Agustus 2021, Jatim Alami Inflasi 0,26 Persen

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 02 Sep 2021 14:20 WIB

Agustus 2021, Jatim Alami Inflasi 0,26 Persen

i

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan.SP/Humas BPS Jatim)

SURABAYAPAGI, Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2021 Jawa Timur  mengalami inflasi  sebesar 0,26 persen. Inflasi terjadi akibat kenaikan pada sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan menyebutkan terjadi kenaikan harga di sebagian besar komoditas di delapan wilayah di Jatim."Pemantauan terhadap perubahan harga pada tingkat konsumen selama Agustus 2021 di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Jatim, menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas," kata Dadang Hardiwan.

Baca Juga: Pemkab Probolinggo Alokasikan Rp 2 M untuk Tekan Inflasi

Dadang dalam siaran virtualnya kepada wartawan di Surabaya menjelaskan perubahan harga tersebut mendorong terjadinya inflasi 0,26 persen yaitu dari 105,80 pada Juli 2021 menjadi 106,08 pada Agustus 2021, "Sedangkan untuk tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2021 sebesar 1,33 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2021 terhadap Agustus 2020) sebesar 1,88 persen," katanya.

Sementara penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jatim selama Agustus 2021, lima kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Surabaya sebesar 0,37 persen, kemudian diikuti Madiun 0,15 persen, Probolinggo 0,06 persen, Jember 0,04 persen, dan Malang 0,03 persen.

Baca Juga: BPS: Impor Beras RI per Januari – Februari 2024 Tercatat 880,82 Ribu Ton

Sedangkan kota yang mengalami deflasi yakni Sumenep sebesar 0,16 persen, serta Kediri dan Banyuwangi masing-masing sebesar 0,08 persen."Jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus 2021) di 8 kota IHK Jawa Timur, Surabaya merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 1,58 persen, sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Kediri sebesar 0,56 persen," katanya.

Dadang mengatakan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi yaitu kelompok pendidikan sebesar 1,49 persen, sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,15 persen.

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Rumuskan Strategi Pengendalian Inflasi Agar Harga Pangan Terkendali

Selain itu beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menjadi pendorong terjadinya inflasi, antara lain biaya akademi atau perguruan tinggi, biaya sekolah menengah atas, minyak goreng, tomat, daging ayam ras, jagung manis, tarif dokter umum, ikan gurame, pepaya, dan jus buah siap saji."Apabila dilakukan pengamatan terhadap sepuluh komoditas yang menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di masing-masing kota IHK di Jatim, maka komoditas tomat menjadi penyumbang utama di seluruh kota," katanya.

Ditambah minyak goreng, yang juga menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di hampir seluruh kota IHK di Jawa Timur, kecuali di Malang dan Banyuwangi"Untuk komoditas daging ayam ras, pengecualiannya hanya di Sumenep, Kediri dan Madiun. Sisanya juga menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di hampir semua kota," katanya.sb6/na

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU