Manfaatkan Limbah Bulu Kelinci Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 22 Agu 2021 09:00 WIB

Manfaatkan Limbah Bulu Kelinci Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

i

Suryo dengan kelinci budidayanya saat ditimbang. SP/ MGT

SURABAYAPAGI.com, Magetan - Selama ini, di Magetan, kulit kelinci hanya dibuang dan menjadi limbah setelah diambil dagingnya oleh para pedagang. Namun, bagi Suryo, kulit dan bulu kelinci menjadi bahan baku produksi untuk diolah kembali. Oleh karenannya, Suryo mulai intensif mengembangkan ternak kelinci.

Berbekal informasi dari sejumah peternak dan internet membuat Suryo akhirnya berhasil mengembangkan peternakan kelinci yang mampu menghasilkan daging dan bulu yang indah. Ketersediaan pakan serta jenis pakan, menurut Suryo, amat sangat menetukan keberhasilan seseorang untuk beternak kelinci.

Baca Juga: Fenomena ‘War Takjil’ Ramadhan Jadi Berkah dan Peluang UMKM Tingkatkan Penjualan

Hasil kerajinan sandal dan tas dari limbah kulit kelinci. SP/ MGT

Jika kebiasaan peternak kelinci di Magetan memberikan pakan daun ubi jalar dan sayuran, Suryo lebih memilih memberi pakan kelincinya dengan rumput odot, sejenis rumput gajah. Dengan rumput odot, kelincinya tumbuh dengan baik dengan memiliki daging dan bulu yang bagus, karena terpenuhi kebutuhan protein dan karbohidratnya.

Baca Juga: Lia Istifhama: War Takjil Menjadi Momen Tepat Support UMKM

“Kelinci yang baik harus memiliki kandungan serat di atas 40 persen, protein di bawah 15 persen dan lemak 1 persen. Komposisi seperti itu akan menghasilkan daging kelinci yang enak, padat dan kulit yang dihasilkan akan berkualitas,” katanya.

Dalam setahun, kelinci yang dipelihara Suryo mampu beranak 4 kali dengan jumlah anakan mencapai 3 hingga 5 ekor. Dari 1 ekor kelinci, peternak bisa menyisihan 4 ekor kelinci untuk indukan, yang akan mulai berporduksi dari umur 7 bulan hingga umur 2 tahun.   “Sekarang bisa menjual 160 ekor per bulan dengan bobot 2,5 kilogram per ekor. Harga per kilo Rp 40.000. Sebulan bisa menghasilkan Rp 16 juta,” kata Suryo.

Dari 4 pedagang kelinici kenalannya, Suryo mengaku mampu mendapat 200 lembar kulit kelinci setiap hari. Padahal, di Kabuaten Magetan diperkirakan ada sekitar 40 pedagang kelinci yang melayani kebutuhan daging kelinci di Magetan dan sejumlah kota lainnya.

Baca Juga: Bupati Sumenep Himbau Agar Produk Lokal Dipertahankan

Sejumlah kerajinan tangan dari sandal bulu, dompet bulu dan tas bulu berhasil dibuat dalam pelatihan selama 4 hari tersebut. Suryo mengaku masih akan melakukan pelatihan dengan melibatkan Poltek ATK Yogyakarta, agar Magetan bisa lebih mengembangkan produk berkualitas dari limbah kulit kelinci.

Dia mengaku masih membutuhkan waktu lagi agar pengrajin di Kabupaten Magetan bisa menghasilkan sarung tangan bulu dari kulit kelinci. “Kita perlu belajar lagi. Dengan hasil pelatihan seperti sandal, dompet, dan tas dari kulit kelinci, setidaknya sudah meningkatkan nilai jual kulit kelinci dan tidal lagi menjadi limbah,” ucap Suryo. Dsy3

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU