Miris, Ribuan Warga Blitar Idap Gangguan Jiwa di Usia Produktif: Mayoritas Pria

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 10 Nov 2023 14:38 WIB

Miris, Ribuan Warga Blitar Idap Gangguan Jiwa di Usia Produktif: Mayoritas Pria

i

Ilustrasi orang gangguan jiwa yang berkeliaran di jalanan. SP/ BLT

SURABAYAPAGI.com, Blitar - Sebanyak ribuan warga di Kabupaten Blitar dilaporkan banyak yang mengalami gangguan jiwa. Mirisnya, para penderita gangguan jiwa tersebut mayoritas adalah pria dan masih berada di usia produktif.

“Dari data ini terlihat pria usia produktif mendominasi penderita gangguan jiwa. Karenanya, keluarga harus menjadi yang terdepan mendampingi selama proses terapi pengobatannya. Karena gangguan jiwa ini bukan aib. Namun jika dibiarkan akan membahayakan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya,” jelas Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Endah Woro Utami.

Baca Juga: PO Remaja Jaya Rilis 2 Bus Baru, Tampil ‘Sporty’ Dibalut Body Skylander R22

Menurutnya, penderita gangguan jiwa terus mengalami kenaikan tiap tahunnya. Kasus tersebut mengalami peningkatan drastis sejak saat pandemi Covid-19 dan berlangsung hingga sekarang.

Seperti yang terlihat pada data yang dimiliki RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar menyebut sejak Januari hingga Oktober 2023, sedikitnya ada 5.057 pasien penderita gangguan jiwa yang berobat ke poliklinik jiwa. 

“Itu hanya angka yang tampak dari yang sudah ditangani ya. Saya menilai masih banyak masyarakat di luar sana yang menderita gangguan jiwa namun mereka abaikan. Jadi tidak mendapatkan penanganan dini,” jelasnya, Jumat (10/11/2023).

Diketahui, tercatat di 2020 sebanyak 2.430 pasien gangguan jiwa, 2021 sebanyak 2.638 pasien. Kemudian naik hampir dua kali lipat di 2022 menjadi 4202 pasien, dan makin tinggi tercatat sampai Oktober 2023 ini sebanyak 5.057 pasien.

Baca Juga: Temuan Bayi Laki-laki di Semak Belukar Gegerkan Warga Blitar

“Rentang usia yang berpotensi depresi itu antara 15 sampai 39 tahun. Namun dari rentang usia itu, penderita gangguan jiwa terbanyak didominasi pria di usia produktif. Yakni di rentang usia 24 sampai 44 tahun,” ungkapnya.

Para penderita gangguan jiwa yang datang ke klinik jiwa RSUD Ngudi Waluyo ini rata-rata adalah mereka yang dengan terbuka menjalani konseling psikologis. Kemudian berlanjut ke terapi pengobatan oleh psikiater karena terdeteksi hal patologis tidak normal yang menjadi kewenangan dokter jiwa.

Minimnya literasi masyarakat terkait gangguan jiwa, membuat banyak orang yang terlambat mendapatkan penanganan medis. Hingga berakibat gangguan jiwa makin serius dari indikasi awal depresi hingga menjadi schizophrenia dan paranoid.

Baca Juga: Curhat Diduga Disiksa Rizky Irmansyah Hampir 30 Menit, Nikita Mirzani: Gua Nangis Gemetar

“Kita sering mengabaikan, susah tidur, malas makan, malas mandi, pengen tidur terus itu gejala awal gangguan jiwa. Jika kita abaikan, akan meningkat sampai pada schizophrenia atau paranoid,” tutupnya.

Meski angka penderita gangguan jiwa meningkat namun hal itu bukan lah yang menjadi perhatian utama. Yang lebih penting yakni kesadaran warga tentang pentingnya pemeriksaan kejiwaan bagi setiap orang yang merasa mengalami gejala awal gangguan jiwa. Sehingga proses pengobatan dan penyembuhan bisa dilakukan lebih cepat. blt-01/dsy

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU