SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saat ini muncul semacam kegelisahan dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Ia mendengar ada isu muktamar PKB tandingan.
Tapi Cak Imin, belum menyebutkan penyelenggara muktamar PKB tandingan. Rencananya, PKB akan menggelar muktamar ke-6 pada Sabtu, 24-25 Agustus 2024 di Bali. Disana, akan ada pemilihan ketua umum.
Baca Juga: Anies Baswedan, Akademisi yang tak Realistis
Tak diduga, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memanggil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Rabu lalu (21/8/2024).
Pemanggilan ini berkaitan dengan kepemimpinan PKB yang dinilai telah melenceng dari fatsun awal partai ini didirikan.
Berdasarkan undangan yang diterima media, Muhaimin diminta hadir di ruang rapat Lantai 5 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Nomor 164, Jakarta, Rabu pukul 12.30 WIB.
Ternyata, Cak Imin, tak mendatangi undangan itu. Maklum, undangan dari fungsinya ada dua. Surat undangan yang bersifat pribadi dan surat undangan bersifat resmi.
Cak Imin, menyikapi undangan dari Pengurus PBNU, dengan cuek. Ini artinya, Cak Imin, tak mengakui undangan itu bersifat pemanggilan, Jadi Cak Imin, tak datang? Mengingat dalam beberapa kali bernarasi, ia menganggap Pengurus PBNU tak ada hubungan dengan PKB. Cak Imin bisa membedakan kedudukan organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik.
Saat ini, Cak Imin mulai buka kabar tentang isu Muktamar PKB tandingan. Cak Imin juga menegaskan PKB berbeda dengan PBNU.
Nah. Siapa yang saat ini terdekat dengan penguasa? Cak Imin atau Gus Yahya?
***
Penguasa" hanyalah variasi "aturan" abad ke-15, yang berasal dari bahasa Prancis, dari bahasa Latin "regula", yang berarti tongkat pengukur, bentuk kecil yang berasal dari "regere", untuk meluruskan, memimpin, atau membimbing . Kata "aturan" berasal dari sumber yang sama, namun lebih metaforis.
Pemimpin suatu negara adalah seorang penguasa. Jika Anda seorang ratu, sultan, atau tsar, Anda adalah seorang penguasa. Selain "orang yang memerintah atau mengatur", Anda dapat mendefinisikan penggaris sebagai alat ukur yang ditandai dengan inci atau sentimeter.
Seorang pejabat biasanya juga disebut sebagai penguasa. Mereka itu memiliki kewenangan tertentu untuk memaksa orang lain yang dikuasainya melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.
Apa yang Anda pahami tentang penguasa? Seseorang yang memerintah atau mengatur; berdaulat.
Berdasarkan terminologi itu siapa penguasa yang memerintah negara ini sekarang? Dejure dan defacto adalah Presiden Jokowi. Termasuk Menhumham sebagai pembantunya. Sedang presiden terpilih Prabowo Subianto, dejure belum layak disebut penguasa.
Akal sehat saya menebak pejabat yang berkuasa yaitu bisa "memerintah atas atau berkuasa" adalah Presiden Jokowi.
***
Baca Juga: Nyali KPK, Diuji Menantu Jokowi
Kini hubungan PKB dengan PBNU, sedang menjadi perbincangan publik. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, mengakui. Ia menjelaskan secara panjang hubungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan PBNU. Belakangan, hubungan antara kedua entitas ini sedang menjadi perbincangan publik.
Gus Yahya mengatakan, persoalan PBNU-PKB bukan tentang urusan pribadi antara dirinya atau beberapa pengurus PBNU dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar maupun anggota dan kader PKB.
Ia juga menegaskan, gerakan-gerakan tersebut merupakan bagian dari fungsi PBNU dalam melaksanakan tanggung jawab moralnya atas PKB.
Beda dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Cak Imin, mengatakan partainya tidak mau tahu soal Muktamar Luar Biasa (MLB) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU.
"PKB tidak boleh ikut-ikut urusan organisasi yang bukan wewenangnya. Oleh karena itu, saya tidak mau tahu urusan yang terjadi di sana karena bukan urusan saya," kata Cak Imin di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PKB, Jakarta pada Kamis, (15/8) seperti dikutip dari Antara.
Karena itu, dia mengatakan hal terpenting yang perlu dilakukan partainya ataupun PBNU adalah berpegang teguh pada konstitusi negara. Dia merujuk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan (ormas).
Nah, jelas pernyataan Gus Yahya dan Cak Imin, yang masih saling ngotot. Sampai pertengahan Agustus ini, belum ada tanda tanda yang dekati penguasa.
***
Baca Juga: Menyorot Gaya Hidup Bobby, Kaesang dan Paus
Saya teringat kisah Khalifah Umar bin Abdul Azis. Beliau suatu saat mengirim surat kepada Imam Al Hasan Al Bashri, ”Amma ba’du, tunjukkan untukku kaum agar aku meminta bantuan kepada mereka untuk urusan agama.”
Maka Imam Al Hasan Al Bashri pun membalas,”Adapun para ulama, mereka tidak akan mau. Akan tetapi hendaklah Anda memilih para asyraf, sesungguhnya mereka menjaga kemuliaan mereka agar tidak terkotori dengan khianat.” (lihat Qut Al Qulub, 1/134).
Imam Al Ghazali mengomentari kisah di atas,”Demikian mengenai Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, orang yang paling zuhud di antara mereka yang hidup di masanya. Jika syarat bagi ulama lari darinya, bagaimana dengan meminta kepada selainnya dan berinteraksi dengannya?” (dalam Kita Ihya Ulumiddin, 1/256).
Peringatan bagi ulama agar tidak mendekat pada penguasa juga telah termaktub dalam Hadits:
Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah bahwasannya beliau bersabda,”Barang siapa tinggal di pedalaman ia terkucil, barang siapa mengikuti buruan ia lalai, dan barangsiapa mendatangi pintu-pintu penguasa ia terfitnah.” (Riwayat At Tirmidzi dalam As Sunan (4/93) dan Ia berkata,” Ini adalah Hadits hasan”)
Imam Al Ghazali sendiri menyatakan, ”Dan dari tanda ulama akhirat adalah menjauh dari para penguasa, dia tidak akan mendatangi mereka sama sekali selama memiliki cara untuk lari dari mereka, bahkan harus menjaga untuk bergaul dengan mereka.” (dalam Ihya Ulumiddin, 1/250).
Peringatan agar tidak memasuki pintu-pintu para penguasa juga disampaikan oleh para ulama salaf, di mana Hudzaifah berkata, ”Jauhilah tempat-tempat fitnah.” Ada yang berkata,” Lalu apakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?” Hudzaifah berkata,”Pintu-pintu penguasa, salah satu dari kalian pintu penguasa, lalu membenarkannya dengan kebohongan dan berkata apa-apa yang tidak ada padanya.” (dalam Hilyah Al Auliya, 1/227).
Saya masih ingat juga nasihat kiai "Sebaik-baik Penguasa adalah Penguasa yang Datang pada Ulama.
Dan ulama yang buruk adalah ulama yang mendatangi penguasa, maka sebaliknya. Nah, siapa diantara Gus Yahya dan Cak Imin, yang datangi penguasa lebih dulu.? Mari kita ikuti perselisihah mereka dengan akal sehat. Tidak ke Gus Yahya maupun Cak Imin. Kabar terbaru, Gus Yahya yang duluan temui Presiden Jokowi, Kamis, 22 Agustus 2024. Kita tunggu, apa dalam 2 hari ini akan ada muktamar PKB tandingan? ([email protected])
Editor : Moch Ilham