Home / Peristiwa : Ribut Penarikan Obat Sirup Anak

Emak-Emak Suroboyo: Kembali ke Kompres, Minyak Dicampur Brambang Merah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 21 Okt 2022 21:40 WIB

Emak-Emak Suroboyo: Kembali ke Kompres, Minyak Dicampur Brambang Merah

Ketua DPR-RI Minta Pembiayaan Keseluruhan Pengobatan Penyakit Gagal Ginjal Akut Harus Ditanggung Pemerintah, karena ini Sudah Masuk Kejadian Luar Biasa

 

Baca Juga: BPOM yang Umumkan 2 Perusahaan Farmasi Jadi Tersangka, Bukan Polri

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Cara ibu-ibu mencari solusi atas ditariknya obat sirup untuk anak-anaknya berbagai macam. Sejumlah ibu warga Surabaya, tak mau nggandoli penarikan obat sirup oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan Dinas Kesehatan serta Kepolisian. Sejumlah emak-emak arek Suroboyo bertekad obati anaknya yang sakit dangan obat tradisional.

Apa cara tradisionalnya? Untuk sembuhkan anaknya dari demam, batuk dan pilek akan menggunakan kompres dan gosok minyak. Minyak Kayu putih dicampur bawang merah. Dulu orang tuanya ngajari cara itu dan cespleng.

Demikian hasil wawancara dengan 5 ibu-ibu dari warga Manyar, Pucang, Gubeng Airlangga, Kertajaya, Wonokromo, Kampung Genteng dan Dukuh Kupang yang dihubungi Surabaya Pagi secara terpisah, Jumat siang-sore (21/10/2022).

 

Cara Tradisional

Seperti yang diutarakan oleh Tamara, (28), ibu muda yang memiliki anak putra berusia 2 tahun 10 bulan ini, pasrah bila obat-obat sirup harus ditarik dan disetop peredarannya. Ibu muda ini sempat mempertanyakan, apakah ada dasar penelitian sehingga penarikan secara menyeluruh obat sirup.

"Saya sih pasrah saja. Biasanya sih memang anak saya dikasih obat sirup. Kemarin sempat demam, saya beri Pamol Paracetamol yang sirup. Cocoknya itu sih. Tapi kalau sudah ditarik lagi, nanti paling yah balik cara tradisional lagi," cerita Tamara, saat berbincang dengan tim Surabaya Pagi di salah satu sekolah PG-TK di daerah Manyar Airdas, Surabaya, Jumat (21/10/2022).

Bagaimana cara tradisional versi Tamara? Ia menceritakan masih menggunakan kompres, baik kompres air panas dan menggunakan kompres yang dijual di apotek. "Kalo gak yah dikompres. Atau pakai bye-bye fever itu," katanya.

Cerita serupa pun diutarakan Sari, (32), ibu muda yang memiliki dua orang anak yang masih dibawah lima tahun ini. Ia sendiri kaget kalau semua obat cair dan obat sirup ditarik oleh pemerintah. Pasalnya, yang ditarik tak hanya obat sirup untuk anak, tetapi obat sirup umum lainnya.

 

Minyak Bawang Merah

"Lha saya juga gak biasa minum tablet. Eneg. Lebih cocok pakai sirup. Tetapi kalau untuk anak, misal kalau demam, yah pakai cara orang tua dulu. Dibalurin minyak bawang merah," kata Sari, yang juga berbincang dengan Tamara dan tim Surabaya Pagi, Jumat (21/10/2022).

Sari menceritakan, cara tradisional dengan menggunakan minyak kayu putih dicampur bawang merah iris, justru cukup ampuh tanpa menggunakan obat-obatan.

"Itu yang sering ibu saya ajarkan saat saya kecil dulu. Saya inget, saat saya kecil, demam tinggi, perut dan punggung diolesin minyak kelapa dan bawang merah. Nah sekarang yang praktis, pakai minyak kayu putih saja bisa. Memang baunya gak enak, di badan juga panas. Tapi alhamdulillah, bisa turun," ceritanya.

Cara pengobatan tradisional ini juga sudah diterapkan Sari ke anak pertamanya yang masih berusia 3 tahun. Saat itu, anak pertama Sari, mengalami demam hingga 39 derajat celcius. "Dan itu saya terapkan ke anak saya kemarin. Baru aja, September kemarin. Demamnya hampir 39 derajat. Dua hari saya olesin terus, alhamdulillah berhasil," lanjutnya.

Curhatan ibu-ibu muda seperti Tamara dan Sari, juga diceritakan oleh Linda, (33), yang sama-sama berkumpul menunggu putra putrinya pulang sekolah di PG-TK di daerah Manyar Airdas Surabaya.

 

Obat Unibebi

Linda justru menceritakan pengalaman memberi obat sirup Unibebi untuk demam kepada anaknya yang masih berusia 3 tahun. Padahal, sejak Kamis (20/10/2022), obat Unibebi keluaran produksi Universal Pharmaceutical Industries (Unipharma) oleh BPOM masuk dalam 5 obat yang ditarik karena berbahaya dan mengakibatkan kasus penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Obat Unibebi dianggap BPOM mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang tinggi.

"Padahal setiap anak saya kalau demam, setahun terakhir ini, di klinik puskesmas dekat rumah, selalu diberi Unibebi. Lha kok sekarang ditarik. Apa karena obat itu yang membuat banyak anak meninggal dunia gagal ginjal itu yah?" tanya Linda.

Baca Juga: Kepala BPOM Digugat, Masih Ngotot Sudah Awasi Obat Sirup

Pasalnya, selama anaknya diberi resep oleh klinik puskesmas, Unibebi, Linda tak melihat anaknya bermasalah. Bahkan tak melihat gejala-gejala seperti yang disebut di media, yakni yang paling parah, berkurangnya air kencing pada anak. Setelah ditelurusi Surabaya Pagi, Unibebi, dijual di pasaran, bisa dibilang sebagai obat generik. Harganya pun antara Rp 6.000 hingga Rp 10.000 per botol.

Ia pun bila anaknya mengalami demam, akan dilakukan kompres air hangat dan berjemur. "Wis kompres dulu saja kalau anakku panas. Dan tak suruh jemur alami kena sinar matahari," timpalnya.

 

Emak-emak Minta Tanggungjawab

Rita (40), ibu rumah tangga asal Mulyorejo, Surabaya mengaku resah dengan adanya obat sirup yang menyebabkan anak gagal ginjal. Pasalnya, baru beberapa hari lalu dia meminumkan obat flu berbentuk sirup pada anaknya yang berusia 5 tahun. dan kini, dia was-was akan dampaknya. “Sekitar seminggu lalu, saya minumi paracetamol sirup, dia sembuh sih tanpa harus ke dokter. Sekarang ada isu ini, terus bagaimana dong, saya harus bagaimana,” keluh ibu tiga anak ini.

Jika terjadi apa-apa terhadap anaknya, Rita bingung harus minta tanggung jawab siapa. “Ini penyakit baru dan aneh, saya harus minta tanggung jawab siapa jika memang anak saya terdampak nanti,” wanita berambut panjang ini.

Senada, Wiwin (35) asal Banyurip Surabaya, mengatakan, anaknya jika sakit selalu minum obat sirup karena ada rasanya. Dan jika dikasih obat puyer selalu muntah karena rasanya pahit. Padahal anaknya sudah usia 6 tahun. “Ini sekarang anaknya agak panas badannya tapi saya nggak berani kasih obat sirup, takut itu gagal ginjal. Jadi bingung ini harus bagaimana,”ata wanita berhijab ini.

Ia berharap pemerintah segera menemukan solusi permasalahan ini, agar rakyat tenang. “Kita ini maunya yang pasti-pasti saja. Pemerintah harus segera punya solusinya, biar kita emak-emak nggak cemas,”pungkasnya.

 

Kejadian Luar Biasa

Ketua DPR-RI Puan Maharani mengingatkan penyakit gagal ginjal akut di Indonesia, yang hampir seluruhnya pasien terdeteksi adalah anak-anak, harus segera ditangani berdasarkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Baca Juga: BPOM Lakukan Pembohongan Publik

"Kasus gagal ginjal akut pada anak sudah cukup mengkhawatirkan. Kalau dari data-data yang ada sudah memenuhi syarat, segera tetapkan penyakit ini sebagai kejadian luar biasa atau KLB," kata Puan dalam keterangannya, Jumat (21/10/2022).

Puan mengatakan case fatality rate yang cukup tinggi perlu menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menetapkan KLB. "Ini bagaikan puncak gunung es. Kasus yang diketahui ratusan tapi korbannya bisa jadi jauh lebih banyak. Situasi ini sangat genting dan mengancam keselamatan anak-anak," ingatnya.

 

Pembiayaan Ditanggung Pemerintah

Puan pun menyebut, status KLB akan berpengaruh pada langkah penanganan dan pengobatan dalam mengatasi gagal ginjal akut, termasuk soal pembiayaan dan berbagai kemudahan lainnya.

Dengan meningkatnya status menjadi KLB, menurutnya, semua pemangku kebijakan akan memiliki kepedulian dalam penanganan penyakit ini. "Dengan status KLB, setiap anak yang didiagnosa gagal ginjal akut, baik memiliki BPJS Kesehatan maupun tidak, harus ditanggung perawatan kesehatan dan pengobatannya hingga tuntas," ujar Puan.

Tanpa status KLB, Puan khawatir, banyak pasien kesulitan mengakses fasilitas pelayanan kesehatan lantaran tidak ada bantuan dana.

Dia menilai, penetapan status KLB juga terkait dengan kesiapan rumah sakit rujukan bagi anak yang menderita penyakit ini. "Kita harus memperhatikan bagaimana fasilitas kesehatan daerah tidak sama di setiap wilayah. Bagi daerah yang fasilitas kesehatannya belum memadai, diperlukan penanganan lanjutan ke tempat lain yang dapat menangani penyakit gagal ginjal akut pada anak," katanya.

Ketua DPR-RI Puan, mendorong Pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk menangani kasus ini agar dapat membantu masyarakat ekonomi rendah yang anaknya menderita tanda-tanda gagal ginjal akut.

Apalagi menurut sejumlah pakar, dia bilang, penanganan penyakit gagal ginjal akut tidak bisa dilakukan dalam level Puskesmas. Hal ini lantaran dibutuhkan ketersediaan alat hemodialisa atau peritoneal dialysis yang membutuhkan seorang dokter bedah anak.

"Sementara tren kasus terus bertambah, dan angka kematian dalam tiga periode meningkat. Jadi harus ada kebijakan khusus dari Pemerintah dalam mengatasi maraknya kasus gagal ginjal akut pada anak," tutur perempuan yang juga politikus PDIP itu.

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU