Beri Aku 10 Pemuda, Eeehh 9 Naga, Niscaya.....

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 11 Agu 2024 20:44 WIB

Beri Aku 10 Pemuda, Eeehh 9 Naga, Niscaya.....

i

Raditya M Khadaffi

// pasang 7 kolom //

 

Baca Juga: Anies Baswedan, Akademisi yang tak Realistis

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saat menyambut hari Kemerdekaan 17 Agustus ke 79 nanti, saya tak lupa jargon Presiden Soekarno, yang bernuansa membangkitkan semangat para pemuda. “ Beri aku 1000 orang tua , niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”.

Jika kita renungkan dan refleksikan kutipan pidato Bung Karno itu, isyaratnya masa depan bangsa ada di tangan para pemudanya. Dan itu yang akan membawa Indonesia menjadi negara maju & diperhitungkan di kancah dunia.

Siapa pemuda yang masuk jajaran konglomerat? Akal sehat saya berbisik secara normatif peran pemuda tidak dapat dipandang sebelah mata.

Misal atlit panjat tebing dan angkat besi. Ini terkait dengan dorongan semangat yang disampaikan Presiden Soekarno.

Dalam pandangan sejarah, semangat itu memiliki arti yang mendalam dan menempatkan pemuda dalam berkiprah demi kemajuan bangsa.

Siapa pemuda pemuda kita yang mengelola uang triliunan seperti konglomerat yang dijuliki 9 naga?

 

***

 

Membaca buku sejarah tentang Soekarno dan melihat foto soekarno, saya kadang menangis. Saya bertanya dalam diri saya sebagai generasi penurus, apa yang harus dilakukan meneruskan cita" nya saat kemerdekaan sudah berusia 79 tahun.

Apa kita hanya mengenangnya jasa para pejuang . Apalagi sejak Orde Baru, saya pelajari ada sejarah yang sengaja ditengalamkan dan dipalsukan.

Dari sejarah, saya belajar para pahlawan berkorban darah keluarga . Harapan mereka, ingin generasi penerusnya hidup merdeka menikmatinya bukan orang asing.

Beberapa teman kuliah ada miris karena kita masih dijajah dengan halus.

Istilahnya, serigala berbulu domba.

Sejarah mengajarkan, sebenarnya kita ini dulu bangsa besar kerjaan yang makmur.

Saya juga baca narasi asli pidato Ir Soekarno saat Hari Pahlawan 10 November 1961 . Soekarno bilang “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

 

***

 

Bergaul dengan beberapa taipan, mereka juga tahu kelompok "9 Naga". Kisah ini bak seperti cerita legenda urban di Indonesia. Mereka disebut-sebut sebagai penguasa ekonomi di Tanah Air.

Istilah ini disematkan pada sembilan pengusaha besar keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia.

Saya hingga saat ini masih belum punya data valid sosok "9 Naga". Sepertinya masih kerap menimbulkan tanda tanya. Sebab, keberadaan "9 Naga" hanyalah istilah, bukan kelompok usaha atau organisasi.

Maka itu, tak heran jika timbul berbagai spekulasi. Catatan jurnalistik saya mencatat sejak awal dari "9 Naga" , dapat ditarik sejak masa Orde Baru. Pada masa itu "9 Naga" atau dikenal juga 'Gang of Nine' berkonotasi negatif dan seram.

 

***

 

Mengacu pada investigasi Tempo, "9 Naga" atau Gang of Nine merujuk pada sekelompok orang yang menguasai bisnis remang-remang: dari judi, obat bius, hingga penyelundupan.

Konon, mereka memiliki bekingan kuat yang membuat sepak terjangnya tak tersentuh untuk memuluskan bermain di bisnis gelap. Namun, tidak diketahui pasti siapa orang-orangnya.

Masih mengacu pada investigasi Tempo (hlm. 94), pengusaha seperti Aguan, Haryadi Kumala, Iwan Cahyadi, Yorrys, Arief Cocong, Edi Porkas, Arie Sigit, Jony Kusuma, dan Tommy Winata disebut sebagai kelompok Gang of Nine.

Meski demikian, lagi-lagi itu hanyalah spekulasi publik. Beberapa di antara mereka pun sudah memberi bantahan.

Seiring berjalannya waktu, "9 Naga" memiliki arti yang lebih netral, yakni sebutan untuk para pengusaha penguasa ekonomi Indonesia sejak masa Orde Baru.

Sebutan ini adalah hasil simbiosis mutualisme antara penguasa dan pengusaha.

Tidak diketahui siapa saja sosok "9 Naga" ini. Berbagai nama pun bermunculan berdasarkan hasil pencarian di mesin pencari Google.

Ada nama Robert Budi Hartono, Rusdi Kirana, Sofjan Wanandi, Jacob Soetoyo, James Riady, Tommy Winata, Anthony Salim, dan Dato' Sri Tahir.

Sementara, aktivis Sri Bintang Pamungkas dalam Ganti Rezim Ganti Sistim (2014) malah menyebut Aguan sebagai Naga Kedua dari "9 Naga". Lagi-lagi, kembali ke pernyataan semula, tidak diketahui pasti siapa saja sosok 9 Naga.

Terlepas dari itu, dugaan mereka menguasai ekonomi Indonesia sebetulnya juga tidak berlebihan.

Hal ini menjadi logis jika melihat pada besarnya konglomerasi sosok-sosok yang kerap disebut 9 Naga. Bisnis-bisnis mereka, mulai dari perbankan hingga properti menguasai ekonomi negara ini dan juga dapur banyak masyarakat Indonesia.

Seandainya "9 Naga" mengacu pada nama-nama yang sudah disebutkan di atas, tidak terhitung berapa produk dari bisnis mereka yang digunakan masyarakat. Sebut saja Robert Budi Hartono dengan grup Djarum dan juga Salim pemilik Indofood.

 

***

 

Melansir laman Amartha, berikut adalah nama-nama pengusaha yang tergabung dalam 9 Naga. Antara lain:

1. Dato' Sri Tahir

Dato' Sri Tahir atau Ang Tjoen Ming (nama lain) adalah sosok pendiri Grup Mayapada. Ia lahir di Surabaya pada 26 Maret 1962. Dato’ Sri Tahir juga menantu dari Mochtar Riady, sang pemilik Lippo Group.

Dato' Sri Tahir tidak terlahir dari keluarga yang kaya raya. Sejak kecil, Ayahnya hanya merupakan juragan becak di wilayahnya.

Namun, setelah sempat mengelola perusahaan garmen milik sang mertua untuk melunasi hutangnya sebesar USD10 juta kala itu. Kini kekayaannya ditaksir mencapai USD2 miliar atau sekitar Rp31 triliun.

 

Baca Juga: Nyali KPK, Diuji Menantu Jokowi

2. Anthony Salim

Anthony Salim merupakan anak dari Soedono Salim, pendiri dari Salim Group. Anthony Salim diwarisi Salim Group setelah dirinya menyelesaikan pendidikan di North East Surrey College of Technology, Inggris.

Perjalanan Anthony Salim tak berjalan mulus. Pada saat itu ia mengalami krisis moneter 1998 yang membuat Salim Group hampir gulung tikar.

Setelah melewati berbagai rintangan, dirinya sukses mempertahankan Salim Group hingga mencapai puncak keberhasilan. Bahkan, Anthony telah menguasai sebagian besar industri makanan di Indonesia. Bahkan, Kekayaannya diperkirakan mencapai USD5,6 miliar atau sekitar Rp87 triliun

 

3. Tommy Winata

Tommy Winata merupakan pendiri dari Artha Graha Group, sebuah perusahan besar yang memiliki ratusan anak perusahaan.

Memiliki latar belakang yang serupa dengan Dato' Sri Tahir, Tommy banyak menghabiskan masa kecilnya di sebuah Gang di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Namun saat ini, Tommy memiliki kekayaan sekitar USD2,4 miliar atau sekitar Rp37 triliun.

 

4. Rusdi Kirana

Rusdi Kirana merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Lion Air Group. Siapa yang tak mengenal jasa transportasi udara satu ini?

Saat ini, Lion Air Group memiliki sejumlah maskapai dalam negeri yaitu Batik Air, Wings Air. Sementara Malinod Air yang beroperasi di Malaysia, serta Thai Lion Air yang beroperasi di Thailand. Rusdi ditaksir memiliki harta sebanyak USD1 miliar atau sekitar Rp15 triliun.

 

5. Sofjan Wanandi

Sofjan Wanandi adalah seorang pengusaha pemilik dari Gemala Group. Ia juga memimpin Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) hingga 2014.

Kala itu, ia merupakan mantan aktivis 1966 yang kemudian menjabat sebagai anggota DPR termuda. Tak diketahui pasti kekayaannya, namun diperkirakan mencapai ratusan juta dolar AS.

 

6. Jacob Soetoyo

Jacob Soetoyo mengawali kariernya sebagai komisaris di PT Alakasa Industrindo tbk. Ia juga merupakan presiden direktur PT Gesit Sarana Perkasa, salah satu perusahaan yang terlibat dalam pembangunan hotel elit JS.

Jacob adalah pengusaha lulusan Concordia University, Montreal Kanada tahun 1978 dengan jurusan perdagangan. Kemudian dirinya melanjutkan studi S2 di McGill University Kanada jurusan administrasi. Kekayaannya diperkirakan mencapai ratusan juta dolar AS

 

7. Edward Soeryadjaya

Edward Soeryadjaya merupakan putra dari William Soeryadjaya, sang pendiri dari PT Astra International Tbk.

Saat itu, ia sempat disebut sebagai salah satu langkah untuk melengserkan William Soeryadjaya, agar beberapa orang lainnya dapat membeli saham PT Astra International Tbk di masa itu. Kekayaannya diperkirakan mencapai USD1 miliar atau sekitar Rp15 triliun.

Baca Juga: Menyorot Gaya Hidup Bobby, Kaesang dan Paus

 

8. Robert Budi Hartono

Robert Budi Hartono menempati urutan pertama sebagai orang terkaya di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Sementara sang kakak, Michael Bambang Hartono menempati urutan kedua sebagai orang terkaya di Indonesia.

Ia menerima warisan Djarum Group dari sang ayah. Hingga saat ini, Djarum Group sudah menjadi perusahan terbesar dengan berbagai anak perusahaan yang beroperasi di Tanah Air. Kekayaan Robert Budi Hartono ditaksir hingga USD22,1 miliar atau sekitar Rp345 triliun.

 

9. James Riady

James Riady merupakan anak sulung dari Mochtar Riady. Ia dijadikan harapan besar oleh sang ayah untuk meneruskan Lippo Group hingga saat ini. Kekayaannya diperkirakan mencapai USD1,5 miliar atau sekitar Rp23 triliun.

 

***

 

Seorang Ustaz, bahkan blak- blakan, Indonesia bisa dibeli oleh para oligarki cukup hanya menyiapkan uang Rp 50 triliun. Video pernyataan seorang Ustaz berpeci putih itu pun viral di media sosial instagram. Video itu diunggah oleh akun instagram @jimic_hubaiz.

"Untuk membeli Indonesia, oligarki atau 9 naga cukup menyiapkan 50 triliun. Indonesia sudah terbeli," kata sang Ustaz dikutip, Selasa (23/1/2024).

Tak tanggung- tanggung, lanjutnya, untuk menghancurkan atau menggagalkan Anies Baswedan menjadi capres, para 9 naga itu menyiapkan uang hampir Rp 300 triliuan.

Karena itu, biaya logistik untuk membeli Indonesia jauh lebih murah dibandingkan untuk menghancurkan Anies Baswedan Dengan kata lain, sang Ustaz menilai bahwa Anies Baswedan di mata para oligarki lebih berbahaya dibandingkan membeli Indonesia. Apa benar beri aku 9 naga, niscaya perekonomian Indonesia bisa dikendalikan?.

Catatan jurnalistik saya mencatat kelompok 9 Naga ini konon sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia dengan berbagai gurita bisnisnya. Tak heran jika mereka adalah kelompok yang sangat disegani oleh seluruh kalangan. Tiap rezim, nama nama "9 Naga" berubah. Diluar nama-nama itu, sebenarnya masih ada beberapa nama lain, seperti misalnya Aguan atau Sugianto Kusuma (Guo Zaiyuan) pendiri Agung Sedayu Group yang juga disebut termasuk dalam kelompok 9 naga atau bahkan menjadi naga ke-10.

Aguan adalah jajaran pengusaha yang berinvestasi di IKN untuk pertama kali. Ia tergabung dalam Konsorsium Nusantara yang terdiri atas 10 perusahaan. Sebelumnya, Konsorsium Nusantara membangun Hotel Nusantara di IKN. Itu adalah hotel bintang lima yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada September 2023. Jadi 9 naga bukanlah kelompok yang anggotanya tetap, namun lebih kepada sebutan yang diberikan ke mereka karena besarnya pengaruh bisnisnya. Istilah ini juga pertama kali muncul di zaman orde baru yang menggambarkan betapa eratnya hubungan antara pengusaha dan presiden di zaman itu.

Catatan jurnalistik saya mencatat, budayawan Emha Ainun Najib pernah menyebut 9 naga dalam sebuah ceramah.

“Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut,” ujarnya.

Menurut Cak Nun, mereka adalah orang-orang yang mengontrol sistem di Indonesia. Karena kelompok tersebut memiliki pengaruh kuat di bidang masing-masing.

Dalam ranah publik, yang dimaksud Cak Nun adalah 9 Naga, bukan 10 Naga. Sebenarnya, setiap kali menanyakan tentang sosok 9 Naga jawabannya malah menambah kebingungan, bukan memberikan kejelasan .

Dalam buku Liem Sioe Liong’s Salim Group: The Business Pillar of Suharto’s Indonesia (2014), Richard Borsuk dan Nancy Chng misalnya menyebutkan Salim dan Soeharto memiliki simbiosis mutualisme yang kemudian oleh Sri Bintang Pamungkan seperti dalam bukunya Ganti Rezim Ganti Sistim (2014), disebut melahirkan istilah sembilan naga.

Indonesia sering disebut sebagai negara yang diperintah oleh konglomerat. Di antara banyak konglomerat yang ada, ada beberapa yang memiliki kekuatan lebih dari yang lain.

Juga Pusat perbelanjaan atau mall yang tersebar kota-kota besar termasuk di Jakarta merupakan milik konglomerat RI. Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) ada 96 mal yang beroperasi di Jakarta. Angka tersebut merupakan mall terbanyak dibanding kota-kota lainnya.

Akal sehat saya kini meledek bila dulu Bung Karno, punya jargon beri aku 10 pemuda, kini yang relevan beri aku 9 naga... Niscaya, ekonomi Indonesia saya monopoli. BUMN dan UMKM jadi anak asuh 9 Naga. Apa iya? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU