SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saat ini, pendukung Anies Baswedan, berencana membuat partai politik (parpol). Ini wacana untuk mendukung Anies maju dalam Pilpres 2029. Cukupkah bagi Anies untuk maju dalam Pilpres 2029 mendatang hanya bermodal ketokohan saja?. Ujian lain suaranya di pemilu 2029 juga masih menjadi question?
Contoh partai Ummat dengan ketokohan Amien Rais, sampai sekarang tetap masih berada di barisan parpol gurem. Amien Rais, tak jadi capres. Padahal ia dikenal tokoh reformasi.
Baca Juga: Surabaya Barat, Lama-lama Jadi Marina Bay Casino
Akal sehat saya bilang, Anies Baswedan memang memiliki modal politik untuk mendirikan partai dari aspek ketokohan. Apa cukup?
Pertanyaan mendasar, jangan jangan wacana Anies Baswedan bikin parpol baru hanya bermodal "kekecewaan" setelah batal diusung menjadi calon kepala daerah oleh partai politik manapun pada Pilkada Serentak 2024.
Catatan jurnalistik saya, kiprah politik Anies, kini bisa sampai tingkat nasional berindikasi memenuhi syarat ketokohan untuk sebuah partai politik. Terbukti, Anies bukan hanya pernah menjadi gubernur di provinsi paling strategis, DKI Jakarta, tapi juga menjadi pemenang kedua pemilihan presiden dengan perolehan suara 24,9 persen. Total sekitar 40 juta warga memilihnya dalam Pilpres 2024 itu.
Terbukti, tanpa menjadi anggota partai, dia berhasil menarik tiga partai utama dengan latar belakangan ideologi berbeda: PKS yang islamis/modernis, PKB yang berbasis massa muslim tradisionalis, dan Nasdem yang nasionalis. Semua itu terjadi karena daya tarik figur Anies yang kuat.
***
Catatan jurnalistik saya menyimpan file Anies pernah menoreh Gerakan Indonesia Mengajar. Ide ini dirintisnya hingga mengantarkan Anies Baswedan ke panggung politik.
Anies ingin bangsa Indonesia diisi oleh manusia-manusia yang mempunyai kepribadian dan budaya yang unggul untuk memajukan dan mensejahterakan Indonesia. Itulah alasan mengapa Anies terjun ke politik praktis dengan menjadi menteri dan gubernur DKI Jakarta.
Tercatat urusan sekolah Anies, terbilang istimewa. Dia beberapa kali mendapatkan beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Tidak hanya istimewa di pendidikan, tetapi di dunia aktivis pun Anies memiliki kisah menakjubkan sejak anak-anak.
Namanya mulai menasional setelah menyandang gelar doktor di Amerika dan kembali ke Indonesia. Dia langsung mengemban tugas menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute. Ini adalah sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisa kebijakan publik.
Kariernya berlanjut, saat terpilih sebagai rektor Universitas Paramadhina sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun.
Janjinya ingin menuntaskan dan mengisi kemerdekaan Indonesia melalui pendidikan dia gelorakan dengan berbagai kegiatan.
Dia mewujudkanya Gerakan Indonesia mengajar. Kegiatannya, mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa menjadi pengajar di Sekolah Dasar di daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Tidak hanya itu yang dilakukan Anies, dia juga menginisiasi kelas inspirasi dengan menggerakkan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisir dan mengajar selama satu hari di Sekolah Dasar. Bahkan untuk menuntaskan janji kemerdekaan ini, dia mencoba terjun ke dunia politik dengan menjadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat.
Hasilnya tidak gemilang, namun bukan halangan bagi Anies Baswedan untuk menuntaskan janji kemerdekan. Dia bergerak dengan Menginisiasi Gerakan Turun Tangan. Dia mengajak semua orang terlibat mengurus negeri dengan menginisiasi Gerakan Turun Tangan membantu dan mendorong calon pemimpin muda berpotensi dan bersih.
Karier politiknya mulai moncer saat dia terlibat turun tangan membantu pasangan capres Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Pasca Pilpres, dia menjadi bagian tim transisi presiden terpilih. Cita-citanya tentang pendidikan mulai terwujud saat dia dipilih Jokowi menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja 2014-2019.
Namun, di tengah menjalani tugasnya, ia terkena reshuffle kabinet Jokowi pada 27 Juli 2016.
Baca Juga: Kapolri Instruksikan Kapolda Tidak Ragu Tindak Perjudian
Usai tak jadi menteri, Anies diminta Prabowo Subianto untuk maju bersama Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Hasilnya kemenangan. Pada 16 Oktober 2017, ia bersama Sandiaga Uno dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2020.
Dari catatan ini, brand sebagai akademisi lebih menonjol ketimbang sebagai politisi. Pertanyaannya adakah akademisi yang bisa jadi kepala negara?
***
Dalam budaya kita, akademisi itu guru. Ia merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Hal ini berkaitan dengan pengertian tentang pentingnya posisi guru dalam kehidupan manusia. Digugu merujuk pada konsep guru sebagai rujukan atau sumber pengetahuan dan kebijaksanaan, mereka memberikan arahan dan petunjuk yang esensial untuk muridnya .
Dalam etika, ditiru lebih menekankan peran guru sebagai contoh atau model dalam perilaku, sikap, etika, dan nilai-nilai kehidupan yang baik.
Praktik ini menunjukan seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan pengetahuan secara teoritis, tetapi juga diharapkan menjadi panutan dengan kualitas pribadi yang baik.
Anies Baswedan gagal dalam pilpres 2024 dan tidak terjaring masuk kandidat cagub serentak tahun 2024 apa ini isyarat, Anies tak layak jadi panutan menjadi politisi?.
Baca Juga: Tak Dikasih Rumah Dinas, Syukurilah Gajimu
***
Literasi bacaan saya, politisi itu profesi, sama dengan guru. Profesi politisi merupakan seseorang yang terlibat dalam politik, termasuk diantaranya ahli politik. Politikus juga termasuk diantara figur politik yang ikut serta dalam pemerintahan. Dan pada demokrasi Barat, istilah ini terbatas pada mereka yang menjabat atau sedang mencoba mendapatkan dibanding para ahli yang dipekerjakan oleh orang-orang dibidang politik.
Politikus juga menjadi salah satu profesi yang begitu penting dalam pemerintah khususnya dalam mengatur segala hal terkait politik.
Sejarah mencatat, di sebuah negara seorang politikus kemudian akan membentuk bagian eksekutif hingga legislatif dari sebuah pemerintah.
Anies pernah di eksekutif pemerintah pusat, tapi jabatan menteri yang diembannya dicopot di tengah jalan. Anies baru menuntaskan jabatan eksekutif hanya saat jadi Gubernur DKI Jakarta. Sejarah mencatat, ia tidak punya partai politik. Ia tak ubahnya cendekiawan yang berselancar di profesinya kaum politisi.
Akal sehat saya bilang Anies dan pendukungnya akan membuat parpol baru adalah rencana yang tak realistis.
Indikasi bikin partai politik seperti sedang emosi sesaat karena Anies tidak mendapatkan tiket maju dalam Pilkada Jakarta.
Mengacu aturan partai terbaru Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, membikin partai politik hanya untuk modal maju pilpres pada 2029 menurut akal sehat saya, sebagai akademisi, Anies juga tidak realistis. Mengingat untuk maju Pilpres di 2029, Anies dan pendukungnya mesti mikir threshold. Hitungan partai-partai yang lolos ke parlemen. Mengingaf untuk maju pilpres, threshold-nya itu 20 persen. Ingat partai Ummat yang bermodal ketokohan Amien Rais. ([email protected])
Editor : Moch Ilham