 Mar 2024 19:25 WIB

Nginap di Hotel Pakai Uang Palsu, Ditangkap

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Polisi membongkar peredaran uang palsu (upal) di Surabaya. Dua pelaku yang berperan sebagai produsen dan distributor upal turut diamankan.

Kapolsek Gubeng Surabaya Kompol Eko Sudarmanto mengatakan peredaran upal terbongkar berawal dari salah satu pelaku Hasan yang sedang menginap di sebuah hotel di kawasan Gubeng.

Baca Juga: Ngebut dan Hilang Kendali, Pemuda Terpental Hingga Tewas

Saat itu, Hasan hendak check out dan membayar sewa hotel dengan upal. Pihak hotel yang curiga lalu melapor ke polisi.

"Ketahuannya pas bayar hotel, HS (Hasan) pakai uang palsu, saat kita datang ternyata sisanya masih banyak di pakaiannya," kata Eko saat konferensi pers di Polsek Gubeng Surabaya, Kamis (14/3/2024).

Dari hasil pemeriksaan, Hasan ternyata bertugas melakukan distribusi atau menyebarkan upal. Saat beraksi pria asal Kecamatan Peterongan Jombang itu kerap menyasar toko kelontong atau warung kecil.

Sementara, untuk pembayaran atau transaksi hotel baru pertama kali dilakukan. Apes, pria 20 tahun itu malah tertangkap "Sasarannya biasanya warung-warung kecil," imbuhnya.

Baca Juga: BI Jember Minta Masyarakat Waspadai Peredaran Uang Palsu

Polisi langsung mengembangkan kasus itu dan mencari pembuat upal dan memburu Rangga Prananta. Polisi selanjutnya mendeteksi keberaadaannya di Malang. "Lalu kami kembangkan dan produsen ditangkap di rumahnya di Malang," paparnya.

Usai dibekuk di Dusun Tlogosari Kecamatan Tirtoyudo Malang, polisi membawanya ke Polsek Gubeng. Kepada petugas, pria berusia 23 tahun itu mengaku hanya memproduksi saja dan tak mengedarkan.

"RP mencari orang untuk menyalurkan, salah satunya HS yang berminat. Mereka mengaku menyesal dan memohon maaf, pertama dan terakhir," ujarnya.

Baca Juga: Komplotan Pencuri Penutup Got Diringkus Anggota Polsek Gubeng

Kepada polisi, keduanya mengaku meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Lalu, digunakan untuk biaya produksi dan kebutuhan sehari-hari. Upal itu dijual dengan perbandingan 1:4.

"Keuntungannya diputar untuk produksi lagi, Rp 55 juta untuk kebutuhan sehari-hari," tuturnya.

Dari keduanya, polisi menyita total upal hingga Rp 202 juta dengan pecahan Rp 50 maupun Rp 100 ribu, sejumlah alat produksi upal, hingga kertas A4 juga turut disita. Akibat ulahnya itu, keduanya terancam 244 dan 245 KUHP dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU