Jatuh Bangun Arema FC Dari Sam Ikul Hingga Dipegang Juragan 99

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 13 Mar 2022 19:20 WIB

Jatuh Bangun Arema FC Dari Sam Ikul Hingga Dipegang Juragan 99

i

Tampak depan Mess Arema FC Foto: Suci Rahayu Kompas

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sejak 6 Juni 2021 lalu, pengusaha otobus Juragan 99 Gilang Widya Pramana resmi menjadi Presiden baru klub Arema FC. 

Didapuknya Gilang sebagai Presiden Club, usai dirinya membeli sebagian saham PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI). Tidak diketahu secara pasti besaran jumlah saham yang dibeli oleh pria yang dikenal sebagai crazy rich Malang.

Baca Juga: Arema FC Tunjuk Joko Susilo Sebagai Pelatih Kepala

Kendati begitu dari penelusuran Surabaya Pagi, di tahun 2016  saat berdirinya PT AABBI, setidaknya muncul 2 nama sebagai pemegang saham tersebut.  Diantaranya adalah Iwan Budianto dengan jumlah saham sebanyak 70 persen dan  Agoes Soerjanto sebanyak 30 persen.

Gilang sendiri, sempat mengaku mendapat tawaran untuk membeli saham Arema FC dari Iwan Budianto sebanyak 30 persen.

"Pak IB sangat terbuka kepada saya. Saya ditawari 30% saham Arema FC," kata Gilang dinukil dari Surya Malang, Senin (13/03/2022).

Melihat dari pernyataan Gilang ini, diduga kuat saham yang dibeli oleh Gilang merupakan saham milik Iwan. Atau dengan kata lain, saat ini kemungkinan pemegang saham PT.AABBI terdiri dari 3 orang yaakni Iwan Budianto sebanyak 40 persen, Gilang 30 persen dan Agoes Soerjanto sebanyak 30 persen.

Dari ke-3 nama ini,  2 diantaranya masuk dalam struktur managamen Arema FC. Ke-2 sejoli ini adalah Gilang sebagai Presiden Arema FC dan Agoes Soerjanto sebagai CEO Arema FC. Sementara Iwan saat ini lebih berfokus pada jabatan barunya yakni sebagai wakil ketua umum PSSI.

Era Sam Ikul

Klub sepak bola Arema sendiri sebetulnya telah berdiri sejak 1987 dengan pemilik pertamanya adalah Lucky Adrianda Zaenal yang akrab disapa Sam Ikul.

Pada masa tersebut, Tim Singo Edan sering dibelit masalah finansial. Namun, kembang kempis kantong manajemen tak membuat Arema dipandang sebelah mata. Mereka berhasil menjadi juara Galatama musim 1992/1993.

Para pemain Timnas Indonesia juga sempat dilahirkan oleh Arema, seperti Aji Santoso, Kuncoro, Mecky Tata dan lainnya.

Kendati prestasi sering ditorehkan oleh Klub Arema saat itu, nyatanya kesejahtraan pemainnya tidak sebagus prestasinya. Hampir setiap musim Arema mengalami krisis finansial. Dan bahkan managamen sering menungak gaji para pemain

Era Bentoel

Setelah belasan tahun bergelut dengan masalah finansial, Sam Ikul memberikan pengelolaan kepada PT. Bentoel pada 2003. Berada di bawah perusahaan rokok besar di Malang membuat Tim Singo Edan dikelola secara profesional.

Sosok Darjoto Setiawan muncul sebagai direkturnya. Pada tahun tersebut, Arema terdegradasi ke kasta kedua. Namun, tak ada lagi cerita gaji terlambat. Kesejahteraan pemain dan keluarganya juga sangat diperhatikan oleh manajemen Arema ketika itu.

Andaikan ada anak atau istri pemain yang sakit, PT Bentoel yang menanggung biaya pengobatannya. Sampai saat ini, pemain atau karyawan Arema yang pernah merasakan kepemimpinan Bentoel menganggap era tersebut sebagai masa sejahtera.

Bahkan, sampai tim akademi Arema, semua bebas dari biaya. Sehingga muncul bakat-bakat istimewa ketika itu, seperti Dendi Santoso dan Ahmad Alfarizi yang sampai saat ini membela Arema sebagai produk jebolan akademi.

Pelatih ternama seperti Benny Dollo saat itu didatangkan. Hasilnya, mereka menjuarai kasta kedua pada 2004 dan promosi ke level tertinggi. Sementara itu, pada 2005 dan 2006, Tim Singo Edan menjuarai Piala Indonesia.

Di era Bentoel, banyak pemain label bintang yang didatangkan, sebut saja Ponaryo Astaman, Elie Aiboy, Hendro Kartiko, Ortizan Salossa, Erol Iba, dan masih banyak yang lainnya.

Sayangnya, era Bentoel harus berakhir pada 2009. Kala itu saham PT Bentoel dikuasai BAT (British American Tobacco). Kebijakaan mendanai aktivitas olahraga pun dicabut. Hal itu membuat Bentoel tak lagi mengelola Arema.

Dualisme 

Baca Juga: Joko Susilo Ungkap Alasan Gelar Seleksi Terbuka Pemain Arema FC

Usai dari PT Bentoel, Arema diserahkan kepada konsorsium. Era ini berdirilah PT Arema Indonesia sebagai pengelola yang baru. Di dalamnya banyak orang yang berusaha menyelamatkan Arema.

Tokoh sepak bola nasional seperti Andi Darussalam Tabusalla terlibat didalamnya. Dia jadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Arema. Dibawah konsorsium, Arema ternyata berhasil menjuarai Indonesia Super League (ISL) 2010 saat diasuh Robert Alberts.

Namun usai menjuarai ISL 2010, persoalan besar lainnya muncul. Berawal dari dualisme kompetisi, Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL) musim 2012, Arema pun terpecah. Satu bermain di IPL dan satu lagi di ISL. Di sini simpang siur kepemilikan Arema terjadi. Arema di ISL tetap dikelola pengurus lama.

Adapun Arema di IPL dihidupi PT Ancora Indonesia dan melibatkan kembali sang pendiri Lucky Zaenal. Sampai saat ini, dualisme itu tak terselesaikan. Padahal kompetisi sudah disatukan kembali sejak 2014 lalu.

Era Arema Cronus

Ketika IPL mati, Arema yang sebelumnya berkiprah di ISL tetap eksis. Dan tahun 2013, mereka dapat kucuran dana segar dari Bakrie Grup lewat PT Pelita Jaya Cronus.

Nama klub berubah menjadi Arema Cronus di ajang ISL 2013. Iwan Budianto (IB) muncul kembali sebagai CEO. Di sini era Los Galaticos dimulai. Materi pemain yang didatangkan lebih gemerlap ketimbang era Bentoel.

Pelatih sekelas Rahmad Darmawan datang beserta deretan pemain terbaik di Indonesia ketika itu. Sebut saja Beto Goncalves, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Cristian Gonzales, Kayamba Gumbs dan lainnya. Namun, prestasi terbaik mereka di kompetisi hanya jadi runner-up ISL 2013.

Di masa ini Arema sempat menjadi raja turnamen. Tim Singo Edan berhasil menjuarai Piala Menpora, Piala Gubernur Jatim, Trofeo Persija, Bali Island Cup, Inter Island Cup, dan SCM Cup dalam waktu tiga tahun. Tetapi, Bakrie Grup perlahan lepas dari Arema.

Pada 2016 kucuran dana mulai terhenti, dan nama Arema Cronus berubah menjadi Arema FC. Masalah finansial pun kembali menyerang klub Arema. Bahkan isu dualism kembali muncul dipermukaan.

Tak ingin terus bersengketa, Arema membuat PT AABBI (Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia) pada 2016. Pemegang saham terbesar saat itu adalah Iwan Budianto sebanyak 70 persen dan 30 persen Agoes Soerjanto.

Baca Juga: Arema FC Kembali Tunjuk Joko Susilo Jadi Kepala Pelatih

Gelar Piala Presiden, Bhayangkara Cup dan lainnya masih bisa diraih waktu itu. Sampai akhirnya IB mundur sebagai CEO pada 2019. Dia memilih untuk fokus menjalankan tugasnya sebagai Wakil Ketua Umum PSSI. Posisi Iwan Budianti kemudian digantikan Agoes Soerjanto.

Era Juragan 99

Juni 2021 menjadi angin segar bagi Arema FC. Di bawah kepemimpinan Gilang sebagai Presiden Club, urusan sponsorship ditanggungnya secara maksimal melalui bisnis MS Glow for Men miliknya.

Bahkan salah satu Aremanita yang dihubungi Surabaya pagi menyebut, di Era Juragan 99, para pemain mendapatkan kehidupan yang layak. Salah satu buktinya adalah dengan disediakannya mes anyar ala bintang 4 bagi para pemain Arema FC.

“Gilang masuk Arema punya bus sendiri, punya mes baru. Dulu punya tapi kayak kos-kosan di jalan Langsep. Sekarang mes 30 kamar, fasilitas lengkap,” kata salah satu Aremanita yang tak ingin menyebutkan namnaya.

Tak hanya itu Gilang juga memberikan reward kepada para pemain berupa sepatu, jam tangan, hingga handphone keluaran Amerika.

Kendati begitu, para supporter menyayangkan prestasi Arema di Era Gilang. Dengan fasilitas lengkap, nyatanya tidak mendorong prestasi Arema dalam Laga Liga 1.

Saat ini Arema FC menduduki posisi ke-5 klasemen dengan poin 30. Arema FC harus puas usai dikalahkan Persebaya dan Persik.

Selain itu, dengan munculnya pemberitaan adanya dugaan penipuan yang dilakukan oleh Presiden Arema FC, membuat para supporter semakin patah arang dengan masa depan Arema.

“Di masa Gilang ini, aktivitas tim gak dishare ke media. Kalau dulu, selalu dishare ke wartawan. Sejak Gilang, fotografer, sosmed itu dari (tim) Gilang. Gak bisa bayangin kalau sampe Gilang ketangkap, nasib Arema ini seperti apa,” keluhnya. (Sem)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU