Home / Ekonomi dan Bisnis : Menguak Akar Permasalahan Biaya Sewa Meteran PDAM Lamongan

Jamal Sebut Forum Pelanggan PDAM Lamongan tak Difungsikan, Pemicu Gelombang Protes Terus Terjadi

author Muhajirrin

- Pewarta

Kamis, 30 Jan 2025 19:16 WIB

Jamal Sebut Forum Pelanggan PDAM Lamongan tak Difungsikan, Pemicu Gelombang Protes Terus Terjadi

i

Kantor PDAM yang ada di Jalan Lamongrejo Lamongan. SP/MUHAJIRIN

SURABAYAPAGI.COM, Lamongan - Gelombang protes pelayanan PDAM di Lamongan, khususnya kualitas air dan pembayaran biaya perawatan meteran terus terjadi, karena manajemen terkesan tidak profesional, apalagi forum pelanggan PDAM selama ini tidak difungsikan dan dibiarkan mati begitu saja.

Hal itu disampaikan oleh Nursalim, aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jaringan Masyarakat Lamongan (Jamal), saat dihubungi oleh surabayapagi com, pada Kamis, (30/1/2025).

Baca Juga: Kalau Bayar Meteran PDAM Dianggap Tidak Benar, YLPK Jatim Sebut Konsumen Bisa Lakukan Upaya Hukum

Disebutkan olehnya, seyogyanya protes pelanggan terhadap pelayanan PDAM bisa diminimalisir, dengan memberikan informasi yang jelas, sosialisasi yang rutin melalui forum pelanggan PDAM.

Namun anehnya, di PDAM Lamongan forum pelanggan yang terdiri dari para pelanggan ini sama sekali tidak difungsikan, meski dulu pada tahun 2011-2013 sempat ada, namun perjalanan waktu forum tersebut sudah tidak ada.

"Seingat saya forum pelanggan PDAM itu sempat ada tahun 2011-2013 saat itu PDAM tengah mendapatkan proyek dari World Bank untuk pemasangan pipa dari Intake di Babat sampai di Plosowahyu Lamongan, namun forum itu sekarang sudah tidak ada," terangnya.

Padahal, forum pelanggan itu tambah Nursalim sangat membantu karena air PDAM adalah barang publik, bukan barang privat, yang tarif atau harganya hanya tergantung nilai tukar hasil kesepakatan antara konsumen dengan pelaku usaha saja, tanpa perlu ada campur tangan penetapan dari pemerintah dan anggota DPRD atau DPR RI.

Forum pelanggan PDAM saat itu ada kata Nursalim, hanya sebagai sebagai prasyarat loan Rp 70 milyar dari bank dunia. Untuk pembangunan pipa PDAM dari Babat sampai Plosowahyu, selebihnya tidak difungsikan ketika proyek itu selesai pada tahun 2013.

Baca Juga: Destinasi Pantura di Lamongan Jadi Jujugan Favorit Jutaan Wisatawan

"Keberadaan forum pelanggan hanya sebagai prasyarat loan untuk mendapatkan Rp 70 milyar dari Bank dunia. Untuk pembangunan pipa PDAM dari Babat sampai dengan Plosowahyu. Setelah itu ditinggal hingga saat ini," ungkapnya.

Kalau sekarang ada protes itu dianggap wajar, dan itu mewakili pelanggan lainnya, yang secara umum mereka tidak mengetahui harus membayar biaya perawatan meteran yang mencapai Rp 9 ribu setiap bulan, belum lagi bayar air, administrasi dan denda.

Ali Mahfudi Direktur PDAM Lamongan saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler nya via chat WhatsApp nya, mengenai forum pelanggan PDAM masih ada atau tidak, hingga berita ini keluar tidak membalasnya.

Baca Juga: Pengaspalan Masih Berlangsung, Pengerjaan Proyek JLU di Lamongan Akhirnya Molor

Sekedar diketahui, sebelumnya manajemen PDAM Lamongan diprotes oleh pelanggan, karena setiap bulannya harus membayar biaya meteran Rp 9 ribu, padahal meteran yang terpasang di rumah pelanggan diklaim oleh pelanggan karena sudah include biaya yang dikeluarkan, saat mendaftar sebagai pelanggan yang mencapai jutaan.

Atas pungutan Rp 9 ribu itu, PDAM Lamongan mengeruk rupiah Rp 2,9 miliar setiap tahunya, karena jumlah pelanggan PDAM perkiraan mencapai 27 ribu. Uang yang dipungut dari pelanggan itu, Ali Mahfudi Direktur PDAM sempat berstatmen kalau uang itu bukan sewa meteran melainkan untuk perawatan meteran.

Biaya sewa meteran air PDAM Lamongan didasarkan pada Peraturan Bupati (Perbup) dan edaran tarif yang berlaku. Salah satu Perbup yang mengatur biaya pemeliharaan meter air PDAM Lamongan adalah Perbup nomor 690/667/413.502-2018.
Biaya pemeliharaan meter air PDAM Lamongan bervariasi tergantung pada diameter meter yang terpasang. Misalnya, untuk diameter setengah inci dikenakan biaya Rp. 9.000. jir

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU