SURABAYAPAGI.com, Bojonegoro - Menurut hasil dari monitoring hari tanpa hujan (HTH) melaporkan wilayah Kabupaten Bojonegoro masuk kategori kekeringan ekstrem di musim kemarau panjang saat ini. Pasalnya, selama hampir 2 bulan terakhir tidak turun hujan sama sekali.
“Kriteria kekeringan ekstrem yakni jika wilayah itu tidak ada hujan selama 60 hari,” jelas Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban Zem Irianto Padama, Jumat (06/09/2024).
Baca Juga: Ratusan Hektar Padi dan Jagung di Jember Terancam Gagal Panen
Diketahui, ada dua kriteria kekeringan yakni, jika suatu wilayah tidak terdapat hujan selama 21 hari, maka masuk kategori kekeringan panjang, dan jika tidak terdapat hujan selama 31 hingga 60 hari, maka termasuk dalam kategori kekeringan sangat panjang.
“Data tersebut diperoleh dari pos hujan Kecamatan Kota, dan Pos Hujan Leran, Kecamatan Kalitidu,” lanjutnya.
Baca Juga: Kekeringan Ekstrem, Warga di Ponorogo Tampung Air Hujan untuk Memasak
Sementara itu, dampak kekeringan ekstrem tersebut, berdampak pada meningkatnya kebutuhan air warga di Bojonegoro. Bahkan, hingga awal September 2024 ini, potensi kekeringan di Kabupaten Bojonegoro sudah mencakup 92 desa di 23 kecamatan.
Menindaklanjuti masalah itu, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Laela Nor Aeny mengatakan, hingga Senin (2/9) kemarin pihaknya telah mendistribusikan air bersih sebanyak 417 tangki untuk 18 desa yang tersebar di 18 kecamatan.
Baca Juga: Waspadai Ancaman Musim Kemarau, Pemkab Pasuruan Anggarkan Rp 24,4 Miliar
“Setiap tangki berisi 5.000 liter air bersih, total sampai saat ini sudah 2 juta liter kami distribusikan,” paparnya.
Perlu diketahui, untuk bantuan pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Bojonegoro telah berlangsung sejak bulan Juli lalu, dan dilakukan sesuai permintaan. bj-01/dsy
Editor : Desy Ayu