Pengurus Tandingan Sindiran KH Ma'ruf Amin

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 04 Sep 2024 20:03 WIB

Pengurus Tandingan Sindiran KH Ma'ruf Amin

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Wakil Presiden Ma'ruf Amin, saat menghadiri acara Forum Silaturahmi Antar-Travel Haji dan Umroh (SATHU) dan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) di Jakarta, Senin (2/9/2024), berpidato yang menurut akal sehat saya bernuansa sindiran.

KH Ma'ruf Amin, menilai tak etis jika dalam suatu organisasi muncul pengurus tandingan usai digelarnya sebuah forum musyawarah organisasi seperti Munas atau Muktamar.

Baca Juga: Nyali KPK, Diuji Menantu Jokowi

Awalnya, Ma'ruf mengucapkan selamat kepada Amphuri yang sudah menggelar Munas sehingga terpilih para pengurus baru. Ia menganggap wajar jika ada persaingan sebelum Munas.

"Kalau tadi dibilang ada kompetisi, ada persaingan, boleh saja sebelum Munas selesai," kata Ma'ruf dalam video yang diunggah di kanal YouTube Wakil Presiden RI.

Ma'ruf lantas membandingkan dengan kondisi di internal Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum Muktamar Ma'ruf, bilang pasti ada 'gegeran' atau persaingan satu sama lain yang ingin maju sebagai kandidat pemimpin organisasi.

Namun, ia menyatakan setelah Muktamar berakhir pasti terjadi 'ger-geran' atau tertawa dan saling berangkulan satu sama lain.

"Kalau sebelum Munas boleh saja bersaing, tapi kalau sudah selesai harus saling merangkul, ger-geran itu saling ketawa. Selesai wa billahi taufiq wal hidayah," ingat tokoh NU asal Banten.

Karena itu, Ma'ruf berharap jangan sampai muncul pengurus tandingan dalam suatu organisasi jika forum musyawarah sudah selesai.

"Jangan sampai ada muncul lagi pengurus tandingan, itu tidak etis seperti itu ya, bukan watak bangsa Indonesia, bukan watak orang Islam seperti itu. Jadi, itu harus dijaga ya, suasana sesudah Munas itu kerja, sebelum Munas boleh bersaing," pesan dia. Pengurus PBNU insha Allah menyimak pidato Ma'ruf yang sarat nasihat.

 

***

 

Akal sehat saya mencatat pernyataan Ma'ruf Amin ini bukan sekedar sebagai wapres. Dia adalah tokoh agama. Saya tergelitik sindiran Ma'ruf Amin, yang disampaikan di forum bukan muktamar PKB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa sindiran adalah perkataan (gambar dsb) yang bermaksud menyindir orang; celaan (ejekan dsb) yang tidak langsung.

Akal sehat saya percaya, Ma'ruf Amin, mengkritik atau mengejek Pengurus PBNU secara tidak terus terang.

Pengalaman saya, kata-kata sindiran singkat adalah salah satu cara untuk membuat orang lain menyadari kesalahan atau perilaku buruk yang mereka lakukan.

Pernyataan Wapres Ma'ruf di atas, berisi kata-kata yang tajam namun bijak.

Sindirannya, menurut akal sehat saya dapat membuat hati seseorang tersentil dan mempertimbangkan untuk mengubah perilaku mereka. Siapa seseorang itu?

Baca Juga: Menyorot Gaya Hidup Bobby, Kaesang dan Paus

Nyatanya, gembar gembor akan ada Muktamar PKB tandingan antara tanggal 2-3 September, tak terealisasi.

Bahkan terbaru Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut menolak dianggap menginisiasi adanya Muktamar PKB tandingan.

Gus Yaqut, malah menilai, tak masalah jika ada Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) selain di Bali. Nah!

 

***

 

Berhubung yang sedang "berkonflik," sesama warga nadhiyin, saya kutip pandangan Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, agar baik pengurus PBNU maupun PKB, mematuhi nasihat Rais 'Aam PBNU yang kharismatik.

Beliau menyampaikan betapa pentingnya manusia menjaga mulutnya dari perkataan buruk. In problematika kehidupan. Problem itu kerap terjadi, berawal dari ucapan seseorang yang menyinggung perasaan dan hati. Luka yang disebabkan ucapan justru lebih membahayakan daripada sayatan pedang.

"Ucapan lisan (mulut) itu jauh lebih tajam daripada pedang. Kalau lisan melukai orang, lebih tajam, lebih mendalam. Luka sebab pedang. Mengingat senjata mungkin satu bulan, dua bulan, tiga bulan sembuh, tapi luka karena lisan, lukanya hati karena ucapan, bisa setahun bisa dua tahun enggak sembuh-sembuh," katanya sebagaimana dikutip NU Online, Selasa (17/1/2023) dari tayangan Jagalah Lisanmu-KH. Miftachul Akhyar.

Baca Juga: Paus Fransiskus, Sapa 8,3 Juta Umat Katolik Indonesia

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya itu kemudian mengutip pepatah Bahasa Arab yang berbunyi:

Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan."

Kiai Miftah sapaan akrabnya juga mengingatkan umat Islam agar jangan sembarangan saat berbicara. "Harus dijaga. Ada istilah mulutmu adalah harimaumu. Perkataan bisa menjadi senjata tajam yang dapat menyakiti orang lain jika tidak dijaga," jelas Kiai Miftah.

Catatan jurnalistik saya, konflik terbuka kali antar sejumlah tokoh NU ini adalah puncak dari rangkaian perseteruan di masa lalu yang tak selesai.

Kiai Miftah, bahkan menganalisa perseteruan itu dimulai sejak Muhaimin Iskandar, mengambil alih tampuk kekuasaan PKB dari tangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 2008 silam.

“Akar masalahnya dulu, dua kubu PKB Cak Imin dengan PKB Gus Dur terpecah. PKB Gus Dur kalah, yang menang PKB Cak Imin. Sekarang PBNU dipegang kubu PKB Gus Dur, ya tentu [mereka] kini ingin mendegradasi, menjegal, dan mengganti PKB Cak Imin

Konflik ini sepertinya tak berkesudahan dan bila tak ada tabayun, bisa memunculkan kegelisahan dan kebingungan di sebagian warga nahdliyin sebutan bagi orang-orang yang berpaham NU - di kalangan akar rumput.

Hadirnya Ma'ruf Amin yang masih 2 bulan menjadi Wapres, bisa menjembatani perseteruan ini. Mengingat beliau adalah tokoh kiai dari NU yang terpercaya. Semoga. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU