Studi: Makan Terlalu Malam Picu Masalah Kesehatan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 24 Okt 2022 20:22 WIB

Studi: Makan Terlalu Malam Picu Masalah Kesehatan

SURABAYAPAGI, Surabaya -  Selain komponen apa yang kita makan, waktu makan juga penting untuk diperhatikan. Sebab beberapa studi membuktikan bahwa makan terlalu malam bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

Studi pertama dilakukan oleh peneliti dari Salk Institute bernama Satchin Panda. Studi yang dilakukan pada 2012 dan diterbitkan kembali dalam buku The Oldest Cure in the World: Adventures in the Art and Science of Fasting. Subjek studi ini melibatkan sejumlah tikus yang kemudian dibagi dua kelompok.

Baca Juga: BKKK Surabaya Siagakan 75 Nakes dan 6 Ambulans untuk Pantau Kesehatan Jamaah Haji

Kelompok pertama mereka harus mengikuti pola jendela makan 8 jam. Artinya, selama 8 jam itu, tikus bebas mengonsumsi makanan dan minuman apapun selama tidak berlebihan. Kelompok lainnya, mereka dibebaskan makan jam berapapun.

Jumlah makanan yang dikonsumsi dua kelompok sama, yang dalam 11 ribu penelitian hewan pengerat sebelumnya menyebabkan obesitas dan gangguan metabolisme lainnya. Benar saja, setelah tiga bulan, tikus yang makan sembarang mengalami obesitas, diabetes, penyakit hati, dan sejumlah kondisi buruk lainnya.

Baca Juga: Unusa Gandeng Dinkes Jatim hingga UNICEF Turunkan Angka Remaja Putri Penderita Anemia

Sebaliknya, tikus yang mengikuti pola jendela makan 8 jam tetap sehat dan bebas dari penyakit metabolik. Berat badan, gula darah, dan kolesterol mereka normal, hati mereka kurang berlemak dibandingkan tikus yang makan jam berapapun, koordinasi motorik mereka lebih baik, dan seluruh tubuh mereka tidak meradang.

“Jendela makan 8 jam sepenuhnya melindungi mereka dari penyakit, meskipun makanan yang dikonsumsi sama dengan tikus yang makan di jam berapapun,” kata Panda seperti dilansir dari Salon, Senin (24/10).

Baca Juga: Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Lakukan Giat Fogging di Beberapa Sekolah

Studi lain juga menunjukkan bahwa makan lebih banyak di pagi dan siang hari lebih sehat. Misalnya, dalam satu penelitian Israel tahun 2012, sukarelawan obesitas diacak ke salah satu dari dua rejimen penurunan berat badan, keduanya berjumlah 1.400 kalori per hari. Satu kelompok makan 700 kalori saat sarapan, 500 kalori saat makan siang, dan 200 kalori saat makan malam.

Sementara kelompok lain makan sebaliknya: 200 kalori saat sarapan, 500 kalori saat makan siang, 700 kalori saat makan malam. Setelah tiga bulan, kelompok pertama kehilangan lebih banyak berat badan, memiliki tekanan darah dan kolesterol yang lebih baik, dan jauh lebih sensitif terhadap insulin daripada kelompok satunya lagi. hlt/mlm

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU