'Pelan-Pelan, Kalau tak Ingin Kehilangan Nyawa...'

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 21 Des 2020 21:25 WIB

'Pelan-Pelan, Kalau tak Ingin Kehilangan Nyawa...'

i

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal Berlian Pelabuhan Tanjung Perak, Jumat (18/12/2020). SP/Semmy Mantolas

 

Curhatan Operator RTG Crane di Tanjung Perak 

Baca Juga: Kota Surabaya Raih Skor Tertinggi, Penghargaan Penyelenggaraan Pemerintah Berkinerja Tinggi

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya Pagi itu cuaca cukup cerah di terminal Berlian Tanjung Perak. Truk pengangkut peti kemas bergantian masuk melewati gerbang masuk terminal. Terlihat beberapa crane sedang beroperasi mengangkat peti kemas yang dioperasionalkan seorang pria muda. Padahal para operator crane itu secara dasar, belum pernah mengoperasionalkan alat berat. Bagaimana kisahnya, berikut curhatan beberapa operator crane ke wartawan Surabaya Pagi Semmy Mantolas.

 

Terminal berlian Tanjung Perak berfungsi berlabuhnya kapal barang sekaligus sebagai tempat bongkar muat peti kemas. Di depan pintu masuk terminal, ada gerai sebuah minimarket dan beberapa kursi sebagai tempat berehat para pekerja. Di salah satu kursi, ada seorang pria sedang duduk sembari menyundut sebatang rokok Surya.

Pria itu bernama Mufty atau biasa dipanggil Rentet oleh teman kerjanya. Usianya kurang lebih 29 tahun. Dia mengaku berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saban hari ia bekerja di terminal Berlian sebagai seorang operator bongkar muat peti kemas.

Kepada Surabaya Pagi, ia menceritakan suka duka yang ia alami saat melakoni pekerjaanya. Menurut Mufty, pekerjaan ini sudah digelutinya sejak 2014 silam. Sebelum di terminal Berlian, ia juga seorang operator di pelabuhan Kupang.

"Kalau di sini baru per 30 Januari 2020 kemarin om beta (saya, red) masuk," kata Rentet sambil menunjuk ke arah terminal Berlian tempat ia bekerja, Jumat (18/12/2020) lalu.

Sebagai seorang operator bongkar muat peti kemas tentu memiliki resiko yang tinggi. Pun begitu, ia juga berupaya agar target bongkar muat peti kemas dapat dicapai setiap bulannya.

Seorang operator mendapat penghasilan dari gaji dan premi. Premi akan diberikan apabila memenuhi target yang diberikan perusahaan. Bila ingin mendapat tambahan premi seorang operator dalam sebulan harus melakukan bongkar muat sebanyak 1.250 Twenty Foot Equivalent Unit (TEUS) untuk 1 alat Rubber Tyred Gantry (RTG) Crane.

TEUS sendiri adalah satuan terkecil dalam ukuran peti kemas. Biasanya peti kemas ukuran 20 feet (kaki) sudah disebut 1 box atau 1 TEUS.

Sebagai operator, kata Rentet, pendapatannya cukup untuk hidup di ibu kota Jawa Timur. Saat ini, dia indekos di wilayah Tembok Dukuh yang jaraknya 16 menit dari tempatnya bekerja.

"Kerja itu yang diutamakan keselamatan. Jangan hanya ingin dipuji kita kerja terburu-buru, akhirnya celaka. Itu namanya cari mati," ucapnya.

 

Peti Kemas Menggantung

Baca Juga: Permintaan Tinggi, Imigrasi Kelas I Surabaya Tambah Kuota M-Paspor 200 Slot Per Hari

Selama kurang lebih 6 tahun menjajaki dunia operator bongkar muat peti kemas, Rentet mengaku belum pernah mengalami kecelakaan yang fatal. Walau begitu, ia pernah mengalami peristiwa di mana peti kemas yang diangkat oleh crane mengantung bebas di udara.

"Kejadiannya itu di Kupang. Saat kita angkat containernya, tiba-tiba dari PLN kasih mati listrik. Karena alat yang kita pake itu menggunakan listrik jadi mesin juga ikut mati. Akhirnya containernya itu hanya menggantung saja di atas," kisahnya

"Kita semua panik, tapi mau gimana lagi, ya sudah pasrah saja sambil lihat itu container goyang-goyang di atas," tambahnya dengan aksen khas Kupang.

Bobot dari peti kemas sendiri berkisar antara 18 ton hingga 200 ton. Ukuran ini pun tidak pasti tergantung isi dalam peti kemas.

Selain Rentet, pekerja lain seperti Arif juga mengisahkan hal serupa. Ia mengaku baru satu bulan bekerja sebagai operator bongkar muat peti kemas di terminal Berlian Tanjung Perak.

Sebagai orang baru, tentunya belum begitu banyak peristiwa mendebarkan yang dialami. Walau begitu ia sadar bahwa pekerjaan seorang operator sangat beresiko tinggi bahkan bisa berurusan dengan nyawa bila tidak hati-hati.

"Ada yang namanya stapel mas. Jadi itu operatornya harus nyusun containernya dengan rapi. Miring sedikit saja bisa roboh itu (tumpukan peti kemas)," aku Arif

Berbeda dengan Rentet, Arif lebih memilih untuk tinggal di rumah sendiri dibanding indekos. Setiap harinya ia harus pulang pergi dari Gedangan, Sidoarjo menuju ke terminal Berlian Tanjung Perak Surabaya. "Ya satu setengah jam perjalanan. Soalnya lebih enak tinggal sama keluarga," tukasnya

Kendati pekerjaan seorang operator sangat beresiko, Pelindo III Tanjung Perak sebagai penanggung jawab selalu menjamin keselamatan pekerja.

Baca Juga: KPU Kota Surabaya Mulai Seleksi Calon Anggota PPK dan PPS Pilkada 2024

 

Harus Sehat Jasmani

Kepala Bagian (Kabag) Humas Pelindo III Suryo Khasabu saat dihubungi mengaku, para pekerja pelabuhan sebelum diturunkan ke lapangan harus dalam keadaan sehat secara jasmani.

Para petugas operasional kata Suryo, sebelum jam kerja dimulai akan ada pemerikasaan kesehatan yang dilakukan oleh tim medis. Pengecekan tersebut berupa tekanan darah dan suhu tubuh para pekerja. Tujuannya untuk memastikan bahwa mereka siap bekerja.

"Yang sudah di lapangan itu, sudah dinyatakan sehat oleh tim medis kami. Kalau yang tidak sehat ya untuk sementara tidak bekerja," kata Suryo saat dihubungi melalui saluran telpon

Mengenai kelayakan alat angkut atau crane, Suryo menjelaskan semuanya sudah sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh kementrian ketenagakerjaan melalui Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI Nomor Per.09/Men/VII/2020 tentang Operator dan Petugas pesawat angkat dan angkut. "Alat kami sudah layak fungsi, ada SLF-nya atau sertifikat laik fungsi," jelasnya

Guna menjaga kelayakan tersebut, setiap tahunnya akan ada pengecekan secara berkala untuk melihat apakah ada alat yang telah rusak dan atau perlu diganti.

"Jadi kita lihat, apakah ada sling atau talinya itu yang rusak. Kalau ada langsung kita ganti dengan yang baru," pungkasnya. sem/cr3/ril

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU