Surabaya North Quay Alami Penurunan Omzet Semenjak Pandemi Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 27 Mei 2021 11:51 WIB

Surabaya North Quay Alami Penurunan Omzet Semenjak Pandemi Covid-19

i

Gerai pelaku UMKM di SNQ yang mengalami penurunan omzet semenjak Pandemi covid-19. SP/ Sem

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Maksud hati ingin menciptakan wisata laut dengan membuat Surabaya North Quay (SNQ) di Pelabuhan Tanjung Perak, apa daya pandemi covid-19 membuat tujuan Pelindo III harus ikut tertunda.

Cerita tentang kapal pesiar seperti Aida Vita milik Jerman dan Geting Dream asal Hong Kong yang selalu singgah di SNQ Pelabuhan Tanjung Perak, kini bak legenda. 

Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Gudang Percetakan di Surabaya Terbakar

Glorifikasi masyarakat terhadap SNQ dengan programnya sailing fun trip yang melintasi selat Madura serta berkeliling dari terminal peti Kemas Pelabuhan Tanjung Perak, lalu menuju ke Cagar Budaya Bangunan Kesyahdaran Surabaya, berlanjut menuju Monumen Jalesveva Jayamahe, berlayar kembali hingga ke Jembatan Suramadu dan berputar kembali ke Tanjung Perak kini tak dirasakan lagi.

Padahal sejak SNQ di launching oleh Pelindo III pada akhir Februari 2016 lalu, rotasi kapal pesiar dari luar negeri begitu cepat. Bahkan pengunjang dalam sehari tak kurang dari 10 ribu orang pada saat itu.

"Semenjak corona SNQ sepi pengunjung. Berkurangnya hampir 90 persen," kata salah satu petugas SNQ Fakhrul saat dijumpai di loket pembelian tiket masuk, Kamis (27/05/2021).

Lokasi SNQ sendiri berada di lantai 3 terminal penumpang Gapura Surya Nusantara (GSN) Pelabuhan Tanjung Perak. Rooftop lantai 3 SNQ yang biasanya ramai pengunjung dan teriakan anak-anak, kini hanya diisi meja dan kursi tanpa suara. Sunyi dan sepi begitu gambaran SNQ saat ini.

Interior yang di desain dengan menggunakan rumput sintetis hijau, payung parasol, bean bag warna warni, dan kursi kayu, yang biasa dipakai untuk berswafoto kini bak benda yang tak berfungsi.

Di tempat ini juga para pengunjung biasanya berswafoto ria, sembari melihat kapal-kapal yang malang melintang membelah perairan Surabaya dan Madura. 

Karena nangkringnya pengunjung di rooftop lantai 3, pelaku UMKM pun mengambil peluang untuk berjualan di sana. Kurang lebih ada sekitar 20 gerai yang menjual berbagai produk jajanan. Mulai dari minuman hingga makanan disuguhkan oleh para UMKM ini.

Sepinya pengunjung yang tak lebih dari 150 dalam sehari, membuat omzet UMKM pun ikut menurun. Bahkan ada salah satu gerai yang memilih tutup dan pindah dari SNQ akibat omzet yang saban waktu terus menurun.

Baca Juga: Pembangunan Box Culvert Sebabkan Macet, Pemkot Surabaya Harap Warga Memahami Manfaat Jangka Panjang

"Sekarang ini kalau mau dibilang, kita berjualan itu besar pasak daripada tiang," kata Wiwi salah satu penjual tokayaki kepada Surabaya Pagi.

Selama pandemi berlangsung, omzet Wiwi berkurang hingga mencapai 50 persen. Penurunan omzet terparah terjadi pada hari biasa yakni dari hari Selasa hingga Jumat. "Itu paling dapat 180 ribu sampai 200 ribu," katanya

Sebelum pandemi, penjual takoyaki seperti Wiwi bisa menghasil omzet rata-rata Rp 500 hingga Rp 1 juta untuk hari biasa. Sementara untuk week end seperti hari Sabtu dan Minggu, ia bisa meraup keuntungan kisaran Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

"Sekarang week end kadang 500 ribu, kadang di bawah itu. Jadi gak tentu tergantung pengunjung," katanya

Pedagang lain seperti Neri jual mengeluhkan hal serupa. Di SNQ, Neri menjual Ice blend boba. Rata-rata omzet perhari yang didapatkannya selama pandemi hanya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.

Baca Juga: Eri Cahyadi - Armuji Daftarkan Diri ke PDI-P untuk Maju Jadi Bacawali-Bacawawali Surabaya

"Sepi sekarang, dulu kalau hari biasa seperti ini bisa sampai 500 ribu," kata Neri

Bila week end tiba, omzet penjualan Neri sedikit meningkat diangka Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu. "Ya omzet week end saat pandemi dengan omzet hari biasa sebelum pandemi samalah mas," katanya

Karena tempat yang ditempati oleh UMKM milik Pelindo III dan berstatus sewa, maka para pelaku UMKM wajib membayar biaya sewa lapak di SNQ. Harga sewa lapak sendiri sekitar Rp 1.013.600 per bulan.

Oleh karenany, beberapa pelaku UMKM di SNQ berharap agar biaya sewa di SNQ dapat dikurang mengingat omzet mereka yang terus menurun akibat hantaman pandemi yang tak tahu kapan berakhirnya. Sem

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU