Mega Proyek Pabrik Baterai RI-China Rp142 Triliun Siap Dibangun Januari 2024

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 08 Des 2023 10:11 WIB

Mega Proyek Pabrik Baterai RI-China Rp142 Triliun Siap Dibangun Januari 2024

i

Pabrik nikel terbesar di dunia yang dimaksud yaitu pabrik nikel sulfat yang merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik. Pabrik nikel sulfat ini berada di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. SP/ JKT

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Pemerintah akan berencana bekerjasama dengan China dalam membangun pabrik komponen baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang nantinya berlokasi di Halmahera Timur pada Januari 2024.

"Saya ke China itu memastikan investasi ekosistem baterai mobil, CATL dan mereka sudah mau melakukan groundbreaking. Di Januari ini," kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Jumat (08/12/2023).

Bahlil menuturkan, groundbreaking ini merupakan kelanjutan pengembangan ekosistem baterai di hulu, setelah hilirnya sudah dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan total investasi sebesar USD 1,1 miliar.

Pabrik tersebut akan memproduksi secara komersial sel baterai sebanyak 10 GWh pada April 2024. Menurut Bahlil, progres pembahasan kerja sama tersebut berjalan dengan baik.

Hal tersebut diungkapnya usai kunjungannya ke China beberapa waktu lalu. Dalam kunjungan tersebut, ia bertemu dengan pihak Contemporary Amperex Technology Co. (CATL).Ia juga bertemu dengan beberapa investor yang akan melakukan investasi di Indonesia. Bahlil juga memastikan bahwa kantor perwakilannya di China diresmikan. 

Diketahui, mega proyek senilai USD 9,8 miliar atau Rp 142 triliun ini merupakan proyek kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC.

Menurut Bahlil, pembangunan pabrik komponen baterai ini merupakan kelanjutan dari pembangunan ekosistem EV di hulu. Dalam hal ini, sebelumnya juga telah dibangun pabrik sel baterai di Karawang senilai US$ 1,1 miliar. Kerja sama ini sempat terkendala setelah diterbitkannya aturan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat (AS). 

Kelanjutan proyek ini menunjukkan, konsensus dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama antara pemerintah Indonesia dengan LG Konsorsium dalam rangka hilirisasi sumber daya alam, peningkatan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia dan penciptaan lapangan kerja.

Selanjutnya, investasi mega proyek akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik smelter, prekursor dan katoda, serta kerja sama pertambangan yang saat ini dimiliki ANTAM di Buli, Halmahera.

Selain itu, kerja sama ini juga mencakup pembangunan pabrik material baterai, pabrik baterai, dan pabrik daur ulang baterai. Mega proyek tersebut diestimasikan membutuhkan capital expenditure (capex) hingga USD 6 miliar atau sekitar Rp 93 triliun (kurs Rp 15.500). jk-01/dsy

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU