Home / Pilgub2018 : PDIP Beri Sinyal akan Usung Calon dari Duet NU dan

MEGA PUJI RISMA

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 12 Sep 2017 00:18 WIB

MEGA PUJI RISMA

SURABAYAPAGI.com, Surabaya – Teka-teki Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan mulai terbuka pelan-pelan. Meski sejak konsolidasi di Malang, pada hari Minggu (10/9/2017) masih belum membuka diri. Namun, Senin (11/9/2017), Megawati secara tersirat mulai mencoba mengambil sikap pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di Jawa Timur tahun 2018 mendatang. Yang paling ditunggu-tunggu, siapakah nama yang akan diajukan oleh PDIP sebagai pengganti Soekarwo alias Pakde Karwo? Laporan: Ibnu F. Wibowo, Alqomar, Riko Abdiono; Editor: Raditya M.K. Saat Megawati mendarat di Surabaya Senin (11/8/2017) kemarin dan langsung bertemu dengan beberapa bakal calon gubernur Jatim. Nama-nama yang selama ini muncul dalam beberapa lembaga survey, ikut menemani Megawati. Seperti Saifullah Yusuf alias Gus Ipul (bakal calon petahana), Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya) serta beberapa kepala daerah di Jatim. Dari informasi yang di dapat dari internal DPP PDIP yang kemarin ikut menemani putri presiden RI Soekarno itu, menjelaskan, kalau Megawati ingin pemimpin berpijak kuat kepada akar Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga mempunyai hubungan sangat baik dengan PDI Perjuangan. Siapakah pasangan calon itu? Salah satu orang penting PDIP itu menyebutkan, nama pasangan Gus Ipul dan Tri Rismaharini. “Ibu (Megawati, red) masih ingin bu Risma yang dimajukan. Tetapi Mega ingin menggandeng orang NU. Siapa lagi,” jelas pria yang enggan namanya dikorankan, sembari menunjuk ke arah Gus Ipul dan tersenyum. Bahkan, Megawati berkali-kali memuji Risma dalam memimpin kota Surabaya baik secara pemerintahan dan kinerjanya. Megawati mengatakan, kemajuan Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Risma sangat nyata. "Perubahan Kota Surabaya sangat luar biasa. Apa buktinya. Award untuk Kota Surabaya melimpah," ucapnya. Ditambah, Sekjen PDIP Hasto Kristianto menegaskan soal kriteria calon yang diinginkan Megawati. Bahkan Hasto memberikan sinyal bahwa calon yang akan diusung berasal dari Nahdlatul Ulama. "Sesuai penilaian Megawati, calon itu harus berpijak kuat kepada akar Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga mempunyai hubungan sangat baik dengan PDI Perjuangan," katanya. DPP PDI Perjuangan juga telah menugaskan Ahmad Basarah Wakil Sekjen PDI Perjuangan untuk menemui tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama. Menurut Hasto, ada titipan dari para Kiai untuk Megawati Soekarnoputri. "Sudah masuk, tinggal Pak Ahmad Basarah melaporkan. Karena ada oleh-oleh dari para Kiai, masukan-masukan yang disampaikan dalam amplop tertutup untuk Ibu Megawati Soekarnoputri," ujarnya. Hasto, mewakili DPP PDI Perjuangan berharap, setelah amplop itu dibuka oleh Megawati Soekarnoputri, maka dalam rapat DPP PDI Perjuangan berikutnya sudah ada kejelasan siapa calon gubernur dan calon wakil gubernur yang akan diusung dalam Pilgub Jatim. Berbagai masukan telah diterima oleh DPP PDI Perjuangan. Menurut Hasto perwakilan pengurus di Jatim juga sudah menyampaikan dinamika dan pemetaan politik di Jawa Timur. "Keputusan calon yang diusung di Jawa Timur ini sangat penting, karena Bung Karno lahir di Jatim, sehingga PDI Perjuangan akan melibatkan berbagai tokoh supaya ini menjadi kerja gotong royong bersama, untuk Jawa Timur yang lebih baik," katanya. Hasto pun tak banyak membuka, siapa kader partai yang akan dipilih Megawati. Bahkan nama Kusnadi (Ketua DPD PDIP Jatim), Abdullah Azwar Anas, Kanang (Bupati Ngawi) pun hanya sebagai informasi sepintas. “Namun sekali lagi, ini pemilu rakyat. Kami tunggu dari Megawati juga. Kami juga akan mengambil keputusan dan mengumumkan kepada masyarakat sebagai momentum dan tanggung jawab PDIP untuk mengusung pasangan calon yang tidak hanya mampu menyelesaikan permasalahan masalah Jatim tapi juga bisa meletakan masyarakat Jatim untuk lebih baik yang berdasarkan kepemimpinan yang ideologis pancasila membangun hubungan dengan seluruh masyarakat khususnya dengan NU,” katanya. Bisa Timbulkan Gejolak Mencuatnya nama pasangan Gus Ipul dan Tri Rismaharini, langsung direspon oleh beberapa pengamat politik di Jawa Timur. Pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura Mochtar W Oetomo memandang duet tersebut bakal menimbulkan sedikit gejolak di internal PDI-Perjuangan. Pasalnya, Risma bukanlah kader murni dari PDI-Perjuangan, meski Risma dianggap sebagai orang yang sangat dekat dengan PDIP. “Tetapi, melihat kultur dari partai tersebut yang tidak akan melawan apapun keputusan dari Megawati, gejolak tersebut tidak akan muncul ke permukaan. Dampak dari gejolak tersebut hanyalah mesin partai tidak akan mampu bekerja secara maksimal,” ulas Mochtar kepada Surabaya Pagi, (11/9/2017) kemarin. Di sisi lain, Pria yang juga merupakan Direktur Surabaya Survey Centre (SSC) tersebut menambahkan bahwa ada beberapa opsi yang bisa digunakan oleh PDI-Perjuangan sebagai strategi untuk menghadapi Pilgub Jatim. Namun, strategi tersebut sangat bergantung dari sikap Khofifah. “Kalau Khofifah maju, maka opsi terbaik adalah dengan mengajukan Paslon dari PDI-Perjuangan sendiri. Bisa berkoalisi dengan partai lain. Untuk siapanya, kan bisa Risma dengan Azwar Anas sebagai Cagub dan Cawagub. Tetapi, kalau Khofifah tidak maju, maka berkoalisi bisa dikatakan sebagai opsi terbaik,” jelas Mochtar lebih lanjut. Ada Resiko Pendapat berbeda dipaparkan oleh pakar politik asal Unair Suko Widodo. Pria yang baru saja dikukuhkan sebagai Doktor tersebut memandang bahwa berkoalisi merupakan strategi terbaik bagi PDI-Perjuangan untuk menghadapi Pilgub Jatim. “Hanya saja, berkoalisi ini kan memang mengandung beberapa risiko. Diantaranya adalah kan akan kesusahan untuk mengajukan Paslon sendiri. Tapi, hal ini kan bisa disiasati dengan beberapa hal. PDI-Perjuangan juga sudah memiliki 19 kursi saat ini,” kata Suko ditemui terpisah. Belum Berandai-andai Sementara, Gus Ipul sendiri saat bertemu dengan Megawati, yang biasanya ringan senyum dan mudah tertawa, terlihat lebih banyak mendengar dan pasif. Bahkan, Gus Ipul juga tidak mau berandai-andai akan berpasangan dengan siapa. "Saya tidak dalam kapasitas menjawab hal ini. Tapi yang jelas, nama-nama yang muncul di berbagai kesempatan, di media-media, itu semua orang-orang yang bagus dan layak dalam hal kapasitas, untuk menjadi calon gubernur atau calon wakil gubernur," katanya. Dirinya mengaku, saat ini lebih fokus pada proses partai-partai yang akan mengusungnya, yang sedang mematangkan koalisi. "Saya tidak berani berandai-andai," ujarnya. Meski begitu, pertemuan Gus Ipul dengan Megawati yang didampingi oleh Risma ini hanya perbincangan ringan. "Ada cerita waktu beliau masih menjabat presiden atau wakil presiden saat itu, mencoba membebaskan lahan Cipularang melibatkan RT, RW. Dan itu lebih cepat. Bagi saya, pesannya, pembangunan itu harus melibatkan komunitas terbawah, di RT, RW, supaya permasalahannya bisa terpetakan dengan benar," ujarnya. Partai Non-Parlemen Sementara itu, ditemui di Kantor KPU Jawa Timur, Ketua KPU Jawa Timur Eko Sasmito menjelaskan bahwa ada dua cara untuk mengajukan Pasangan Calon di Pilkada. Menurut Eko, hal tersebut sudah diatur dalam UU no 10 tahun 2016. “Pada UU tersebut, partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon apabila telah memenuhi persyaratan. Persyaratannya adalah memperoleh paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPRD atau 25% dari akumulasi suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan,” jelas Eko. Dengan begitu, maka secara otomatis setiap Pasangan Calon yang ingin mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu memiliki opsi yang digunakan. Bukan hanya mutlak perolehan jumlah kursi di DPRD semata. UU tersebut, menurut Eko, dimunculkan sebagai bentuk akan revisi dari UU yang telah ada sebelumnya. “Perubahan dari UU nomor 1 tahun 2015 yang juga merupakan perubahan dari UU no 1 tahun 2014,” tutup Eko.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU