Geger Muncul Video 'Jokowi Berbahasa Mandarin'

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 26 Okt 2023 21:22 WIB

Geger Muncul Video 'Jokowi Berbahasa Mandarin'

i

Presiden Jokowi saat memberi sambutan di hadapan peserta High Level Forum bertema Connectivity in an Open Global Academy di China National Convention Center, Beijing. (foto: instagram @jokowi)

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Minggu ini, beredar video disertai narasi 'Jokowi berbahasa Mandarin'.

"Itu hasil suntingan yang menyesatkan," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel A. Pangerapdi, dalam keterangan pers, Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Baca Juga: Hari Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan ke Surabaya

Video tersebut beredar di X (dulu Twitter) dan menampilkan momen Jokowi berpidato menggunakan bahasan Mandarin. Kominfo menyatakan video tersebut diedit menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake.

"Beredar sebuah video pada berbagai platform digital yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang menyampaikan pidato menggunakan Bahasa Mandarin dengan fasih. Video tersebut ada yang disertai dengan narasi 'Jokowi berbahasa Mandarin'," demikian keterangan Kominfo yang didapat dari Menkominfo Budi Arie Setiadi.

 

Akan Semakin Maraknya Hoaks

Video yang menampilkan AI (kecerdasan buatan) menggambarkan Presiden tengah berbicara dalam bahasa Mandarin mencerminkan akan semakin maraknya hoaks yang bisa mempengaruhi opini publik jelang Pemilu 2024.

 Video yang beredar tersebut memunculkan kejanggalan – kejanggalan mulai dari tidak menggunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Inggris, hingga tidak ada terjemahan teks dalam bentuk kalimat di bawahnya.“Yang saya pertanyakan ketika itu dibuat dalam bahasa mandarin, yaitu dalam bahasa mandarin tapi lisan tidak dalam bentuk tulisan padahal seharusnya video yang menerjemahkan apa yang disampaikan oleh sumber (Presiden Jokowi) harusnya isi pidatonya itu tetap disampaikan dengan bahasa yang aslinya yaitu bahasa Inggris," jelasnya pejabat Keminfo yang diterima, Kamis (26/10).

 

Seolah Kaki Tangan Tiongkok

Baca Juga: Jokowi Berbunga-bunga, Tudingan Politisasi Bansos tak Terbukti

Ia menambahkan, kalaupun ada terjemahan baru dalam bentuk teks, sehingga pengakses atau penonton video tersebut bisa sekaligus mengontrol apakah memang yang disampaikan dalam bentuk lisan sama dengan apa yang bentuk tertulis.Di sisi lain, karena itu disampaikan dalam bentuk bahasa mandarin, dalam bentuk suara, yang mirip suara Presiden sehingga bisa menimbulkan multitafsir seolah-olah ia adalah bagian dari kekuatan kepentingan ekonomi Tiongkok. “Saya berpendapat ini video yang disampaikan dalam bentuk bahasa mandarin yang disampaikan secara lisan seperti itu, harusnya ini segera di-take down oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika atau paling tidak bahwa Kemenkominfo harus secara massif menjelaskan itu ke ruang publik tentang pidato Bapak Presiden yang disampaikan seolah-olah itu lisan dalam bahasa mandarin”, pungkasnya.

Untuk diketahui, video asli pidato Presiden Jokowi yang sebenarnya saat Gala Dinner di Amerika Serikat pada 2015. Video tersebut merupakan hasil editing atau rekayasa menggunakan AI agar seolah – olah Presiden Jokowi menggunakan Bahasa mandarin dengan fasih sehingga terkesan Presiden Jokowi merupakan kaki tangan Tiongkok.

 

Hasil Suntingan

Semuel menegaskan bahwa video itu merupakan hasil suntingan yang menyesatkan.

Baca Juga: Franz Magnis: Presiden Gunakan Kekuasaannya Untungkan Beberapa Pihak, Sama Seperti Mafia

Menurut Dirjen Semuel, hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan kesamaan dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S. - Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015 lalu.

"Secara visual, video tersebut identik, tetapi telah disunting sedemikian rupa yang diduga memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake," ungkapnya.

Semuel mengatakan video aslinya adalah saat Jokowi berpidato di ajang Gala yang digelar oleh US Chamber of Commerce, US-ASEAN Business Council, Oktober 2015.

Presiden Joko Widodo tidak menggunakan bahasa Mandarin saat pidato, namun membacakan teks berbahasa Inggris. “Ini adalah bentuk disinformasi," cetus Semuel.

Ia pun mengimbau agar masyarakat berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi. Bahkan mengingatkan agar tidak ikut menyebarluaskan konten hoaks atau disinformasi dalam bentuk apapun melalui platform digital. (jk/erc/rmc)

Editor : Raditya Mohammer Khadaffi

BERITA TERBARU