Fadhilah Ramadhan (13): Puasa Ajaran Sunan Bonang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 31 Mar 2024 21:20 WIB

Fadhilah Ramadhan (13): Puasa Ajaran Sunan Bonang

Menurut Sunan Bonang, kita harus berpuasa dengan ikhlas dan hanya mencari ridho Tuhan. Maksudnya setelah puasa bisa menikmati kupat.

“Kupat” adalah makanan khas saat lebaran. Berupa nasi putih yang di masak di dalam janur. “Janur" adalah daun kelapa yang masih muda.

Baca Juga: Fadhilah Ramadhan (15): Puasa Mutih

Kupat adalah singkatan dari laku sing papat atau empat keadaan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada orang yang berpuasa dengan keikhlasan dan kesungguhan. Yaitu: lebar, lebur, luber, dan labur.

Lebar berarti telah menyelesaikan puasanya dengan melegakan. Lebur berarti terhapus semua dosa yang dilakukan di masa lalu, Luber berarti melimpah ruah pahala amal-amalnya. Dan Labur berarti bersih dirinya dan cerah-bercahaya wajah dan hatinya.

Manusia akan bisa meraih “laku sing papat” jika bisa bersikap dan berperilaku lembut dan santun terhadap sesama umat tetapi sekaligus tegas dan berani melawan ketidakadilan. Masing-masing hati nurani kitalah yang dapat menentukan apakah kita berpuasa untuk meraih “laku sing papat” ataukah hanya sekedar basa-basi agar tercitrakan sebagai orang yang saleh.

Juga ada sebuah piwulang yang diajarkan oleh Sunan Bonang.

Piwulang adalah sebuah kosa kata bahasa Jawa, yang secara sederhana diartikan sebuah pelajaran yang diajarkan secara pararel dengan tingkah laku.

Seperti pepatah Jawa “ilmu iku kelakone kanti laku”, bahwa kita bisa memahami sebuah ilmu kehidupan apabila tidak berhenti hanya di dalam teori. Tapi juga dijalankan dalam perilaku keseharian kita.

Saya catat, banyak kisah tentang Sunan Bonang. Ada yang bisa ditelisik dengan ilmu sejarah, ada juga yang berupa dongeng dari mulut ke mulut. Ada juga yang sekedar menjadi mitos. Tapi menurut saya bahwa kisah-kisah Sunan Bonang dan para wali lainnya menarik karena bisa ditelisik baik secara historis maupun histotik. Secara historis dengan pisau analisis ilmu sejarah, filologi, ataupun arkeologi.

Baca Juga: Fadhilah Ramadhan (14): Rahmatan Lil'Alamin

Sedang secara historik, yaitu mengambil sebuah hikmah atau moral cerita yang ada dengan mengkomparasikan pada masa sekarang.

Tentang puasa, ada sebuah piwulang yang diajarkan oleh Sunan Bonang, yang juga merupakan guru dari Sunan Kalijaga.

Dalam berdakwah Sunan Bonang, selalu mengedepankan sebuah dakwah yang sejuk dan damai, sesuai dengan semangat dasar filosofi dari Islam yaitu rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta.

Jadi dalam berdakwah pun selalu mengakrabi kebudayaan masyarakat yang ada, tanpa kehilangan esensinya, hingga terjadi dialektika dan bahkan memberikan nuansa makna yang lebih kaya, seperti piwulang dalam berpuasa, melalui simbol budaya Jawa.

Setelah berpuasa dan berlebaran ada tradisi ketupat kalau dalam bahasa Jawa namanya “kupat”.

Baca Juga: Kapolsek dan Jajaran Polsek Singosari Buka Puasa Bersama Tahanan Polsek Singosari

Dan Janur, sebagai bungkus mempunyai makna atau simbol sebagai sejatinung nur. Cahaya yang sejati. Kita bisa menjadi labur, bercahaya wajah dan hatinya, karena mendapat limpahan cahaya yang sejati dari Tuhan. Sebagai perwujudan sifat Maha Pengasih dan Penyayang. Menjadikan jiwa kita merasakan kebahagiaan yang hakiki. Sebuah kebahagiaan yang akan tercapai jika kita suka berbagi ke sesama manusia. Menjadi insan yang rahmatan lil alamin. Rahmat bagi semesta, memuliakan manusia tanpa memandang suku, agama, dan ras. Karena dalam perintah ibadah apapun akan selalu ada dua wajah Islam. Yaitu wajah Islam yang profetik ritual dan juga wajah Islam dengan dimensi kesalehan secara sosial. ([email protected])

 

Oleh:

Hj Lordna Putri

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU