Gubernur BI Pangkas Proyeksi Inflasi Utama 2022 Jadi di Bawah 6,3%

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 03 Nov 2022 14:02 WIB

Gubernur BI Pangkas Proyeksi Inflasi Utama 2022 Jadi di Bawah 6,3%

i

Gubernur BI Perry Warjiyo.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi inflasi Indonesia pada akhir 2022 menjadi di bawah 6,3 persen secara tahunan. Angka tersebut lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tingkat inflasi akibat kenaikan harga BBM diperkirakan dapat menyentuh level 6,6 persen pada akhir 2022.

Baca Juga: Inflasi April 2024 Lebih Rendah, Dibanding Lebaran 3 Tahun Sebelumnya

“Pada akhir tahun semula kami perkirakan 6,6 persen, dengan realisasi ini bahkan bisa lebih rnedah dr 6,3 persen. itu inflasi IHK [Indeks Harga Konsumen],” kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2022, Kamis (3/11/2022).

Perry mengatakan, perkiraan inflasi ini menurun karena realisasi inflasi pada Oktober 2022 sebesar 5,7 persen secara tahunan. Padahal, sebelumnya dia mengatakan, ifnlasi Oktober 2022 akan bisa mencapai 6,1 persen.

"Semula waktu penyesuaian harga BBM inflasi Oktober bisa mencapai 6,1 persen, tapi sekarang realisasinya 5,7 persen," ujarnya.

Selain itu, Perry juga mengatakan bahwa bank sentral memperkirakan inflasi inti pada 2022 bisa di bawah 4,3%  terutama karena realisasi pada Oktober 2022 sebesar 3,3 persen, lebih rendah dari perkiraan 3,7 persen.

Ia menyebut, penurunan inflasi pada Oktober 2022 didorong oleh koordinasi yang kuat antara BI bersama dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam mengendalikan inflasi pangan dan mengakselerasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Baca Juga: BI Prediksi KPR Tetap Tumbuh Tinggi

Di sisi lain, penurunan juga dipicu oleh pemberian insentif dari pemerintah pusat bagi pemerintah daerah yang dapat menurunkan inflasi pangan.

"Penyebabnya salah satunya bagaimana koordinasi pemerintah pusat dan daerah mengendalikan inflasi pangan, bahkan bu menteri beri insentif para gubernur, walikota, bupati yang bisa turunkan inflasi pangan diberi insentif," jelasnya.

Lebih lanjut, Perry menambahkan, faktor pendukung lainnya adalah langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh BI sehingga menahan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor (imported inflation).

Baca Juga: Penyaluran Kredit Maret 2024, Tumbuh 11,8%

"Hasilnya depresiasi rupiah termasuk yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain. Agar tidak menyebabkan kenaikan harga-harga di dalam negeri dari harga barang-barang impor atau imported inflation," terangnya.

Perry juga menilai bahwa terkendalinya inflasi hingga Oktober 2022 itu salah satunya akibat efektifnya kebijakan BI untuk terus menaikkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate yang saat ini telah bertengger di level 4,75 persen.

"Untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan juga memastikan inflasi inti itu bisa di bawah 4 persen lebih awal. Semula dipekirakan semester II tahun depan, dengan langkah kenaikan suku bunga ini bisa lebih awal yaitu pada paruh pertama 2023," pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU