Twitter Trump Singgung China, Ini Balasannya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 19 Mar 2020 16:00 WIB

Twitter Trump Singgung China, Ini Balasannya

SURABAYAPAGI.com, Beijing - Tweeter memang tempat berbagi cerita suka dan duka. Kali ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu ketegangan dengan menyebut virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi corona sebagai "virus Cina." Langkah ini dibalas Cina dengan mengusir wartawan AS. Konflik politik lagi-lagi berdampak terhadap kerja jurnalis, khususnya para wartawan AS di China. Sedikitnya 13 wartawan asal AS terancam diusir dari China menyusul cuitan Presiden Donald Trump terkait virus corona. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu ketegangan dengan menyebut virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi corona sebagai "virus China." Langkah ini dibalas China dengan mengusir wartawan AS. Departemen Luar Negeri China mengatakan bahwa wartawan dari media New York Times, Washington Post, dan Wall Street Journal harus segera menyerahkan kartu pers mereka. Departemen Luar Negeri China membenarkan pelarangan kerja bagi jurnalis AS dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat sebelumnya juga telah membatasi jumlah wartawan China yang diizinkan bekerja untuk media pemerintahnya di Amerika. Wartawan dari media New York Times, Washington Post, dan Wall Street Journal, yang kartu persnya akan berakhir tahun ini, diharuskan mengembalikan kartu tersebut dalam beberapa hari mendatang. Para wartawan dari media AS ini tidak lagi diizinkan untuk bekerja di China daratan, Hong Kong, dan Kawasan Administratif Khusus Macau, demikian pernyataan Departemen Luar Negeri China. Selain itu, ketiga surat kabar tersebut beserta media AS lain juga diharuskan memberikan informasi tertulis terkait informasi karyawan mereka, pernyataan keuangan, pekerjaan, dan kemungkinan properti yang mereka miliki di China. Aturan-aturan yang sama juga baru diberlakukan oleh AS terhadap media pemerintah China. Dipicu cuitan Donald Trump di Twitter Pengusiran ini terjadi pada saat meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington terkait virus corona. Pada Senin (16/03) Presiden AS, Donald Trump, menyebut patogen itu sebagai "virus China" dan menimbulkan kemarahan pihak Beijing. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China di Beijing mengatakan bahwa istilah ini keterlaluan dan merupakan bentuk stigmatisasi. China sebelumnya telah mengusir tiga jurnalis dari Wall Street Journal pada Februari lalu. Alasannya adalah penerbitan komentar dengan judulChina Is the Real Sick Man of Asia yang mengritik reaksi pemerintah China dalam menangani wabah corona yang pertama kali muncul di Wuhan. Pers semakin terancam Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pemerintah China telah membatasi kebebasan pers yang justru menjadi sangat penting dalam "masa-masa yang sangat menantang di seluruh dunia," di mana "lebih banyak informasi dan transparansi dapat menyelamatkan banyak nyawa," ujarnya merujuk kepada pandemi corona. Sementara klub koresponden asing di China, FCCC, juga dengan tajam mengkritik pengusiran wartawan AS ini. "Jurnalis menerangi dunia tempat kita hidup. Tindakan ini malah menggelapkan China," tulis FCCC dalam sebuah pernyataan. Wartawan tidak seharusnya menjadi korban konflik diplomatik dua negara besar. FCCC juga mengritik memburuknya kondisi kerja di China dan mengeluhkan tindakan pelecehan, pengawasan, dan intimidasi terhadap jurnalis. Langkah terbaru Beijing ini setidaknya akan berpengaruh terhadap 13 jurnalis AS, menurut FCCC. Namun demikian, jumlah total jurnalis yang berpotensi turut diusir bisa lebih tinggi, tergantung bagaimana otoritas China menerapkan keputusan tersebut. Departemen Luar Negeri Cina membenarkan pelarangan kerja bagi jurnalis AS dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat sebelumnya juga telah membatasi jumlah wartawan Cina yang diizinkan bekerja untuk media pemerintahnya di Amerika. Wartawan dari media New York Times, Washington Post, dan Wall Street Journal, yang kartu persnya akan berakhir tahun ini, diharuskan mengembalikan kartu tersebut dalam beberapa hari mendatang. Para wartawan dari media AS ini tidak lagi diizinkan untuk bekerja di Cina daratan, Hong Kong, dan Kawasan Administratif Khusus Makau, demikian pernyataan Departemen Luar Negeri Cina.(dc/sc/cr-02/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU