SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Indonesia pada 2045 adalah momentum bersejarah. Mengapa demikian? Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad Indonesia. Inilah yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.
Artinya, memang, Indonesia 2045 masih 25 tahun lagi. Namun, saat ini bibit-bibit unggul anak muda sudah ada dari sekarang.
Baca Juga: Relakah Surabaya Barat Disulap Jadi Macau, Genting, Marina Bay
Bahkan anak-anak kecil maupun yang baru lahir tahun 2024 sudah berada di sekeliling kita. Tahun 2045 usianya sudah 26 tahun. Merekalah yang akan bisa memimpin bangsa ini di tahun 2045 kelak. Di tangan anak-anak sekarang inilah, masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan.
Bahkan ledakan kelahiran diperkirakan membludak sejak tahun 2021 karena situasi pandemi.
Bayi lahir pada tahun tersebut akan menjadi penduduk berusia produktif pada 2045 mendatang.
Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) yaitu pada periode tahun 2020-2045.
Mengutip dari akun https://indonesiabaik.id, Generasi muda tahun 2045 adalah orang orang muda yang cerdas dan mau menerima perubahan. Memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif
Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat Sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan Berperadaban unggul.
***
Corporate Secretary Bank Rakyat Indonesia, Agustya Hendy Bernadi, mengakui, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat, menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Juga adanya perubahan preferensi nasabah, digitalisasi dan perubahan kebijakan regulator. Ini menjadi katalis perubahan dalam lini distribution channel di emiten dengan kode saham BBRI ini.
Dengan demikian, BRI terus meningkatkan penyediaan layanan jaringan kantor berbasis digital yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan nasabah dalam melakukan transaksi kapan pun dan dimana pun, baik melalui layanan e-channel, layanan mesin self service maupun penyediaan platform digital. Ini untuk mengakomodir seluruh kebutuhan perbankan nasabah.
Untuk mengakomodir kebutuhan nasabah, sesuai dengan journey pengembangan jaringan kantor, BRI telah melengkapi branchnya dengan teknologi self service di berbagai lokasi.
Dan sejak tahun 2023 BRI telah mengimplementasikan teknologi self service di 356 jaringan kantor. Dan diantaranya terdapat berbagai jaringan kantor yang menerapkan konsep smart branch dan flagship branch. Ini dihadirkan untuk menyesuaikan kebutuhan segmen nasabah tertentu . Sekaligus menghadirkan end to end digital experience kepada nasabah
"Dalam mengimplementasikan jaringan kantor berbasis digital, Hingga Juli 2023, BRI telah menginvestasikan biaya sebesar lebih dari Rp 80 miliar," kata Agustya seperti dikutip dari kontan.co.id.
Pada posisi Juli 2023, penyediaan layanan berbasis digital telah mampu memigrasi transaksi yang sebelumnya dilakukan secara konvensional melalui petugas di banking hall.
Praktis, kini dari seluruh total transaksi perbankan yang terjadi di BRI sebesar 98% telah dilakukan melalui layanan berbasis digital baik melalui e-channel maupun platform digital BRI.
"BRI terus mendorong migrasi transaksi dari kantor cabang ke electronic channel seperti BRImo, ATM/CRM, Digital CS serta Agen Brilink sehingga kantor cabang dapat lebih fokus kepada penjualan dan layanan nasabah yang bersifat kompleks," tambah Agustya.
Ini realita bahwa BRI bisa penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Saya ikuti dari medsos, BRI pun telah mengadopsi teknologi mutakhir untuk meningkatkan kualitas pelayanan nasabah.
***
Mengutip dari laman banksyariahmetromadani.co.id, masyarakat kini sudah semakin sadar pentingnya layanan bank. Apalagi generasi milenial yang kian melek layanan perbankan digital.
Hal ini seiring dengan meningkatnya pengguna ponsel pintar alias smartphone di Tanah Air. Anak muda zaman now juga cenderung lebih senang yang praktis, simpel, mudah dalam menunjang aktivitasnya termasuk dalam hal melakukan transaksi keuangan.
Praktik yang saya lakukan, kini tinggal klik dari ponsel, saya sudah bisa transfer uang, membayar barang belanjaan online, melunasi tagihan listrik dan air, membeli pulsa, hingga top up saldo dompet digital. Lalu apa saja layanan perbankan yang dipilih kaum milenial?
1. Biaya administrasi bulanan dan saldo minimum rekening.
Produk yang paling familiar dari perbankan adalah tabungan. Simpanan dengan suku bunga yang bisa ditarik kapan saja tanpa ada jangka waktu atau tenor. Ini terkait cara membuka rekening tabungan, calon nasabah termasuk milenial mempertimbangkan biaya-biaya dan saldo minimum setoran di awal maupun batas minimal saldo yang harus diendamkan di rekening tabungan
Masing-masing bank berbeda dalam menetapkan biaya administrasi bulanan dan saldo minimum tersebut. Tergantung pada jenis tabungan yang dipilih. Untuk biaya administrasi bulanan, ada yang mulai dari Rp10 ribu-15 ribu.
Sedangkan untuk saldo minimum ditahan mulai dari Rp20 ribu dan saldo awal minimum (setoran) Rp100 ribu. Kebanyakan calon nasabah milenial akan memilih layanan bank yang memberikan biaya administrasi bulanan rendah dan saldo minimum ringan. Pasalnya, mereka tidak akan hanya punya satu rekening tabungan, tapi beberapa di bank yang lain.
2. Punya kantor cabang dan mesin ATM yang banyak.
Pertimbangan lain milenial dalam memilih layanan perbankan, tentu saja kantor cabang dan mesin ATM.
3. Kemudahan dan kecepatan bertransaksi dengan layanan digital.
Saat ini, bank berlomba-lomba memberikan layanan digital untuk kemudahan dan kecepatan milenial dalam bertransaksi keuangan. Ada yang pakai mobile banking, internet banking, SMS banking, dan layanan digital lain. Semua bisa dilakukan dari ponsel. Begitu praktis, mudah, dan tidak ribet lagi.
4. Aneka produk investasi, selain tabungan.
Generasi milenial dewasa ini tidak hanya melek tabungan, tapi juga investasi. Mereka ingin menanamkan uangnya pada sebuah produk investasi yang tepat. Bank dapat melihat ceruk pasar ini Menawarkan produk investasi bagi milenial, seperti deposito, reksadana, emas, hingga surat utang negara. Tentunya masing-masing produk investasi punya keunggulan dan risiko berbeda.
5. Reputasi keamanan bank.
Sekarang ini, milineal tahu praktik kejahatan siber, dan pembobolan rekening. Keamanan sistem menjadi salah satu pertimbangan milenial dalam memilih layanan perbankan. Maka itu setiap bank pasti akan meyakinkan calon nasabahnya bahwa mereka punya sistem keamanan yang canggih.
Baca Juga: Kekuatan Duit, Bisa Kalahkan Hukum dan Politik
Namun milenial akan melihat rekam jejaknya. Apakah sebuah bank punya banyak kasus yang menimpa nasabah terkait pembobolan rekening atau kejahatan lain. Setiap orang, termasuk milenial pasti akan memilih bank yang memiliki reputasi baik, dalam hal pelayanan maupun keamanan.
Apalagi untuk menanamkan uangnya pada sebuah produk investasi. Bank dapat melihat ceruk pasar ini. Menawarkan produk investasi bagi milenial, seperti deposito, reksadana, emas, hingga surat utang negara.
Tentunya masing-masing produk investasi punya keunggulan dan risiko berbeda. Begitupun dengan modal yang dibutuhkan untuk investasi. Bank dapat meyakinkan bahwa produk investasi ini lebih untung ketimbang tabungan karena imbal hasil lebih besar. Pastikan pula bahwa syarat investasinya mudah, agar milenial tertarik.
***
Temuan penelitian saya di tiga bank plat merah di Surabaya, milenial menjadi target sasarannya. Ini untuk menggenjot produk dan layanan perbankan.
Layanan itu, mulai dari tabungan, kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), hingga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Akan tetapi, generasi ini tidak akan memilih sembarangan. Semakin canggih dan lengkap layanan perbankan, makin besar kemungkinkan dipilih oleh kaum milenial.
***
Tercatat, Indonesia saat ini merupakan rumah bagi populasi muda yang aktif, dengan 64,16 juta jiwa berusia antara 16 dan 30 tahun, yang mencakup 23,18% dari populasi negara ini. Pemuda merupakan salah satu kunci untuk memanfaatkan bonus demografi guna mewujudkan visi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.
Dikutip dari Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen.
Generasi Z sendiri merujuk pada penduduk yang lahir di periode kurun waktu tahun 1997-2012 atau berusia antara 8 sampai 23 tahun. Sementara generasi milenial adalah mereka yang lahir pada kurun waktu 1981-1996 atau berusia antara 24 sampai 39 tahun.
Kemudian, disusul, generasi X atau mereka yang lahir antara 1965-1980 dengan populasi sebanyak 21,88 persen.
Secara ekonomi, bonus demografi ini mesti dimanfaatkan dengan baik aga tidak membawa dampak buruk terutama masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Melihat dari fakta yang akan dihadapi Indonesia tersebut bonus demografi memang tidak bisa dihindari semua bank.
***
Hasil penelitian saya di Surabaya, pada awal September 2024, untuk menggaet nasabah muda, tidak cukup hanya menarik yang bersangkutan. Tapi jaringannya dari orang tua, saudara hingga teman.
Praktik kerja BRI Milinial bisa adopsi cara kerja seorang broker profesional. Mengingat BRI memiliki beberapa produk unggulan seperti BRI Remittance, BRI Life, BRI Finance, BRI Danareksa Sekuritas, BRI Insurance hingga BRI Manajemen Investasi.
Baca Juga: Tangkap Si Bandar Kasino, untuk Efek Jera
Dalam pandangan saya SDM BRImilineal mesti diedukasi harus bisa menjadi duta perusahaan. Gunanya, saat bertemu dengan nasabah, ingat selalu bahwa ia tidak hanya membawa nama pribadi, melainkan nama BRIMilinial. Untuk itu, segala sikap dan tindakkan harus dijaga.
Ia bisa jadi broker jago jualan, tetapi juga bisa ‘menjual’ perusahaannya.
Apalagi BRI yang mempunyai banyak produk. Maka itu personil BRIMilinial perlu diedukasi pengetahuan yang dalam soal produk, dan pandai membawa diri sebagai wakil BRI.
Observasi saya di Surabaya, untuk menarik nasabah muda, tidak cukup dengan iming-iming bunga dan layananan teknologi semata.
SDM BRI Milenial harus brilian mengedukasi dan diskusi yang baik dengan calon nasabah. Mengingat, produk yang kita tawarkan adalah “Potensi Keuntuangan (peluang) bukan kepastian, dan di dalamnya juga ada risiko investasi”.
Artinya, SDM BRI Milenial berperan broker tidak perlu takut kehilangan nasabah asal menjelaskan produk dengan benar, terbuka soal risiko dan sesua aturan.
Rumusnya, lebih baik, mendapat nasabah yang well educated, paham betul keuntungan dan risiko produk.
Dalam pandangan saya, manajemen BRI Milenial harus terus berupaya mendorong seluruh karyawan untuk BRIliant.
Maklum, saya amati semua perusahaan penyedia jasa keuangan berlomba mengadopsi teknkologi terkini untuk menekan biaya operasi melalui otomasi. Termasuk memberikan pengalaman unik melalui produk berbasis TI, sampai dengan mendorong SDM untuk berkreasi.
Bagaimana tantangan dari segi SDM? Meskipun BRI tergolong bank tertua, devisi BRI Milenal saran saya mesti didominasi karyawan milenial.
Devisi ini seperti bonus demografi buat BRI. Karena itu, profil demografi seperti itu bisa dipandang sebagai kelebihan atau kekurangan.
Artinya, menjadi kelebihan bila manajemen BRI Milenial dapat mengoptimalkan kreativitas generasi muda, dengan mendidik dan mengasah potensi mereka. Goalnya, agar mendatangkan keuntungan dari segi output dan produktivitas. Harapan saya, SDM generasi muda ini akan menjadi beban perusahaan dalam jangka panjang.
Pikiran saya manajemen BRI Milenial mesti melakukan analisis life cycle dari produknya. Ini untuk menentukan strategi setiap fase.
Konsep saya manajemen BRI Milenial harus terus mendorong seluruh karyawan untuk memberikan ide-ide terbaiknya memajukan BRI. Salah satunya lewat kegiatan tahunan BRI Innovation Award.
Program ini memberikan penghargaan kepada karyawan dengan ide kreatif terbaik untuk pengembangan bisnis. Nilai inovasi ini, menurut saya, penting didorong supaya karyawan lebih terbuka terhadap ide-ide dan tidak ragu dalam berpendapat, serta akan diperlukan dalam hal pengambilan keputusan, problem solving, ataupun pengembangan bisnis.
Konsep saya tentang BRI Milenial bahwa produktivitas bisa meningkat karena inovasi. Termasuk mendorong penyelesaian pekerjaan yang kompleks menjadi lebih sederhana, dengan solusi yang inovatif. Selain itu, inovasi teknologi yang diterapkan lewat otomasi meningkatkan efisiensi dalam operasional bank.
Termasuk kinerja bisnis BRI. Untuk pertumbuhan usaha manajemen BRIMilineal saya usulkan memberikan perhatian besar pada tiga hal, yakni reposisi bisnis, reengineering TI, dan reorganisasi.
Konsep yang saya tawarkan dalam manajemen BRI Milenial bahwa untuk menggaet nasabah muda, tidak cukup hanya menarik yang bersangkutan. Tapi jaringannya dari orang tua, saudara hingga teman.
Praktik kerja BRI Milenial bisa adopsi cara kerja seorang broker profesional. Mengingat BRI memiliki beberapa produk unggulan seperti BRI Remittance, BRI Life, BRI Finance, BRI Danareksa Sekuritas, BRI Insurance hingga BRI Manajemen Investasi.
SDM BRI Milenial juga sering diedukasi harus bisa menjadi duta perusahaan. Saat bertemu dengan nasabah, ingat selalu bahwa kita tidak membawa nama pribadi, melainkan nama BRI Milenial. Untuk itu, segala sikap dan tindakkan harus dijaga. ([email protected])
*) Wartawan Harian Surabaya Pagi dan Surabaya Pagi Online
Editor : Raditya Mohammer Khadaffi