Toleransi dan Bergaul Tanpa Melihat Ras

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Nov 2019 08:12 WIB

Toleransi dan Bergaul Tanpa Melihat Ras

Begitu banyak kampus yang berdiri di Surabaya. Baik itu yang negeri ataupun swasta. Namun mahasiswa atau remaja keturunan Tionghoa biasaya memilih kampus-kampus swasta. Di antaranya, Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Kristen Petra, Ciputra University, Widya Mandala, Ubaya dan masih banyak lagi. Berikut ini penelusuran SurabayaPagi ; Wartawan SurabayaPagi, Iker SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -Kebanyakan orang beranggapan bahwa Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya merupakan kampus yang didominasi oleh mahasiswa-mahasiswi dari kalangan etnis Tionghoa. Meski didominasi oleh mahasiswa keturunan Chinese pihak kampus mengaku tidak membeda-bedakan antara mahasiswa Chinese dan lainnya, mereka saling bertoleransi dan bergaul dengan mahasiswa lainnya. UPH sendiri bisa dibilang bahwa setengah dari Mahasiswanya merupakan keturunan Chinese. Kampus ini sering menjadi tujuan orang-orang Chinese untuk menimba ilmu. Menawarkan program 3 semester dalam 1 tahun sehingga mereka bisa lulus dalam kurun waktu 3 tahun. Hal tersebut yang menjadi nilai tambah bagi mahasiswa atau keluarga mereka memilih UPH sebagai kampus tujuan mereka. Menawarkan program 3 semester dalam satu tahun, pihak kampus melalui dosen akan membantu mahasiswa dalam program ini untuk mendapatkan kelulusan tepat waktu. Selama mahasiswa itu rajin, dalam hal perkuliahan, tugas dan atitude dan juga mahasiswa tidak aneh-aneh, tidak malas dan mau mengikuti proses. Maka para dosen juga akan memberikan bimbingan untuk proses kelulusan tepat waktu mereka, ungkap Erwin K. Julistiono selaku Student Life Manager Proses perkuliahan selama 3 tahun tersebut sering dipilih oleh para orang tua atau keluarga mahasiswa keturunan Tionghoa karena mereka beranggapan semakin cepat perkuliahan semakin baik. Di UPH sendiri hubungan antara dosen dan mahasiswa sangat dekat menurut Erwin karen mahasiswa jumlahnya tidak seperti Universitas Negri lainnya membuat hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa dekat serta mahasiswa dengan dosen juga sangat intens. Dosen di UPH sendiri juga didominasi dari etnis Tionghoa, para dosen merangkul semua mahasiswa dari berbagai etnis tidak ada perlakuan khusus. Bahkan tidak hanya soal perkuliahan, dosen disini juga dekat dengan para mahasiswa dalam hal lain, imbuh Erwin. Suasana yang hampir sama bisa ditemui di Universitas Kristen Petra. Berdiri sejak 1961, universitas yang akrab disebut UKP ini sudah menghasilkan banyak wisudawan berprestasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Yang unik, ada Kolam Jodoh di kampus UKP ini. Ini bukan tempat mencari jodoh. Entah mengapa tempat satu ini disebut kolam jodoh (KJ), tapi yang pasti, daerah satu ini selalu ramai. Banyak anak-anak yang menghabiskan waktunya di sini, duduk-duduk sambil mengerjakan tugas atau mengobrol. Yang menjadi salah satu kelebihan UKP adalah kampus ini memiliki koleksi buku perpus Petra ini termasuk salah satu yang terlengkap di Surabaya. Mulai dari buku anak-anak, hingga buku untuk teori-teori skripsi, kamu bisa dapatkan di sini. Selain itu juga, menghabiskan waktu dalam perpus Petra ini nyaman. Lalu, di perpus lantai 8, tempatnya sangat nyaman. Sampai-sampai, kamu bisa tidur kalau di sini. **foto** Nyaman banget di sini. Dan bisa konsentrasi saat membaca, terang Johanes, mahasiswa UKP. Dan bagi mahasiswa Sastra Inggris, UKP menjadi kampus yang sangat menunjang. Di sini ada Petra Little Theater (PLT). Ini adalah ajang dari jurusan Sastra Inggris. Pertunjukan di teater ini nggak kalah sama teater lainnya. Dari segi cerita, kostum dan desain tata panggung, semuanya benar-benar dipikirkan oleh mahasiswa sasing (panggilan akrab Sastra Inggris). Jika saatnya PLT, itu momen yang ditunggu mahasiswa di sini, terang Edward, mahasiswa UKP. Mahasiswa baru Petra juga sering menggelar acara unik dan bermanfat bagi masyarakat sekitar. Salah satu adalah rangkaian Welcome Grateful Generation (WGG) 2019. Dalam acara ini mahasiswa ikut mengisi kelas di SD yang berada di sekitar kampus. Mulai dari SD YPPI 1, SD Aletheia, SDN Bubutan IV, SD Katarina, SDN Simokerto 1, SDN Alun-Alun Contong hingga SD Kristen Pirngadi. Para maba ini mengajak siswa SD untuk membuat jam dinding, tempat pensil, membuat nama dengan biji-bijian, kalender kubus, bingkai foto, rak buku, parsel, hidroponik dan celengan. Ketua WWG 2019, Kevin Chandra Gunawan, mengatakan melalui tema Abiding in Love, Living With Love, pihaknya mengajak maba untuk mengenali lingkungan universitas dengan cara berbagi kasih dengan anak-anak SD. "Kegiatan kepedulian ini merupakan acara wajib. Karena kami mengenalkan nilai, visi dan misi UK Petra pada maba. Dalam kegiatan ini kami mengajak anak-anak SD yang ada di sekitar UK Petra," ujar Kevin. Mahasiswa baru UK Petra membantu siswa SDN Siwalankerto II membuat prakarya dalam rangkaian orientasi Welcome Grateful Generation (WGG) 2019 bertema Abiding in Love, Living With Love. Siswa dibantu membuat prakarya hidroponik, tempat pensil dan kalender kubus Mahasiswa baru UK Petra membantu siswa SDN Siwalankerto II membuat prakarya dalam rangkaian orientasi Welcome Grateful Generation (WGG) 2019 bertema Abiding in Love, Living With Love. Siswa dibantu membuat prakarya hidroponik, tempat pensil dan kalender kubus.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU