SURABAYAPAGI.COM - PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) mengumumkan penggabungan dengan PT Bank Commonwealth, efektif sejak 1 September 2024. Bank ini mengklaim langkah tersebut sebagai upaya memperkokoh posisi mereka di Indonesia, menjanjikan pengalaman perbankan yang lebih komprehensif bagi nasabah individu dan bisnis. Namun, di balik promosi layanan baru dan ekspansi cabang yang tampak menjanjikan, ada pertanyaan mendasar: apakah merger ini sekadar memperbesar ukuran tanpa memberikan nilai tambah berarti?
Lao Aily, Region Head OCBC, menyebut merger ini sebagai “babak baru” dalam perjalanan OCBC. Pernyataan ini terdengar familiar. Penggabungan besar seperti ini sering kali diiringi dengan klaim peningkatan layanan, namun apakah nasabah benar-benar merasakan perubahan signifikan atau sekadar dihadapkan pada janji-janji korporasi yang sama?
Baca Juga: OPSI Minta OJK Turun Tangan
Salah satu daya tarik yang diunggulkan adalah akses terhadap 207 cabang OCBC di 54 kota di Indonesia, serta layanan digital melalui OCBC Mobile. Namun, di tengah perkembangan perbankan digital, jumlah cabang fisik mungkin sudah tidak lagi menjadi faktor pembeda yang signifikan bagi sebagian besar nasabah.
Tantangan Nyata Kesehatan Finansial
Dalam siaran pers ini, OCBC juga menyoroti kesehatan finansial masyarakat Indonesia melalui hasil OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2024. Skor kesehatan finansial masyarakat masih berada di angka 41.25, jauh dari angka ideal 75. Laporan ini memang menyentuh isu serius: gaya hidup konsumtif generasi muda yang semakin didorong oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Namun, solusi yang ditawarkan melalui platform "Nyala by OCBC" dengan janji edukasi keuangan, meski terdengar baik, perlu diuji lebih jauh efektivitasnya di lapangan.
Layanan Nyala menawarkan berbagai produk seperti Tanda 360 Plus, yang memungkinkan transaksi dalam 12 mata uang berbeda. Meskipun ini bisa menjadi solusi bagi kalangan menengah ke atas, pertanyaannya tetap: sejauh mana produk ini benar-benar relevan untuk masyarakat luas yang masih berjuang mengelola keuangan dasar?
Baca Juga: Bank Commonwealth Diakuisisi OCBC
Solusi Bagi UMKM: Taktik Pemasaran atau Dukungan Nyata?
OCBC juga membidik sektor UMKM dengan janji solusi finansial inovatif melalui program Nyala Bisnis. Mereka menawarkan pinjaman usaha tanpa jaminan hingga Rp200 juta dan dengan jaminan hingga Rp25 miliar. Namun, riset OCBC Business Fitness Index (BFI) 2024 menunjukkan bahwa mayoritas UMKM di Indonesia masih memiliki skor kesehatan bisnis yang rendah, yakni 48 dari skor ideal 75. Apakah layanan ini akan benar-benar membantu UMKM tumbuh, atau sekadar menjaring lebih banyak nasabah?
Lebih dari 80% UMKM Indonesia belum terdaftar sebagai badan usaha, sebuah masalah struktural yang tak akan selesai hanya dengan penawaran produk perbankan. Sehingga, meskipun OCBC mengklaim mendukung UMKM dengan berbagai layanan, realitas di lapangan menunjukkan perlunya reformasi lebih mendalam untuk menyelesaikan masalah mendasar ini.
Baca Juga: Bank Commonwealth Diakuisisi OCBC
Kesimpulan: Langkah Besar, Tapi Apakah Berdampak?
Merger ini tanpa diragukan merupakan langkah strategis bagi OCBC untuk memperkuat posisinya di pasar Indonesia. Namun, seperti yang telah terlihat dalam berbagai merger di industri perbankan sebelumnya, klaim peningkatan layanan tidak selalu berbanding lurus dengan kepuasan nasabah. Tantangan nyata yang dihadapi sektor perbankan—seperti rendahnya literasi keuangan dan akses modal bagi UMKM—mungkin memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh ketimbang sekadar memperluas jaringan cabang atau menawarkan lebih banyak produk.
OCBC harus membuktikan bahwa merger ini bukan hanya tentang memperbesar skala bisnis, tetapi juga meningkatkan kualitas layanan yang benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat. (nNa)
Editor : Redaksi