SURABAYAPAGI, Surabaya - Program Siap Siaga berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur serta menggandeng Organisasi Penyandang Disabilitas (Opdis) berupaya untuk mitigasi bencana secara inklusif dan efektif.
Ancilla Bere, Koordinator Program Siap Siaga, menegaskan pentingnya melibatkan penyandang disabilitas dalam mitigasi bencana, untuk memastikan semua lapisan masyarakat terlindungi dengan baik.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jatim TW III-2024 Tertinggi di Pulau Jawa, Tumbuh 1,72 Persen q-to-q
"Dalam situasi bencana, disabilitas menjadi salah satu kelompok yang rentan karena memiliki ragam keterbatasan. Kondisi itu bisa membuat disabilitas terdampak secara signifikan jika penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak responsif terhadap kebutuhan mereka," kata Ancilla, saat ditemui dalam lokakarya pengenalan dan inisiasi ULD-PB Jatim di Surabaya, pada Selasa (2/4/2024).
Kendati demikian, dengan digelarnya lokakarya pengenalan dan inisiasi Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) Jatim ini diharapkan menjadi wadah dalam kontribusi masyarakat dalam mitigasi bencana dengan keterlibatan disabilitas.
"Ini juga, agar proses-proses penguatan kapasitas, mempertimbangkan kebutuhan teman-teman dengan ragam disabilitas. Khususnya, penguatan kapasitas dalam kesiapsiagaan bencana, dalam tanggap darurat dan pascabencana," ujarnya.
Upaya tersebut juga mendapat dukungan dari Bige Agus Wahjuono, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim. Ia menekankan bahwa penyandang disabilitas memiliki kapasitas yang dapat dimanfaatkan dalam penanggulangan bencana, dan keterlibatan mereka menjadi kunci untuk memaksimalkan efektivitas penanggulangan bencana.
Baca Juga: Lukmanul Khakim Soroti Minimnya Dukungan untuk Pesantren di Jatim
"Penanggulangan bencana adalah tanggung jawab kita semua. Dalam kondisi bencana, disabilitas terkadang menjadi kelompok yang terpinggirkan, tetapi melalui inisiatif ini, kita membentuk unit yang menjadi bagian integral dari upaya penanggulangan bencana," papar Bige.
Dengan adanya langkah-langkah ini, ia juga berharap bahwa penanggulangan bencana di Jawa Timur dapat menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan semua warga, termasuk penyandang disabilitas.
Langkah ini juga diambil mengingat angka kejadian bencana yang signifikan di Jatim sepanjang tahun 2023, yang berdampak pada ribuan keluarga.
Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Sebut Pemanfaatan Hutan Sosial Berpotensi Turunkan Kemiskinan Ekstrem di Jatim
Serta risiko bencana yang masih berpotensi terjadi di masa depan, kolaborasi ini menjadi langkah yang strategis untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Jatim.
"Saat sepanjang tahun 2023 saja, terdapat 117 angka kejadian bencana di Jatim. Bencana itu, berdampak pada puluhan ribu keluarga. Dan berdasarkan hasil kajian risiko bencana Jatim, masih ada bencana yang berpotensi terjadi di Jatim tahun ini dan tahun mendatang," tukasnya. Ain
Editor : Mariana Setiawati