SURABAYAPAGI.com, Nganjuk - Sejumlah pedagang di Pasar Wage Baru Kabupaten Nganjuk Jawa Timur mengeluhkan tarif retribusi yang naik menyesuaikan tata letak lapak. Semakin stetrategis semakin mahal.
Ditambah semakin lama situasi pasar semakin sepi transaksi jual beli semakin membuat berat pedagang. Selain itu, minimnya perawatan pasar membuat kondisi pasar semakin ditinggalkan masyarakat. Apalagi, kondisinya kotor dan jarang dibersihkan.
Baca Juga: Emak-emak Pedagang Pasar KLD Geruduk Dewan, Protes Kenaikan Retribusi
“Ya kalau bagi pedagang sendiri otomatis sangat keberatan ya, pasar di sini pun nggak begitu ramai. Sudah bayar kontrakan, listrik bayar sendiri, fasilitasnya pun nggak ada, apa lagi kamar mandi, sangat kotor kayak gitu kok. Kalau uangnya dibuat untuk kebersihan sebenarnya ya nggak apa-apa,” ungkap MJ (40), salah satu pedagang, Senin (06/01/2024).
Diketahui, awalnya ya Rp 5 ribu rupiah per hari sejak tahun 2023, ya alasan nya buat kebersihan, meskipun hari libur pun ya tetap ditarik. Kemudian di awal tahun 2024 naik yang dulunya Rp 5.000 per hari kini jadi Rp 8.000 per hari, yang kemudian kalau dikalkulasikan per bulannya Rp 240.000
“Kalau lapak yang berada di dalam, di sebelah depan, dan di pinggiran itu tarikannya beda-beda mas. Per harinya dari Rp 3 ribu hingga Rp 17 ribu. Bahkan ada yang di atasnya lagi,” jelasnya.
Baca Juga: Bupati Mojokerto Resmikan Pembayaran Retribusi Pasar Non-Tunai
Situasi ini membuat pedagang semakin curiga jika uang hasil retribusi hanya masuk ke kantong-kantong tertentu. Sebab, kata mereka, berdasarkan karcis pungutan retribusi tidak terdapat stempel resmi dari pemerintah.
“Apalagi yang kami sayangkan itu, bukti pembayaran nya tidak ada stempel atau kop resminya. Kalau memang itu tarikan secara resmi ya seharusnya ada stempelnya lah,” tambahnya.
Pedagang berharap agar pemerintah segera menindaklanjuti atas keluhan dari semua pedagang, serta upaya apa yang dilakukan pemerintah agar kondisi pasar bisa ramai.
Baca Juga: Target Retribusi Pasar Purwosari Sukses Tercapai
“Ya untuk harapannya bagi para pedagang, bagaimana pemerintah bisa menindaklanjuti hal seperti ini. Agar apa agar para pedagang tidak merasa keberatan, dan semoga pasar Wage ini bisa ramai kembali,” harapnya.
Sementara itu, saat ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Nganjuk memang menargetkan agar Pasar Wage berkontribusi menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp1 Miliar per tahun. Sehingga tak memungkiri jika banyak pedagang yang mengeluh terkait penarikan retribusi tersebut. Sebab hal itu merupakan kebijakan dari atasannya. ng-01/dsy
Editor : Desy Ayu