Soroti Etika Debat Politik, Pakar Komunikasi UNAIR: Bukan Sekadar Pertarungan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Jan 2024 19:27 WIB

Soroti Etika Debat Politik, Pakar Komunikasi UNAIR: Bukan Sekadar Pertarungan

i

Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Dr. Suko Widodo, Drs., M.Si.

SURABAYAPAGI, Surabaya - Debat keempat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 yang digelar pada Minggu, (21/1/2024) kemarin menjadi sorotan pakar komunikasi politik Universitas Airlangga, Dr Suko Widodo Drs MSi terutama tentang etika maupun strategi yang digunakan.

Menurutnya, debat bukan sekadar pertarungan, melainkan tradisi demokrasi untuk menemukan solusi terbaik. Dalam debat politik, tidak ada kata menang atau kalah di dalamnya.

Baca Juga: Menuju Indonesia Emas, Mbak Vinanda-Gus Qowim Siapkan Program Smart Living

Namun sebagai alat seleksi pemimpin sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam mengenali lebih dalam tentang Capres dan Cawapres yang akan dipilih dalam pemilu mendatang

"Debat mencari pemikiran-pemikiran yang bagus. Dan bagaimana kita (capres dan cawapres) bisa mem-promote atau mempresentasikan ide-ide agar bisa diterima orang banyak dengan argumentasi-argumentasi," jelas Widodo, dari keterangan yang diterima Surabaya Pagi, Rabu, (24/1/2024).

Lebih lanjut, Widodo menekankan selain tema yang jelas, debat memerlukan cara berkomunikasi yang benar. Dimana, dengan komunikasi yang jelas dan bahasa yang mudah dimengerti sangat krusial.

"Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu," jelas dosen ilmu komunikasi di UNAIR itu.

Ia juga memaparkan bahwa tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan. Maka dari itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus atau consent dalam perdebatan.

Baca Juga: Meski Hanya Diikuti Satu Pasangan Calon, KPU Gresik Sukses Gelar Debat Publik Pamungkas

Ia menganggap gestur-gestur berlebihan itu tidak menjadi perlu di dalam suatu debat. 

Dalam debat, Widodo menyebut bahwa ada tiga unsur penting berupa logika, etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin. 

Sementara itu, Ia menyebut penggunaan istilah merupakan salah satu strategi, namun tidak berada pada level yang tinggi. 

Baca Juga: Debat Terakhir Mbak Vinanda - Gus Qowim Tampil Memukau, Libas Semua Persoalan

"Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang," jelas Widodo.

Kendati demikian, dalam mencapai komunikasi efektif di dalam debat, istilah-istilah harus dijelaskan dengan mantap kepada semua audiens dalam perdebatan.

Serta ditopang dengan cara penyampaian yang benar, ide yang digagas akan tersampaikan kepada masyarakat. "Jadi masyarakat bisa menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada 14 Februari mendatang," pungkasnya. Ain

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU