Home / Politik : ANALISA BERITA

Pemilu Jadi Ajang Merajut Persatuan, bukan Perseteruan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 21 Feb 2023 19:47 WIB

Pemilu Jadi Ajang Merajut Persatuan, bukan Perseteruan

i

KH Abdullah Jaidi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

SURABAYAPAGI, Jakarta - Saya harap  semua pihak menjadikan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sebagai ajang merajut kebersamaan dan persatuan bangsa, bukan ajang perseteruan.

 Politik identitas memang kerap terjadi di setiap perhelatan politik. Untuk itu, saya berpesan agar pemilu tahun depan jangan dijadikan ajang perseteruan tapi dimanfaatkan untuk merajut kebersamaan dan persatuan bangsa.

Baca Juga: Anies Akui Prabowo, Keluarga Intelektual Terpandang

Menurut saya, pemilu adalah momentum bagi bangsa Indonesia untuk menentukan kepemimpinan lima tahun mendatang.

Oleh karena itu, menjelang tahun politik 2024, saya harap segenap bangsa untuk memperkuat rajutan kebersamaan dan persatuan serta menghindari berbagai bentuk ujaran kebencian dan intoleransi dalam bentuk suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), apalagi yang memanfaatkan mimbar agama untuk berpolitik.  

saya harap Pemilu 2024 dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk bisa menunjukkan kesantunan dan saling menghargai dalam menyikapi perbedaan pandangan politik. Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat tidak mudah dibenturkan satu dengan lainnya.

Para pemilih yang terlibat dalam perhelatan pemilu harus mendukung pemimpin dan perwakilan yang terpilih, walaupun mereka bukan pilihannya.   Hal itu penting karena pemilu hanya proses, sementara nanti siapa pun yang terpilih tetap akan menjadi pemimpin seluruh bangsa.

Tidak ideal jika saling menghujat dan menjatuhkan. Tetapi, harus merajut kebersamaan itu sehingga event politik lima tahunan ini tidak menjadi pemicu permusuhan di antara kita. Harus sportif dengan cara bersama-sama memberikan dukungan penuh kepada siapa saja yang terpilih nantinya.

Baca Juga: Bawaslu Pasrah

Terlepas apa pun yang dijanjikan, sebaiknya para pihak yang bersaing perlu memperhatikan adab atau kesantunan dalam bertindak dan bertutur kata terhadap sesama anak bangsa.  

Peradaban itu berasal dari kata adab. Adab itu adalah sebuah kesantunan, maksudnya adalah yang pertama, dalam konteks bernegara dan bermasyarakat, kesantunan itu harus diwujudkan dalam persamaan (hak dan kewajiban.

Kedua, saling menghormati dan menghargai. Boleh berbeda agama, pandangan, atau kepercayaan, tetapi sebagai warga negara Republik Indonesia harus mengutamakan kebersamaan dalam menjunjung tinggi dasar negara, yaitu Pancasila.  

Baca Juga: FPI, PA 212, hingga GNPF-Ulama ke MK Dukung Putusan Adil

Pada sila pertama Pancasila, terdapat nilai ketuhanan atau kepercayaan, terdapat nilai persatuan Indonesia yang menggambarkan kebersamaan anak bangsa.   Peradaban Indonesia akan semakin matang jika bisa menyingkirkan perselisihan dari perbedaan yang ada. Hal tersebut bisa dicapai jika masing-masing individu memiliki kesantunan dalam bergaul di tengah masyarakat.  

 Seharusnya, tujuan semua adalah menciptakan suasana yang rukun, damai, saling menghormati dan menghargai. Peradaban Indonesia ini pada intinya adalah kesantunan yang ditunjukkan oleh umat Islam ataupun umat-umat yang lain dalam rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.  

Untuk itu, saya minta agar memasuki tahun politik seluruh pihak untuk tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuan politik. Terutama dengan melakukan ujaran kebencian, intoleransi berbau SARA, apalagi yang menggunakan mimbar agama

(Lewat keterangannya yang dikutip dari laman Antara Selasa (21 Februari 2023)

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU