BBM Naik, Harga Rajungan Masih Anjlok, Nelayan Lamongan Kelimpungan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 11 Sep 2022 16:39 WIB

BBM Naik, Harga Rajungan Masih Anjlok, Nelayan Lamongan Kelimpungan

i

Pegawai di salah satu perusahaan di Pantura tengah mengemas rajungan untuk diekspor. SP/MUHAJIRIN KASRUN

SURABAYAPAGI.COM, Lamongan - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) cukup berdampak di semua lini, tak terkecuali seperti yang dirasakan oleh nelayan Pantura Lamongan Jawa Timur. Bagaimana tidak, meski harga BBM naik, namun harga ikan rajungan malah anjlok, karena daya beli masyarakat menurun.

Ketua Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan Muchlisin saat dihubungi Minggu (11/9/2022) membenarkan kalau harga rajungan masih belum terkerek, dan harganya masih anjlok di kisaran Rp 35-40 ribu perkilo gramnya.

Baca Juga: Per 1 Agustus: Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Naik Lagi

"Iya meski harga BBM Naik, tapi harga rajungan masih belum terkerek dan harganya masih di kisaran 35-40 ribu perkilo gramnya, jauh dari normalnya Rp 110-125 ribu," ujarnya.

Harga Rp 35-40 ribu itu kata Muchlisin sedikit naik dari bulan Juni 2022 lalu. Dimana di bulan Juni harga ikan rajungan masih dikisaran Rp 25 ribu per kilogram nya. "Kenaikan yang hanya 5-10 ribu itu tidak bisa mengurangi biaya operasional nelayan, dan biaya operasional selama ini tidak sebanding dengan yang didapat oleh nelayan rajungan, artinya nelayan masih tekor," ungkapnya.

Masih belum terkereknya harga rajungan kata Muchlisin penyebabnya adalah,  banyak pengusaha atau mini plan lokal yang biasanya membeli rajungan hasil tangkapan nelayan, tutup untuk sementara waktu. Penutupan ini imbas dari dihentikannya pembelian rajungan oleh pabrik yang tidak bisa ekspor, padahal hasil tangkapan nya bagus.

"Para pengusaha sekarang ini menghentikan pembelian rajungan dari nelayan karena pabrik tidak bisa ekspor. Kondisi rumit ini belum bisa diprediksi kapan akan segera berakhir," ujar Muchlisin.

Muchlisin mengaku pihaknya juga sudah mengontak beberapa pengusaha rajungan yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Rajungan Indonesia (APRI). Dari mereka, diperoleh informasi jika kondisi semacam ini belum bisa diprediksi kapan akan normal kembali.

Baca Juga: HM Rofiq Temukan Harga BBM Tidak Satu Harga di Bawean

"Intinya belum bisa memprediksi kapan kondisi ini bisa normal kembali, sementara nelayan sangat terdampak dan tidak bisa menjual tangkapannya sehingga berakibat nelayan susah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," papar Muchlisin.

Di kesempatan ini, Muchlisin berharap pemerintah maupun DPR segera memberikan solusi yang cepat dan tepat.

Terpisah Mustain, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) menyebutkan  kondisi nelayan rajungan yang harus dihadapkan pada persoalan rendahnya harga rajungan secara nasional. Nelayan rajungan kalang kabut, lantaran biaya operasional tak sebanding dengan keuntungan yang didapat.

Baca Juga: Menkeu Takut Dimarahi Rakyat

"Apalagi kenaikan BBM secara nyata juga memicu terjadinya lonjakan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat. Sehingga hal ini jelas berimplikasi pada meningkatnya biaya operasional harian nelayan serta melemahkan ketahanan pangan nelayan secara keseluruhan," terangnya.

Oleh sebab itu, Mustain berharap, pemerintah harus hadir dan lebih serius dalam memikirkan nasib nelayan rajungan, agar harga komoditas ekspor yang sudah berkontribusi terhadap pendapatan devisa negara kembali normal.

"Kita mendesak kepada pemerintah agar segera mengambil langkah-langkah kongkrit, agar masalah ketimpangan harga rajungan ini bisa segera tertangani dan terselesaikan," tegasnya di hadapan para nelayan rajungan Paciran Lamongan. jir

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU