SMPN 3 Porong Komitmen Ciptakan Sekolah Ramah Anak dan Budaya Kearifan Lokal

Implementasi sekolah ramah anak, fasilitas toilet disabilitas dan kreasi tari Candraning Sumur SMPN 3 Porong. SP/ Hikmah
SURABAYAPAGI.com, Sidoarjo - Sebagai salah satu satuan pendidikan formal tingkat menengah pertama di wilayah Sidoarjo, SMPN 3 Porong berkomitmen menjadi Sekolah Ramah Anak (SRA).
Sekolah yang menyandang Adiwiyata tingkat propinsi ini sangat peduli dengan fasilitas sekolah yang aman dan ramah anak mulai dari ruang toilet yang cukup dengan memisahkan toilet putra dan putri juga dilengkapi dengan toilet khusus difabel yang tentunya peralatan di dalamnya menyesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus ini.
Begitu juga dengan kondisi, ruang belajar, perpustakaan, kantin serta fasilitas olahraga sangat rapi demi memenuhi kebutuhan siswa di sekolah. Semuanya terasa aman, nyaman dan menyenangkan membuat para siswa merasa enjoy dalam belajar sehari-hari.
"Peduli dan berbudaya serta berbasis lingkungan hal ini mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak hak anak dalam belajar juga melindungi anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan yang salah,” papar Kepsek SMPN 3 Porong, Ikromilah Yety Prastuti S.Psi, M.Pd, Selasa (19/09/2023).
Dibeberkan dengan gamblang, antisipasi di sekolah ini jangan sampai terjadi perlakuan yang salah yakni lingkungan belajar yang tidak sehat, terjadi kekerasan antar peserta didik maupun kekerasan yang dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan juga sebab musabab lainnya.
"Jika sudah terbentuk perilaku pendidikan yang berkarakter dan lingkungan sekolah yang sehat dan ramah dapat menjamin terpenuhinya hak anak sehingga memungkinkan anak belajar dengan baik dan menyenangkan sehingga dapat mengekspresikan potensinya dengan baik pula," ujar Ikromilah.
Selain itu, menurut Kepsek yang berkarir dari guru berprestasi dari Tulangan ini berharap bisa menciptakan hubungan antar warga sekolah yang lebih baik, akrab, dan berkualitas sehingga anak terbiasa dengan pembiasaan yang positif serta memudahkan pemantauan kondisi anak selama anak di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tidak dipungkiri, bahwa siswa SMP adalah generasi Z yang tidak lepas dari gadget, namun untuk menjamin keberhasilan literasi digital serta dapat berkreasi, siswa tidak boleh membawa HP ketika masuk jam belajar di sekolah karena bebas dari pengaruh konten konten negatif.
"Selama jam belajar berlangsung siswa tidak diperbolehkan membawa handphone kecuali ketika ada pelajaran yang mengharuskan menggunakan gadget dengan pengawasan ketat para gurunya," tuturnya lagi.
Seperti diketahui, keberhasilan siswa siswi SMPN 3 Porong dalam mengekspresikan hasil belajar di sekolah yang ramah dan menyenangkan ini melalui project panen karya penguatan profil pelajar Pancasila (P5) gebyar kreasi seni dengan hidupkan rasa cinta lingkungan dan budaya kearifan lokal dengan tema "We love local Porong culture and heritage".
Dimana dalam hal ini para siswa SMPN 3 Porong mampu menciptakan koreografi Candi Sumur Porong yang dimainkan dalam tarian "Tari Chandani ing Sumur" sebagai bentuk pelestarian budaya asli Porong.
"Semua kegiatan dilakukan oleh siswa. Fungsi guru hanya menjadi pendamping, dan menciptakan learning experience bagi siswa," tandas Ikromilah.
Selain memiliki karakter mencintai budaya, anak anak juga di pupuk untuk berjiwa kewirausahaan, dan bagaimana mereka berproses menghasilkan sesuatu yang menghasilkan ekonomi berbasis pengenalan kearifan lokal asli kawasan Porong yang bersifat heritage dan ikonik pula yakni, jajanan ote ote khas Porong. hdk/hik/dsy