Gus Hans, Konco Khofifah, Nyebrang ke Risma, Tidak Aneh

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 29 Agu 2024 20:42 WIB

Gus Hans, Konco Khofifah, Nyebrang ke Risma, Tidak Aneh

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Judul berita di halaman utama koran kita edisi Jumat hari ini, "Orang Dekat Khofifah, Jadi Cawagub Risma PDIP".  Ditulis oleh harian kita, kader Partai Golkar, Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans, akan menjadi bakal cawagub pendamping Tri Rismaharini (Risma) di Pilgub Jatim 2024 diusung PDIP. Kedua paslon Pilgub Jatim ini sudah mendaftar ke KPU Jatim semalam.

KH Zahrul Azhar Asumta atau yang biasa akrab disapa Gus Hans ini bukanlah sosok baru dalam dunia politik.

Baca Juga: Anies Baswedan, Akademisi yang tak Realistis

Politisi Partai Golkar Jatim ini sebelumnya dikenal sebagai Tim Sukses Mantan Gubernur Jatim,  Khofifah Indar Parawansa.

Gus Hans merupakan mantan Juru Bicara pasangan Khofifah-Emil pada Pilgub Jatim 2018.

Ayah dari tiga orang anak ini membuktikan kemampuan politiknya tatkala berhasil membawa pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak menang dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur.

Ini Ungkapan di dunia politik: tidak ada kawan yang sejati dan yang ada cuma kawan berdasarkan kepentingan? Betulkan Gus Hans? Khofifah, pasti paham juga ungkapan ini. Anda berdua sama sama santri NU.Gus Hans merupakan pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang. Dia merupakan putra dari KH As’ad Umar dan Azah As’ad.

Gus Hans juga dikenal sebagai tokoh pemuda NU serta pernah menjadi juru bicara tim kampanye Khofifah-Emil saat Pilgub 2019. Dan Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU).

 

***

 

Sampai saat generasi Z mulai coblos, ungkapan ini masih belum punah. Ya sangat terkenal  sebagai pedoman siapa saja yang memasuki dunia perpolitikan yang pragmatis seperti :

"Tetap dekati kawan-kawanmu tetapi lebih dekatlah ke musuh-musuhmu" (bahasa Indonesia).

"Keep Your Friends Close But Your Enemies Closer" (bahasa Inggris)

Ungkapan ini bukan berlaku di dunia perpolitikan saja, tetapi juga berlaku di dunia bisnis yang kejam dan pragmatis.

Dalam film The Godfather: Part II, ternyata musuh-musuh Michael Corleone dan keluarganya merupakan teman dekat bahkan kerabat atau termasuk anggota keluarganya.

Dari ungkapan ini, biaya politik Indonesia saya hitung sangat mahal. harga yang harus ditebus setiap cagub-cawagub, amatlah besar, apalagi kalau masalah duit. Soal uang, jangankan kawan, saudara pun bisa berselisih. Untuk itu ketika mereka menjadi penguasa yang lain juga harus mengikuti kepentingannya, namun ketika penguasa itu jatuh (tidak lagi popular) , nasib mereka tidak jauh beda dengan masyarakat biasa. Kan begitu ya bu Khofifah dan Bu Risma?

Mengapa di dunia politik tidak ada kawan yang sejati dan yang ada cuma kawan berdasarkan kepentingan?

Mengapa di dunia politik kawan bisa jadi lawan atau lawan bisa jadi kawan?

Ini seiring berubahnya situasi. Berubah pula haluan politik seseorang. Misal Gus Han, meski dulu konco Khofifah, ternyata tidak selamanya kawan dalam berpolitik. Ini menurut akal sehat saya, adalah salah satu metode untuk mempertahankan diri dalam dunia politik. Kan begitu ya Gus Hans. Politisi mesti mengadu nasib. Jabatan jubir, tidak seberkuasa wakil Gubernur.

Gus Hans, tahu biaya politik Indonesia sangat mahal.  Gus Hans, paham  dunia politik.

Baca Juga: Nyali KPK, Diuji Menantu Jokowi

Saya sering diskusi dengan sejunlah politisi lokal, soal politik pragmatis.  Kadang ada orang seolah "bersama kita" , tapi sedetik kemudian menusuk dari belakang.

Lebih sederhana lagi, dalam per-tetangga-an pun demikian. Dalam dunia arisan pun demikian.

Lihat saja Ibu Ina, pada saat yang lalu selalu rukun dengan Ibu Tina, bersama sama menggosipkan kejelekan Ibu Sodik.

Tak berapa lama kemudian, karena iri dengan bu Tina, berbalik 100 derajat.

Tujuan dari politik itu tak lepas dari jabatan dan kekuasaan, jadi  untuk mencapai kekuasaan tersebut akan menyingkirkan siapapun yang akan menghalangi nya tak perduli kawan maupun keluarga sekaligus. Betul atau betul Gus Hans?

 

***

 

Contoh! Risma dalam waktu last minutes mengubah pilihannya dari kader Partai Demokrat ke Partai Golkar? Sutiaji Mantan Wali Kota Malang Periode 2018-2023 Sudah diisukan menjadi bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Tri Rismaharini dari PDI Perjuangan di Pilgub Jatim 2024.

Risma-Sutiaji, bahkan telah digembar-gemborkan akan menjadi calon penantang Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak. Saat Khofifah, resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, Rabu (28/8/2024).

Baca Juga: Menyorot Gaya Hidup Bobby, Kaesang dan Paus

PDIP mengusung Risma-Sutiaji. Ini berdasarkan surat rekomendasi bernomor 2760/IN/DPD/VII/2024 tertanggal 27 Agustus 2024. Di surat tersebut, tertera tanda tangan Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim, Said Abdullah.

Dengan majunya Risma-Sutiaji, artinya pasangan tersebut bakal melawan pasangan petahana Khofifah-Emil.

Satu hari kemudian, Risma diumumkan gaet Gus Hans, kader Golkar. Akal sehat saya berbisik ini adalah strategi politik PDIP.

Menurut KBBI, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sementara itu, politik dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan. Politik juga bisa dimaknai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.

Berdasarkan pengertian tersebut saya pahami bahwa strategi politik dapat diartikan sebagai rencana yang berkaitan dengan kekuasaan.

Meskipun begitu, pengertian strategi politik tidak hanya dapat dipahami dengan uraian masing-masing kata. Ada definisi tersendiri yang perlu untuk diketahui oleh masyarakat.

Dikutip dari buku 'Pemilu dan Demokrasi: Sebuah Bunga Rampai' karya Kharisma Firdaus dkk, pengertian strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik.

Biasanya strategi ini dilakukan sebagai upaya dalam mempertahankan maupun merebut kekuasaan. Betulkan Bu Khofifah, Bu Risma dan Bu Luluk?

Perhelatan pilgub jatim menunjukan perempuan Butuh Kekuasaan. Ini bertolak belakang dengan kelompok feminis yang mengklaim, perempuan butuh kekuasaan ekonomi  dalam rangka melindungi kepentingannya.

Ada juga kelompok feminis mengatakan bahwa perempuan butuh kekuasaan karena mereka “kurang terwakili pada posisi-posisi kuasa dan berpengaruh". Betulkah tiga ibu yang tak lama lagi berkoar koar bicara keadilan, akan sembunyikan ambisi kekuasaannya? Walahualam. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU