Jokowi Curhat Soal Kenaikan Harga Pangan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 20 Mar 2022 21:14 WIB

Jokowi Curhat Soal Kenaikan Harga Pangan

i

Jokowi bersama istrinya menonton langsung MotoGP Mandalika, Minggu (20/3/2022).

SURABAYAPAGI.COM, Bali - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) curhat (mencurahkan isi hati) mengenai kenaikan harga pangan yang terjadi di hampir seluruh negara dunia. Menurutnya, ini tak lepas dari dampak pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda dunia.

Curhatan itu disampaikan Jokowi dalam pidato dalam pembukaan Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 di Bali, Minggu (20/3).

Baca Juga: Jokowi Promosikan Tren Minyak Makan Merah, Dibanderol Rp 15.000 per Liter

"Satu masalah belum selesai, muncul masalah yang kedua yaitu pandemi Covid-19 yang juga mendisrupsi semua hal yang sebelumnya tidak pernah kita kira dan sekarang kita rasakan," ujar Jokowi.

"Langkanya energi, kenaikan harga pangan, kemudian kelangkaan kontainer dalam mengirim logistik yang ada, dan terjadinya kenaikan inflasi hampir di semua negara," tambah Jokowi.

Pernyataan Jokowi soal kenaikan harga pangan sebetulnya tengah dialami masyarakat Indonesia. Diketahui, sejumlah harga pangan seperti kedelai, hingga daging sapi mengalami lonjakan harga dalam beberapa waktu terakhir.

Tidak hanya itu, harga minyak goreng juga mendapat sorotan dalam beberapa waktu terakhir. Sampai sekarang harga minyak goreng masih melambung tinggi.

Minyak goreng juga kembali langka dan mendadak mahal. Sebab, Mendag Muhammad Lutfi telah mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022 tentang HET Minyak Goreng Sawit.

Sebelumnya, HET minyak goreng curah Rp11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan kemasan premium Rp14 ribu per liter.

Baca Juga: Bisnis Tipu-Tipu Minyak Goreng Murah, Mama Muda Untung Miliaran

Namun dengan pencabutan aturan itu, HET minyak goreng curah kini menjadi Rp14 ribu per liter sedangkan harga kemasan premium diserahkan kepada mekanisme pasar.

Dalam kesempatan ini, Jokowi mengaku pesimistis perubahan iklim dunia tidak dapat dicegah jika tidak ada aksi nyata. Salah satu hambatannya, kesulitan transisi ke energi ramah lingkungan.

Mengatasi perubahan iklim, kata Jokowi, sejatinya bisa dilaksanakan dengan melakukan transisi energi.

"Saya beri contoh saja; transisi energi, dari energi fosil ke energi baru terbarukan," ucapnya.

Baca Juga: Polda Jatim Sita 122 Ton Minyak Goreng Kemasan yang Akan Diekspor Secara Ilegal ke Timor Leste

"Dari energi batu bara masuk ke renewable energy. Kelihatannya mudah, tapi dalam praktiknya itu ada sesuatu yang sangat sulit di lapangan. Utamanya bagi negara-negara berkembang," ungkap Jokowi.

Oleh karena itu, lanjut Jokowi, yang perlu dibicarakan mengenai masalah ini adalah soal pendanaan iklim. Investasi dalam renewable energy dan transfer teknologi juga berperan dalam upaya mencegah perubahan iklim.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pesimistis, tanpa tiga hal itu, perubahan iklim tak dapat lagi dicegah. Untuk mengatasi hal ini perlu perlu pendanaan iklim global yang benar-benar serius didukung oleh internasional.

"Kalau itu hanya kita bicarakan tahun ke tahun dan tidak ada mobilisasi dan tidak ada keputusan, saya pesimis bahwa yang namanya perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa kita cegah sama sekali," ujar Jokowi. st,jk,05

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU