Beredar, Film Dirty Vote Berisi Kecurangan-kecurangan Pemilu 2024

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 11 Feb 2024 20:57 WIB

Beredar, Film Dirty Vote Berisi Kecurangan-kecurangan Pemilu 2024

i

Cuplikan tangkap layar film Dirty Vote yang ditayangkan di akun YouTube 'Dirty Vote', sejak Minggu (11/2/2024) siang. Hingga Minggu malam sudah ditonton 1 juta lebih.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Minggu (11/2/2024) kemarin, rumah produksi WatchDoc merilis film dokumenter Dirty Vote. Film yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono itu berisi tentang kecurangan-kecurangan di Pemilu 2024.

Film itu menampilkan tiga orang ahli hukum tata negara, yaitu Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.

Baca Juga: Usai Timnas AMIN, TPN Ganjar-Mahfud Ajukan Gugatan ke MK: Kita Siapkan Berkas Bukti dan 30 Saksi

"Ketiganya menerangkan betapa berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu sekalipun prosesnya menabrak hingga merusak tatanan demokrasi," dikutip dari siaran pers WatchDoc, Minggu (11/2/2024).

Film dokumenter Dirty Vote telah tayang Minggu, 11 Februari 2024 pukul 11.11 WIB melalui akun YouTube Dirty Vote.

Dalam film ini, tiga ahli hukum tata negara menguak tabir gelap Pemilu 2024 yang penuh kecurangan, bahkan dilakukan oleh presiden.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ditengarai melakukan kecurangan-kecurangan tersebut demi melanggengkan kekuasaan. Meski tak secara langsung memihak pada salah satu paslon capres-cawapres, tapi gerak-gerik Jokowi lebih condong ke paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Pakar menilai Jokowi melakukan berbagai cara demi sang putra mahkota, Gibran Rakabuming, bisa memenangkan kontestasi. Tak mau mengotori tangan secara langsung, Jokowi lebih memilih menggunakan cara-cara terselubung, termasuk soal pemberian bantuan sosial (bansos).

 

Bansos Bahan Politik Jokowi

Baca Juga: Bawaslu Minta Para Kades Segera Laporkan Dugaan Kecurangan Keterlibatan Birokrasi dalam Pileg

Dalam film Dirty Vote, Bivitri Susanti, salah satu ahli hukum tata negara yang menjadi narasumber menyebut bansos adalah bahan politis yang sangat mudah dimanfaatkan. Bahkan data yang ditampilkan dalam film menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi kencang memberikan bansos menjelang Pemilu.

WatchDoc pernah merilis film-film dalam momentum pemilu. Pada 2014, mereka meluncurkan film Ketujuh. Lalu pada 2017, menjelang Pilkada DKI Jakarta, mereka menerbitkan Jakarta Unfair. Pada Pilpres 2019, ada film Sexy Killers.

Hingga Minggu (11/2/2024) malam pukul 20:00 WIB, video Dirty Vote telah ditonton 1,028,013 kali, dengan 13,919 komentar. Bahkan, subscribers Dirty Vote, melonjak drastis dari yang masih ribuan, kini sudah 38 ribu.

 

TKN Tuding Film Fitnah

Baca Juga: Auma Khawatir Pilkada atau Pilpres Curang Datangi DPRD Sampang

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman, menyebut dokumenter Dirty Vote merupakan film yang berisi fitnah.

Dia mempertanyakan kebenaran pakar-pakar hukum yang hadir di film itu. Habib juga menyangsikan dugaan kecurangan yang diarahkan ke Prabowo-Gibran.

"Sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah," kata Habib dalam jumpa pers di Media Center Prabowo-Gibran, Jakarta, Minggu (11/2).

Wakil Ketua Komisi III DPR itu menyebut film Dirty Vote sengaja dibuat untuk mendegradasi penyelenggaraan Pemilu 2024. Dia menilai tuduhan-tuduhan yang disampaikan dalam film tersebut tak berdasar. n erk/jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU