SURABAYAPAGI.com - Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, merespons wacana pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, pasca HUT PDIP ke-52 . Dasco mengatakan peluang pertemuan keduanya bisa terjadi sebelum atau sesudah kongres PDIP. Nah, ini kali kedua antar tokoh bangsa ini diwacanakan bertemu. Sebelumnya,
Presiden terpilih Prabowo Subianto berharap dapat bertemu dengan Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri sebelum dilantik pada 20 Oktober 2024.
Baca Juga: Megawati di Vatikan, Salami Al Gore
“Mudah-mudahan (bertemu Megawati sebelum pelantikan), mudah-mudahan,” kata Prabowo seusai menghadiri pelantikan Anggota DPR, MPR, DPD RI periode 2024-2029, Selasa (1/10/2024). Selepas acara pelantikan, Prabowo tampak berbincang hangat dengan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani yang juga putri Megawati.
Rencana pertemuan Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu hingga pertengahan Januari 2025 ini belum juga terealisasi. Padahal rencana ini sudah mencuat sebelum Prabowo dilantik menjadi presiden.
"Pertemuan akan kapan saja," kata Ketua DPP PDIP Said Abdullah, Senin (21/10/2024).
Said menyebut Prabowo punya hubungan baik dengan Megawati. Dia mengatakan tidak ada paksaan dari internal PDIP agar Megawati dan Prabowo bertemu.
"Kan yang terpenting bagi kita semua bahwa Presiden Prabowo sudah menyampaikan bahwa presiden kelima luar biasa punya sejarah," tutur dia.
"Nanti kalau ngomong ada pertemuan tiba-tiba muncul pertanyaan kira-kira dapat kursinya berapa Jadi nggak kelar-kelar. Nggak ada (soal kabinet), sahabat baik berdua kok gimana," lanjut Said.
Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, optimistis rencana itu masih terus bergulir meski Prabowo sudah dilantik.
Penjelasan Prabowo, Sufmi Dasco Ahmad, Said Abdullah hingga Ahmad Muzani, ini sinyal antara Prabowo-Megawati, ada niat bertemu. Beda dengan Mega-Jokowi, jelang Pilpres 2024 lalu.
***
Catatan jurnalistik saya merekam Prabowo ini seorang pejuang never give up.
Hashim Sujono Djojohadikusumo , adiknya bilang, Prabowo mewakafkan jiwa dan raga untuk rakyat Indonesia. Ini disampaikan Hashim, dalam sambutannya di acara syukuran Laskar Prabowo 08 di Jalan Prapanca Raya, Jakarta Selatan (Jaksel), Jumat (5/1/2024).
Dikutip dari laman detik.com, Hasim Cerita Prabowo 4 Kali Nyapres. Hashim juga mengulas saat Prabowo menjadi cawapres Megawati ketika Pilres 2009. Saat itu, kata Hashim, kawan-kawan dari PDIP mendatanginya untuk meyakinkan Prabowo agar mau berpasangan dengan Megawati.
Baca Juga: Peringati HUT Megawati Soekarnoputri, Indah Kurnia Ajak Warga Kerja Bakti dan Gelar Aksi Tanam Pohon
Megawati dan Prabowo menjadi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2009. Lawan mereka saat itu adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.
"Sebetulnya tidak ada perubahan dari 2009-2014 ini perjuangan Prabowo 4 kali. Prabowo dulu mungkin, Bapak/Ibu ada ingat tapi mungkin tidak ingat. Prabowo dulu calon wapres Ibu Megawati Soekarnoputri. Saya hadir waktu itu, saya bersaksi yang datang ke Prabowo itu kawan-kawan dari PDIP. Yang datang mereka, datang ke saya untuk meyakinkan Prabowo untuk jadi calon wakil presiden Ibu Megawati Soekarnoputri," ucap Hasyim.
"Waktu itu saya jadi tim sukses Ibu Mega dan hampir tiap hari saya di Teuku Umar di rumahnya Ibu Mega sering ketemu Mas Taufik almarhum. Dan kemudian kita sudah tahu 2014, 2019 kenapa saya sampikan ini, saya menjelaskan salah satu program Prabowo,
***
Catatan jurnalistik saya mencatat, Megawati dan Prabowo sendiri pernah menjadi kawan maupun lawan dalam dinamika perpolitikan tanah air. Hubungan keduanya pun mengalami pasang surut seiring dengan posisi politik masing-masing. Megawati dan Prabowo pernah berduet di Pemilihan Presiden 2009.
Tahun itu, selama kampanye, keakraban keduanya kerap terlihat. Salah satunya adalah saat masa tenang menjelang pemungutan suara, Prabowo tampak akrab masak bersama Megawati di Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan, pada 7 Juli 2009. Sayang dalam Pilpres saat itu, pasangan Megawati-Prabowo kalah telak dari pasangan SBY-Boediono yang meraih 73.874.562 suara. Sejak itu, keduanya jarang terlihat bersama lagi.
Baca Juga: KPK Diolok-olok Megawati, Malah Defend
Da saat Pilpres 2014, Megawati justru memilih Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden. Manuver Megawati itu menimbulkan kekecewaan yang besar bagi Prabowo. Pasalnya, mereka pernah menandatangani Perjanjian Batu Tulis pada 16 Mei 2009 dengan tujuh poin kesepakatan.
Prabowo awalnya ingin peran wakil presiden dikuatkan seperti perdana menteri. Megawati menolak usulan itu karena dianggap melawan konstitusi. Prabowo menerima kesepakatan karena diberi janji bakal disokong menjadi presiden pada Pemilu 2014 seperti ditulis dalam poin ketujuh Perjanjian Batu Tulis.
"Kalau Anda manusia, lalu ada di pihak saya, bagaimana? Ya, pikirkan saja," kata Prabowo di Jakarta pada Ahad, 16 Maret 2014, dikutip dari laman Tempo.co.
Akal sehat saya menilai hubungan Prabowo-Megawati, yang fluktuatif selama ini tak jauh dari urusan kekuasaan, bukan pribadi. Kekuasaan yang merujuk pada "kekuasaan politik” (political power).
Rencana pertemuan pasca pelantikan Prabowo, kali ini, pasti bukan rebutan kekuasaan menjadi pimpinan. Mengingat Pilpres 2029 masih jauh. Keduanya tokoh yang sebetulnya sudah mapan secara ekonomi-finansial. Mega butuh aktualisasi diri, bukan kursi presiden.
Justru saat ini, akal sehat saya bilang rival politik Mega adalah Jokowi, kader PDIP sekaligus petugas partai . Saya ikuti "permusuhan" Mega, ini sampai ibu Puan, ngondok. Konon diseruduk Jokowi. Suami Iriana sampai 'bedol desa" ajak anak- menantu menyeberang ke Prabowo, yang saat itu mengajak Gibran, jadi wakilmya.
Dalam soal kekuasaan, Jokowi, boleh saja berupaya terus berkuasa di Indonesia. Bekas pedagang mebel ini bisa menempuhnya dengan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaanmya. Ada cara yang halal dan cara yang tidak halal. ([email protected])
Editor : Raditya Mohammer Khadaffi